ANAK BELUM PANTAS BERMAIN FACEBOOK
Dewasa ini,
melihat anak kecil memegang HP bukanlah suatu hal yang aneh. Bukan cuma anak SD
saja, melainkan juga anak TK pun sudah terbiasa memengang dan mengutak-atik HP.
Malah ada anak yang mempunyai HP jauh lebih canggih dari orang tuanya. Memang
awalnya orang tua memberikan HP kepada anaknya agar mudah berkomunikasi dan
memudahkan orang tua “mengontrol” anaknya.
Namun sayang orang
tua tidak memperhatikan efek lanjut dengan adanya HP itu. Dengan HP itulah anak
bisa melakukan apa saja yang dia sukai tanpa kontrol dari orang tua. Salah
satunya adalah mengakses facebook.
Apakah facebook itu buruk? Bagaimana dampaknya
bagi anak-anak? Berikut ini akan disajikan tulisan yang mengulas soal facebook dan anak-anak. Tulisan ini
diambil dari beberapa tulisan yang ada di kompas.com.
Tujuan tulisan ini agar para orang tua dapat menyadari akan dampak dari facebook itu dan dapat mengambil sikap
demi tumbuh kembangnya anak-anaknya.
Anak Harus Berhenti Main Facebook
Demam jejaring
sosial Facebook saat ini memang bukan
hanya melanda orang dewasa. Tak jarang kita jumpai, anak-anak yang masih duduk
di bangku sekolah dasar (SD) pun sudah sangat paham menggunakan situs
pertemanan di dunia maya tersebut.
Melihat fenomena
ini, psikolog anak Dra Rose Mini, MSi mengaku prihatin. Ia menilai, facebook sebenarnya bukanlah untuk
konsumsi anak-anak. Pasalnya, ada ketentuan-ketentuan tertentu yang tidak
memperbolehkan seorang anak mengakses situs yang sangat populer itu.
"Facebook bukan konsumsi anak SD. Dalam
ketentuan, facebook harus 17 tahun ke atas," tegas wanita yang akrab
dipanggil Bunda Romi ini saat ditemui dalam seminar "Aku Anak Sehat"
di Jakarta, Kamis, (5/5/2011).
Dia juga
menyayangkan, banyak orang tua yang justru membuat akun facebook untuk anak mereka. "Saya heran kenapa orang tua mengizinkan.
Sebenarnya nggak pake facebook
bisa hidup kok," lanjutnya.
Menurut Rose,
seorang anak di usianya yang masih sangat belia seharusnya mendapatkan
pengajaran dan pengalaman bagaimana cara berteman dalam bentuk nyata, bukan
malah berteman dalam dunia maya.
"Si anak
harus belajar bagaimana bisa mengambil hati temannya, berinteraksi dengan
teman, itu harus dipelajari dalam bentuk nyata, nggak bisa dalam
dunia maya," tambahnya.
Bunda Romi
mengungkapkan, salah satu alasan mengapa dirinya melarang anak-anak menggunakan
facebook adalah karena kondisi jiwa
anak yang belum stabil, terutama dalam mengontrol statement
(pernyataan).
Dalam facebook, setiap ungkapan, baik berupa
status maupun pesan, dapat disampaikan melalui teks ataupun gambar secara bebas
sehingga rentan menimbulkan kesalahpahaman. Komentar ataupun pernyataan sangat
berpotensi memicu konflik dan memengaruhi kejiwaan anak.
"Ada beberapa
kasus, ini anak mencela temannya, si anak yang dicela sakit hati, lalu mengadu
ke orang tuanya. Akhirnya perang di facebook.
Tapi bukan anak lagi yang perang, tapi orang tua sama orang tua," jelas
wanita yang juga berprofesi sebagai dosen di salah satu universitas negeri di
Jakarta tersebut.
Lebih lanjut,
Bunda Romi mengingatkan, apa yang dikonsumsi untuk khalayak umum atau publik
harus ada batasannya. Oleh sebab itu, dia mengimbau anak-anak yang belum
menginjak usia 17 tahun tidak menggunakan fasilitas jejaring sosial.
Facebook dan Narsistik
Dalam ilmu
psikologi, mereka yang memiliki kepribadian narsistik merupakan orang yang jauh
lebih mencintai dirinya daripada orang lain. Akibatnya seringkali mereka sulit
berempati kepada orang lain.
Kecuali narsis,
orang yang tidak mampu mencintai juga egois, mau enak sendiri dan kurang
percaya diri. Mereka juga sulit terikat dalam komitmen jangka panjang dengan
satu pasangan. Makanya orang tipe ini sulit mengikatkan diri pada perkawinan
monogami.
Menurut para ahli
dari American Psychiatric Association, pada umumnya orang narsistik juga
memiliki gangguan kepribadian lainnya, seperti histrionic personality disorder yang sangat ekspresif dalam menunjukkan emosinya.
Meski sebagai awam
sulit mengenali ciri-ciri orang yang narsistik, namun sebuah penelitian yang
dilakukan para ahli dari University Georgia, Amerika, menyebutkan bahwa laman
profil di situs jejaring sosial facebook
bisa mengungkap kepribadian narsis seseorang.
Dalam studi yang
mereka lakukan terhadap 130 pengguna facebook
ditemukan jumlah teman dan postingan dinding (wall
post) berkaitan erat dengan tingkat
kenarsisan seseorang. Orang yang narsis biasanya memiliki jumlah teman yang
banyak namun sebenarnya tidak punya relasi yang dalam dengan orang-orang
tersebut.
"Dalam
kehidupan nyata juga demikian, mereka punya banyak teman tapi tidak ada yang
dekat secara personal. Yang penting untuk mereka adalah kuantitas, bukan
kualitas," kata Laura Buffardi, Ph.D, ketua peneliti yang risetnya
dipublikasikan dalam jurnal Personality
and Social Psychology Bulletin.
Facebook
juga dipakai sebagai sarana untuk mempromosikan diri orang yang narsis. Karena
itu mereka suka memasang foto profil yang menarik dan berbeda untuk membuat
orang lain terpesona.
"Orang yang
narsistik mungkin terlihat sebagai orang yang menarik hati namun sebenarnya
mereka merasa diri lebih hebat. Mereka juga suka menggunakan orang lain untuk
keuntungannya sendiri, dalam jangka panjang mereka akan melukai orang lain dan
dirinya sendiri," kata W.Keith Campbell, salah seorang peneliti.
Meski begitu,
Campbell mengatakan bukan berarti penggemar facebook
adalah orang yang narsis. "Orang yang narsistik menggunakan facebook seperti mereka menggunakan
relasi sosial lainnya, hanya untuk mempromosikan dirinya," katanya.
Apakah Salah Berlaku Narsis?
Narsis di jejaring
sosial facebook dengan memasang foto-foto
pribadi dan keluarga sah-sah saja. Hanya saja, jangan sampai hal itu mengundang
polemik politik, apalagi seputar agen rahasia.
Foto liburan dan
keterangan rinci mengenai Kepala Dinas Intelijen Inggris, MI6, yang baru telah
dihapuskan dari halaman jejaring sosial facebook
setelah sebuah surat kabar memberi tahu pemerintah mengenai hal itu. Foto di facebook itu dipublikasikan di harian The Mail, Minggu
(5/7), dan memperlihatkan bos baru MI6, John Sawers, mengenakan topi sinterklas
sedang bermain Frisbee bersama anak-anaknya di sebuah pantai.
Surat kabar
tersebut mengatakan, informasi itu ditampilkan istri Sawers di facebook. Tampilan itu lengkap dengan
foto-foto liburan, nama ketiga anak mereka, dan lokasi rumah mereka di London.
Akhirnya, halaman
Shelley Sawers dihapuskan dari facebook
walaupun masih ada halaman yang memperlihatkan foto istri petinggi intelijen
itu. Beberapa politikus mengatakan, hal itu merupakan kecerobohan, sedangkan
yang lainnya mengatakan hal itu tidak mengungkapkan apa pun kecuali masalah
rumah tangga sang bos intelijen.
”Mengenakan
pakaian renang merek Speedo bukanlah rahasia negara. Cobalah dewasa sedikit,”
ujar Menteri Luar Negeri David Miliband.
Akan tetapi,
anggota dari kubu konservatif, Patrick Mercer, yang mengepalai subkomite
antiterorisme, mengatakan, hal tersebut membuka peluang bagi Sawers menerima
kritik dan pemerasan. Juru bicara Liberal Demokrat, Edward Davy, mengatakan
akan mengadakan dengar pendapat seputar ”kebocoran” tersebut.
”Biasanya, saya
selalu menginginkan keterbukaan yang lebih besar dari para pejabat pemerintah,
tetapi keterbukaan semacam ini sungguh merupakan suatu kecerobohan,” ujarnya
kepada The Mail menanggapi foto keluarga itu. John Sawers baru bulan
lalu diangkat menjadi kepala baru MI6.
Dia adalah bekas
mata-mata, diplomat, dan penasihat hubungan luar negeri mantan Perdana Menteri
Tony Blair. Hingga tahun 1990-an, Pemerintah Inggris merahasiakan identitas
pemimpin agen rahasia dan hanya mengidentifikasinya sebagai ”C”.
Hingga tahun 1992,
pemerintah masih juga enggan mengonfirmasikan bahwa organisasi itu eksis.
Perlahan, pemerintah mulai terbuka mengenai organisasi intelijen MI6 dan
organisasi intelijen domestik MI5, hingga akhirnya keluarga pemimpin intelijen
terbuka identitasnya melalui facebook.
Facebook memang dahsyat.
Facebook dan Nikah Dini
Facebook atau
situs jejaring sosial diduga memberikan dampak terhadap angka pernikahan
dini di wilayah pedesaan seperti di Gunung Kidul. Ini terbukti saat
Pengadilan Agama Wonosari menyatakan adanya lonjakan data permohonan nikah dini
pada tahun 2010, di mana pada tahun tersebut facebook mulai merambah masyarakat pedesaan.
Panitera Muda
Hukum Pengadilan Agama Wonosari, Siti Haryanti, membenarkan bahwa meningkatnya
permohonan pernikahan dini tersebut disebabkan oleh facebook. Menurutnya, situs yang yang saat ini mudah diakses
tersebut turut menjadi pemicu kehamilan di luar nikah.
"Setiap ada
permohonan nikah, khususnya yang masih di bawah umur, selalu saya tanyakan,
apakah awalnya kenal melalui facebook,
dan ternyata benar dan akhirnya berlanjut," kata Siti Haryanti di ruang
kerjanya, Kamis (31/3/2011).
Lebih lanjut
dikatakan, belakangan dispensasi nikah kerap kali diajukan anak usia 14 hingga
16 tahun karena faktor keterpaksaan. Dari data yang ada, tercatat sembilan
pasangan mengajukan dispensasi nikah dini pada bulan Januari 2011, dan bulan
Februari mencapai 16 pasangan.
Data tahunan di
Pengadilan Agama Wonosari mencatat, pada tahun 2008 terdapat 19 permohonan
untuk pernikahan dini, tahun 2009 ada 60 permohonan, dan pada tahun 2010
tercatat 112 permohonan, yang rata-rata berusia 14 sampai 16 tahun, yang rata-rata
hamil di luar nikah.
"Kami telah
mengajukan kepada Pemkab Gunung Kidul terkait meningkatnya angka pernikahan
dini tersebut agar segera menyikapi hal ini dengan sosialisasi dan pencegahan
pernikahan dini. Bagaimanapun, pernikahan dini merupakan salah satu faktor
terjadinya perceraian," ujar Siti Haryanti.
Facebook Penyebab Depresi?
Menggunakan situs
jejaring sosial seperti facebook kini
sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup masyarakat modern. Facebook diyakini telah memberi
pengaruh besar pada banyak aspek kehidupan, baik yang sifatnya positif maupun
negatif.
Penggunaan
jejaring sosial di kalangan remaja dan anak-anak pun dinilai sangat membantu.
Tetapi di balik manfaatnya, para dokter anak di Amerika Serikat memperingatkan
akan kemungkinan dampak buruknya.
Sekelompok dokter
yang tergabung dalam American Academy of Pediatrics memperingatkan para orang
tua akan munculnya risiko depresi akibat penggunaan situs jejaring sosial ini.
Mereka menyebut gejala "Facebook
Depression" dapat mengancam para remaja akibat terobsesi dengan situs online tersebut.
Sebelumnya, para
pakar menyatakan ketidaksetujuannya kalau facebook
berkaitan langsung dengan depresi pada beberapa anak. Mereka menilai, untuk
menyimpulkan hubungan antara situs pertemanan dengan gejala depresi pada anak
tidaklah mudah. Demikian pula untuk membedakan kondisi psikis yang berhubungan
dengan penggunaan situs ini.
Tetapi Gwenn
O'Keeffe, dokter anak di Boston yang menulis panduan penggunaan jejaring sosial
untuk American Academy of Paediatrics menyatakan, terdapat aspek unik dari facebook yang dapat menimbulkan
kesulitan bagi anak-anak dengan rasa percaya diri rendah.
Sebagai media
untuk ajang bereksperesi di mana seseorang dapat berbagi isi hati, meng-update status, atau
memasang foto-foto pribadi saat bersenang-senang, laman facebook menurut O'Keeffe justru dapat membuat sebagian anak
merasa lebih buruk. Mereka yang percaya dirinya rendah ini berpikir kalau
mereka tidak bernasib sama.
"Ini bisa
lebih menyakitkan ketimbang duduk sendiri di keramaian saat makan siang di
sekolah atau peristiwa hidup nyata lainnya yang bisa membuat anak-anak
terpukul," terang O'Keeffe.
Ia menilai, facebook memberikan pandangan yang
sempit dari apa yang terjadi sesungguhnya, sebab di online tidak ada cara untuk
melihat ekspresi wajah atau membaca bahasa tubuh untuk memberikan konteks.
Dengan panduan
yang diberikan American Academy of Paediatrics, kata O'Keefe para dokter
diharapkan menyampaikan pesan kepada para orang tua agar mereka mau mengawasi
anak-anaknya. Orang tua dapat menyampaikan kepada anak-anaknya tentang cara
menggunakan internet yang baik dan mewaspadai depresi atau risiko penggunaan
online lainnya seperti cyberbullying dan sexting.
Penutup
Dari uraian di atas
sangat jelas bahwa tidaklah baik memperkenalkan facebook kepada anak yang masih kecil. Mereka hendaknya diarahkan
untuk membangun relasi dalam dunia nyata, bermain bersama dan bergerak bersama.
Facebook hanya akan membuat anak
membangun dunianya sendiri, yang ujung-ujungnya menciptakan generasi a-sosial.
editor: adrian
Sumber: Bramirus Mikail , Asep Candra , Lusia
Kus Anna, A. Wisnubrata dlm kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar