Persyaratan Administratif
Pernikahan Katolik
Beberapa hari lalu ada
seorang pemuda datang ke pastoran mau ketemu dengan pastor. Kebetulan yang ada
waktu itu cuma saya, maka sayalah yang menghadapinya. Kepada saya dia mengaku
ingin curhat. Saya persilahkan dia duduk; dan kami duduk di ruang tengah
pastoran.
Ternyata pemuda ini
hanya mau mencari informasi soal persiapan nikah. Calonnya dari gereja lain dan
tinggal di Batam. “Apa yang harus kami persiapkan?” tanya cowok itu kepada
saya.
Ketika saya tanyakan
apakah mereka sudah mengikuti Kursus Persiapan Pernikahan (KPP), dia menjawab:
belum. Lalu saya tanyakan posisi calon istrinya di Batam, hanya untuk mengetahui
masuk paroki mana, sehingga pengaturannya lebih mudah.
Hal lain yang
disampaikannya adalah bahwa calonnya bukan katolik, melainkan dari gereja
protestan. Selain itu dia beritahukan juga bahwa mereka akan melangsungkan pemberkatan
pernikahannya di kampung halaman si cowok.
Persiapan untuk Menikah
Dibutuhkan banyak
persiapan sebelum melangsungkan pernikahan dengan orang yang dicintai. Saya membaginya
menjadi 3 bagian. Memang pemuda yang datang kepada saya itu lebih menekankan
pada satu aspek persiapan saja, yaitu persiapan administrasi.
1. Persiapan
fisik dan psikis
Menikah dalam Gereja
Katolik merupakan pilihan, sekali dan seumur hidup. Sekali memilih, maka kita
akan hidup dengan pasangan hidup kita seumur hidup kita. Hanya kematian yang
memisahkan. Untuk itu dibutuhkan persiapan fisik dan juga psikis. Apakah secara
fisik saya normal dan mampu menjalani peran saya dalam rumah tangga? Apakah secara
psikis saya normal dan mampu menjalani peran saya dalam rumah tangga nanti?
Persiapan fisik dan
psikis ini pertama-tama kita yang melakukannya atas diri kita sendiri, karena
kita sendirilah yang lebih mengetahui keadaan sendiri. Selain itu kita juga
perlu mengetahui dan mengenal pasangan hidup kita. Apakah secara fisik dan
psikis dia sudah siap? Untuk itulah, masa pacaran merupakan masa kesempatan
yang baik untuk saling mengenal.
2.
Persiapan
finansial/material
Orang sering mengatakan
love is blind (cinta itu buta). Cinta
membuat orang yang sedang jatuh cinta dan kasmaran melupakan banyak hal,
termasuk persiapan material ini. Pokoknya kami saling mencintai. Mereka berpikir
bahwa dengan cinta akan selesailah semua perkara.
Yang perlu dipersiapkan
berkaitan dengan finansial atau material ini adalah nanti acara pestanya
bagaimana, berapa orang yang diundang (ini berkaitan dengan uang); nanti
setelah menikah akan tinggal di mana (berkaitan dengan material): apa siap
tidur di emperan toko atau kolong jembatan demi cinta? Bagaimana dengan makan
minum setelah menikah? Bagaimana dengan urusan kelahiran anak, pendidikan anak,
dan lain sebagainya. Semuanya itu membutuhkan uang dan material lainnya.
3.
Persiapan
administrasi
Untuk persiapan
administrasi bagi yang mau menikah menurut tata cara Gereja Katolik dapat
dibagi lagi ke dalam 3 langkah. Langkah pertama adalah mengikuti Kursus
Persiapan Pernikahan; langkah kedua adalah penyelidikan kanonik dan yang
terakhir adalah pengumuman.
Persiapan Administratif
Jika orang sudah sampai
pada persiapan administrasi ini mengandaikan bahwa orang tersebut sudah
mempersiapkan dua persiapan sebelumnya, yaitu persiapan fisik – psikis dan
persiapan finansial/material. Dalam persiapan ketiga ini, orang hanya lebih
pada urusan administrasi. Ada tiga langkah yang harus ditempuh dalam persiapan
ketiga ini.
1. Langkah pertama: Kursus Persiapan
Pernikahan
Pada langkah pertama
ini, setiap orang yang mau melangsungkan pernikahan harus (wajib) mengikuti
kursus persiapan pernikahan. Kewajiban ini mengikat setiap orang, tanpa
membedakan suku ataupun agamanya. Jadi,
sekalipun pasangannya beda gereja dan beda iman, semuanya wajib mengikuti
kursus persiapan ini.
Kursus dapat diikuti
berdua dengan pasangan, tapi bila tidak memungkinkan dapat juga terpisah. Idealnya
adalah keduanya bersama-sama mengikuti pada satu tempat.
Untuk pemuda tadi
tawaran ini berlaku. Karena itu, dari awal saya sudah menanyakan lokasi
pacarnya di Batam. Masuk paroki apa calonnya itu. Saya meminta dia agar
menyuruh pacarnya mencari tahu pada orang katolik yang dekat tempat tinggalnya
dengannya soal kegiatan kursus persiapan pernikahan. Atau bisa juga langsung ke
pastoran kalau dia tahu.
Berkas-berkas apa saja yang
harus disiapkan sebelum mengikuti kursus persiapan pernikahan ini? Untuk langkah
awal ini, berkas-berkas yang harus dilengkapi dan dipersiapkan adalah sbb:
a) Formulir
pendaftaran (diambil di sekretariat paroki)
b) Surat
baptis terbaru (yang kristen non katolik cukup surat baptis saja)
c) Surat
krisma
d) Foto
copy KTP yang masih berlaku
e) Foto
copy akte lahir
f) Pas
foto 3û
4 (3 lembar) dan 4 û 6 (4 lembar)
Setelah berkas-berkas
tersebut sudah lengkap, maka berkas-berkas itu dimasukkan ke dalam map folio
warna merah dan diserahkan ke sekretarial paroki atau seksi keluarga paroki. Yang
perlu diketahui adalah surat formulir pendaftaran harus ditandatangani oleh
ketua KBG dan juga orang tua atau yang mewakili.
2. Langkah kedua: Penyelidikan Kanonik
Mereka yang telah
mengikuti kursus persiapan pernikahan akan mendapat sertifikat telah mengikuti
kursus persiapan pernikahan. Sertifikat ini nanti akan diikutsertakan dalam
berkas-berkas sebelumnya.
Kapan bisa mengadakan
penyelidikan kanonik? Setelah dikeluarkannya sertifikat telah mengikuti kursus
persiapan pernikahan, orang dapat mengajukan permohonan ke pastor paroki untuk
mengadakan penyelidikan kanonik. Soal waktu nanti akan dibicarakan bersama
dengan pastor paroki. Jadi, calon pasutri jangan langsung menentukan waktunya,
tapi bicarakan dulu dengan pastor paroki untuk mencari waktu yang luang. Yang harus
diingat adalah rentang waktu penyelidikan kanonik dengan acara pemberkatan
nikah minimal satu bulan.
Dapatkah penyelidikan
kanonik dilakukan sendiri-sendiri? Contohnya pemuda yang datang “curhat” pada
saya itu. Ia bertanya apakah penyelidikan kanonik bisa dilakukan di Balai (untuk
dirinya) dan di Batam (untuk calonnya).
Penyelidikan kanonik
harus dilakukan bersama. Artinya, calon pasutri harus bersama-sama datang
menghadap dan wawancara dengan pastor, meski dalam kegiatan tersebut nantinya masing-masing
pribadi menghadap pastor. Penyelidikan kanonik juga dapat dilakukan di tempat
(paroki) di mana akan dilangsungkan pemberkatan pernikahan itu.
Dokumen apa saja yang
harus disiapkan? Berkas-berkas dokumen pada langkah pertama masih tersimpan di
sekretariat. Dalam dokumen itu, yang tersimpan dalam map merah, sudah
dilengkapi sertifikat telah mengkuti kursus persiapan pernikahan. Berhubung salah
satu pasangan bukan katolik, maka harus ada beberapa persyaratan administrasi
yang harus dilengkapi lagi:
a. Surat keterangan
dari orang tua dari calon pasangan yang bukan katolik yang berisi kesediaan
anaknya dinikahkan dengan tata cara peneguhan Gereja Katolik. Surat ini harus
ditandatangani di atas meterai. Soal nominalnya terserah.
b. Surat pernyataan
dari calon pasangan yang bukan katolik bahwa dia bersedia, tanpa tekanan dan
paksaan, melangsungkan pernikahan menurut tata cara Gereja Katolik. Dalam surat
itu juga, dia menyatakan kerelaan dan kesediaannya untuk mengarahkan anak-anak
yang lahir dari pernikahannya ke dalam pendidikan iman katolik. Surat ini
ditandatangani di atas meterai. Soal nominalnya tidak diatur.
c. Surat pernyataan
dari pasangan yang katolik bahwa setelah menikah dia tetap berpegang pada iman
katolik dan tidak meninggalkan Gereja Katolik. Dia juga harus menyatakan bahwa
anak-anak yang lahir dari pernikahannya akan dididik dan dibesarkan menurut
cara Gereja Katolik. Surat ini ditandatangani di atas meterai. Soal nominalnya
tidak diatur.
Dengan surat ini, maka
pastor paroki akan mengeluarkan surat dispensasi menikah beda gereja. Semua surat
ini akan melengkapi berkas dokumen yang sudah lebih dahulu ada dalam map merah.
3. Langkah ketiga: Pengumuman
Ini adalah langkah
terakhir dari persiapan administrasi. Setelah semua dokumen-dokumen
administrasi dilengkapi, maka akan diumumkan rencana akan menikah pasangan ini
sebanyak tiga kali hari minggu. Pengumuman ini akan diumumkan di gereja Balai,
Batam (relatif) dan juga di gereja paroki asal si cowok.
Sambil menunggu masa
pengumuman selesai, calon pasutri harus menyampaikan kepada pastor paroki: di
gereja mana akan dilangsungkan pemberkatan nikah ini dan pastor siapa yang akan
memberkatinya. Ini demi keluarnya surat delegasi dari pastor paroki.
Setelah pengumuman
kedua, bisa saja calon pasutri meninggalkan Balai menuju kampung halaman untuk
persiapan pesta pernikahan. Sebelum berangkat, calon pasutri datang menghadap
pastor paroki untuk mengambil berkas dokumen yang harus dibawa ke kampung. Sesampai
di kampung, berkas tersebut diserahkan kepada pastor yang akan memberkati.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar