Renungan Hari Selasa Pekan Biasa XVI B/II
Bac I Mi 7: 14 – 15, 18 – 20 ; Injil Mat 12: 46 – 50
Ada kesan bahwa ucapan Yesus dalam
Injil Matius tadi melecehkan ibu-Nya dan juga para saudara-Nya. Yesus terlihat
jelas tidak mau mengakui orang tua-Nya (Bunda Maria) dan anggota keluarga-Nya. "Siapa
ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?" (ay. 48). Sepertinya Yesus sudah
melupakan mereka. Mungkin ada orang di sekitar situ spontan berkata, “Sombong
banget orang neh!”
Sebenarnya tidak ada yang salah
dengan ucapan Yesus. Ucapan Yesus ini harus dipahami dalam konteks misi Yesus
di dunia. Yesus datang ke dunia ini hendak mewujudkan Kerajaan Allah, yang
mesti sudah dirasakan saat kini dan di sini, yang pemenuhannya nanti di masa
depan. Dalam Kerajaan Allah itu semua manusia hidup bersaudara. Dalam Kerajaan
Allah itu manusia menjadi satu keluarga di mana Allah adalah Bapanya. Hanya
orang yang melaksanakan kehendak Allah saja yang dapat berdiam dalam Kerajaan
Allah itu.
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa
siapa saja yang melakukan apa yang dikehendaki oleh Allah dia menjadi satu
keluarga dalam Kerajaan Allah. Dia bisa menjadi saudara kita, orang tua kita,
paman kita, dan lain sebagainya. Inilah yang dimaksud oleh Yesus. Jadi, dengan
melaksanakan kehendak Allah, orang menjadi saudara dan saudari Yesus dan juga
ibu Yesus.
Yesus membawa pandangan baru dalam
melihat hubungan kekeluargaan. Patokannya adalah kehendak Allah, bukan ikatan
darah, suku atau apapun. Inilah yang mau ditawarkan Yesus kepada kita pada
kesempatan ini. Yesus mau mengajak kita agar kita siap membangun hubungan
kekeluargaan baru berdasarkan kehendak Allah.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar