Renungan Hari Minggu
Biasa XXI, Thn C/I
Bac I : Yes 66: 18 – 21; Bac II : Ibr 12: 5 – 7, 11 – 13;
Injil : Luk 13: 22 – 30
Hari ini sabda Tuhan mau menyadarkan kita bahwa kasih Allah
itu tidak selamanya harus diterjemahkan dengan sesuatu yang baik bagi kehidupan
manusia. Allah mengasihi manusia tidak hanya dengan menganugerahinya dengan
rahmat dan berkat, yang bagi kita dilihat sebagai pengalaman manis nan indah, melainkan
juga dengan pengalaman pahit. Inilah yang diungkapkan oleh penulis surat kepada
Orang Ibrani dalam bacaan kedua. Karena itu, penulis mengingatkan kita agar
tidak “putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya.” (ay. 5). Karena bagi
penulis, pengalaman pahit yang merupakan hajaran Tuhan, akan “menghasilkan buah
kebenaran yang memberikan damai.” (ay. 11).
Hal senada juga diungkapkan dalam Injil hari ini. Dalam Injil
Yesus memberikan pengajaran tentang masuk surga, yang merupakan tujuan akhir
perjalanan hidup manusia. Dalam pengajaran-Nya, Yesus menasehati orang banyak
untuk berjuang “masuk melalui pintu yang sesak.” (ay. 24). Mungkin kita
bertanya, jika Allah mahabaik, kenapa Ia membiarkan kita berdesak-desakan untuk
masuk. Di sinilah tampak bahwa Allah sesekali perlu menghajar kita supaya kita
tidak menjadi “anak-anak gampang.” (Ibr 12: 8). Atau melalui ini kita
disadarkan bahwa untuk mencapai sesuatu itu perlu perjuangan; dan perjuangan
itu selalu menuntut kurban.
Hari ini Tuhan melalui sabda-Nya, mengingatkan kita bahwa sekalipun
Allah menghajar kita lewat pengalamat pahit dalam hidup, Allah tetaplah
mencintai kita. Melalui pengalaman pahit itu Allah hendak menempa iman kita,
sehingga kita memiliki mental dan semangat berjuang untuk masuk ke surga. Oleh karena
itulah, Tuhan mau agar kita jangan langsung marah dan mengutuk-Nya atas
peristiwa pahit dalam hidup kita, melainkan berusaha “datang dan melihat
kemuliaan-Ku,” (Yes 66: 18), serta “memberitakan kemuliaan-Ku.” (ay. 19).
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar