Selasa, 15 Oktober 2013

Mengkritisi Pernyataan SBY Soal "Bunda Putri"

Salah satu “hot news” 10 hari terakhir ini adalah tanggapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atas pernyataan mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq, berkaitan sosok Bunda Putri. Sebagaimana yang diketahui, pada Kamis lalu, pada sidang Ahmad Fathanah, Luthfi, yang tampil sebagai saksi, berkicau bahwa Bunda Putri itu orang dekatnya Presiden SBY. Dikatakan bahwa Bunda Putri memiliki peranan dalam urusan reshuffle kabinet. Artinya, kedekatan antara SBY dengan Bunda Putri ditunjukkan dalam pembicaraan mereka soal urusan reshuffle kabinet.

Pernyataan mantan Presiden PKS ini sontak membuat Presiden SBY meradang. SBY, yang biasanya dikenal kalem, berubah seperti harimau kebakaran buntut. Sesaat setelah mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma, Presiden SBY langsung menggelar jumpa pers. Dilihat dari ekspresi wajah, saat itu SBY benar-benar sangat marah. Namun bukan masalah wajahnya yang akan dikritisi, melainkan pernyataannya. Alasannya, bila dilihat sepintas, pernyataan SBY itu benar adanya. Apalagi SBY berbicara atas nama KEBENARAN.

Ada tiga pernyataan SBY yang akan ditelaah. Pertama, “Disebut Bunda Putri, saya tidak tahu, saya tidak kenal dan tidak ada kaitan dengan saya. Kalau orang berhubungan dengan saya, atau ingin ketemu saya, atau telepon saya, kirim surat ke saya, pasti melewati sistem. Sudah saya cek semuanya, tidak ada satu pun yang tahu.” Kedua, ”Bunda Putri orang yang sangat dekat dengan presiden, 1000 persen Luthfi bohong.” Ketiga, “Bunda Putri sangat tahu dengan kebijakan reshuffle, 2000 persen bohong. Kalau ada reshuffle kabinet, istri saya pun tidak tahu. Tidak semua menteri tahu.”

Melihat tiga pernyataan SBY di atas, orang bisa saja langsung berpikir bahwa SBY benar dan Luthfi tidak benar. Apalagi, untuk membenarkan pernyataannya itu Presiden SBY kembali menegaskan, “Jangan main-main dengan kebenaran. Berani berbuat berani bertanggung jawab.” Tentulah pernyataan ini menggiring orang kepada mantan Presiden PKS. Rakyat pasti menilai bahwa Luthfi harus bertanggung jawab atas perbuatannya: Kasus korupsi kuota daging impor dan Kasus menikahi gadis di bawah umur.

Akan tetapi, benarkah Presiden SBY? Masyarakat jangan mau terbuai dengan ungkapan-ungkapan retorik belaka. Faktalah yang harus dilihat. Ibarat Sabda Yesus, “Dari buahnyalah pohon itu dikenal.” (Mat 12: 33). Jadi, kita tak boleh mendasarkan kebenaran kasus ini pada kata-kata. Karena itu, dibutuhkan sikap kritis untuk menelaah sebuah perkataan sebelum diterima.

Baiklah kita lihat pernyataan SBY yang pertama. Ada dua hal dalam pernyataannya itu: berkaitan dengan Bunda Putri dan berkaitan dengan sistem. Yang pertama, benarkah SBY sungguh-sungguh tidak kenal Bunda Putri? Yang benar-benar tahu jawaban ini adalah Presiden SBY, Bunda Putri dan Tuhan. Sekalipun SBY berusaha meyakinkan masyarakat bahwa dirinya tidak kenal dan tidak tahu Bunda Putri, meskipun sampai mulut berbusa, semuanya sia-sia belaka. Tentu kita kenal pepatah umum ini, “Tak ada pencuri yang mau mengaku mencuri.” Artinya, mana ada orang berdosa mau mengaku di depan publik tentang dosanya. Karena itu, jangan percaya dengan perkataan Presiden SBY bahwa dirinya tidak kenal dan tidak tahu Bunda Putri. Yang kedua, benar bahwa siapa saja yang mau bertemu SBY, baik langsung maupun lewat surat dan telepon, pasti melalui sistem. Artinya, selalu ada prosedurnya, entah itu buku tamu atau lainnya. Namun, harus diingat bahwa tidak semua orang pasti begitu. Pastilah ada kekecualian. Kalau orang seperti saya, pasti akan melalui sistem itu. Tapi tidak bagi orang dekat. Orang dekat, karena kedekatannya, selalu melampaui tata cara protokuler. Hal ini lazim di mana-mana. (bdk. http://budak-bangka.blogspot.com/2013/08/sharing-orang-dekat.html) Jadi, pernyataan SBY itu berusaha mengelabui masyarakat.

Sekarang kita lihat pernyataan SBY yang kedua, soal 1000 persen Luthfi bohong. Harus dilihat bahwa pernyataan ini untuk meyakinkan masyarakat akan kebenaran pernyataannya, yaitu Luthfi bohong. Selama ini masyarakat tahunya 100 persen. Jadi, kalau dibilang 100 persen saja, rakyat sudah tahu. Tapi yang ini 1000 persen. Apa maksudnya? Mari kita bermain tebak-tebakan suara tokek untuk menentukan: Luthfi bohong atau tidak. Dalam 1000 persen itu ada 10 kali 100 persen. Nah kita mulai berhitung: 100 persen pertama, Luthfi bohong; 100 persen kedua (200 persen), Luthfi tidak bohong; 100 persen ketiga (300 persen), Luthfi bohong; 100 persen keempat (400 persen), Luthfi tidak bohong; 100 persen kelima (500 persen), Luthfi bohong; 100 persen keenam (600 persen), Luthfi tidak bohong; 100 persen ketujuh (700 persen), Luthfi bohong; 100 persen kedelapan (800 persen), Luthfi tidak bohong; 100 persen kesembilan (900 persen), Luthfi bohong; 100 persen kesepuluh (1000 persen), Luthfi tidak bohong. Kesimpulannya adalah Luthfi tidak bohong soal kedekatan SBY dengan Bunda Putri. Justru SBY-lah yang berbohong. Bukankah selama ini SBY kerapkali berbohong?

Sama seperti pernyataan SBY yang pertama, pernyataan SBY yang ketiga ini pun memiliki dua topik, yaitu soal 2000 persen bohong dan soal reshuffle. Soal 2000 persen bohong itu sama seperti uraian di atas (1000 persen); kesimpulannya pun sama. Karenanya, kita lebih menyoroti soal reshuffle. SBY mengatakan bahwa istrinya pun tidak tahu soal kebijakan reshuffle. Apa benar? Hanya SBY, ibu Ani dan Tuhan saja yang tahu. Percuma SBY berkoar-koar. Kita lihat saja fakta yang ada. Selama ini, adakah menteri dari PKS yang didepak? Sekalipun berkali-kali PKS berulah dalam koalisi, tak satu pun menterinya diberhentikan SBY, malah PKS tidak juga didepak dari setgab koalisi. Pertanyaannya, kenapa SBY tak berani? Bukan tidak mungkin Bunda Putri sudah bermain.

Demikianlah catatan kritis atas pernyataan Presiden SBY pada konferensi pers di Bandara Halim setelah kembali dari menghadiri East Asia Summit di Brunei Darusalam. Masyarakat jangan begitu mudah terbuai pada kata-kata retorik SBY. Seharusnya SBY, jika memang tidak dekat dengan Bunda Putri, tidak perlu menanggapi pernyataan mantan Presiden PKS itu. Kecuali jika SBY benar-benar mempunyai bukti nyata. Kalau hanya sekedar retorika saja, rakyat tak akan percaya.
Pangkalpinang, 14 Okt. 13

Adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar