Renungan Hari Selasa Pekan Biasa XXV B/II
Bac I Ams 21: 1 – 6, 10 – 13; Injil Luk 8: 19 – 21
Membaca atau mendengar Injil hari ini mungkin sebagian kita akan geleng-geleng kepala atas sikap dan jawaban Yesus. Mungkin ada yang mempunyai kesan bahwa Yesus kurang sopan terhadap keluarga-Nya sendiri.
Namun kita harus melihat maksud Yesus dari pernyataan-Nya tadi. Maksud ini menghilangkan kesan kekurangsopanan-Nya, karena kita melihat situasinya. Saat itu Yesus sedang mengajar. Dan dalam situasi pengajaran itulah, ada yang menyela, "Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau." Tentulah saat itu konsentrasi orang tertuju pada selaan itu. Perhatian para pendengar-Nya saat itu terarah kepada "Ibu dan saudara-saudari Yesus".
Nah, pada saat perhatian orang tertuju pada selaan itu, Yesus langsung menyampaikan pengajaran-Nya berkaitan dengan topik selaan itu. "Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya."
Di sini Yesus mau memberi makna baru relasi keluarga. Dia tidak hanya berhenti pada hubungan biologis, melainkan relasi spiritual. Lewat sabda-Nya ini Yesus mau mengangkat relasi biasa ke dalam hubungan kekeluargaan di mana Allah adalah Bapa kita bersama. Ini tentu dikaitkan dengan misi-Nya menghadirkan kerajaan Allah.
Sabda Yesus ini sejalan dengan nasehat Amsal dalam bacaan pertama. "Melakukan kebenaran dan keadilan lebih dikenan TUHAN dari pada korban." (Ams 21: 3).
Sabda Yesus hari ini mau menghilangkan sekat-sekat primordialisme dalam kehidupan kita. Yesus mau menyadarkan kita bahwa kita semua adalah saudara. Yang menyatukan kita adalah "melakukan kehendak Allah".
Oleh karena itu, ada dua tuntutan dalam pesan Tuhan hari ini. Pertama, kita diajak untuk senantiasa melakukan kehendak-Nya. Kedua, kita diajak untuk menerima dalam hidup kita siapapun yang telah melakukan kehendak Allah, tak peduli apapun suku, ras, golongan bahkan agamanya.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar