Selasa, 15 Desember 2020

MENGENAL BIDA'AH PADA MASA PAUS DAMASUS


Ketika menghadapi serangan atau kritikan terhadap ajaran Gereja, seharusnya umat katolik tidak perlu merasa resah, kaget atau gelisah. Sejak awal berdirinya Gereja sudah dihantam kritikan dari berbagai macam penjuru. Istilahnya, setiap zaman selalu ada tantangannya tersendiri. Dan sebenarnya hal ini sudah diramalkan oleh Yesus, sebelum Dia wafat.

Demikian halnya pada masa Paus Damasus. Sejak terpilihnya menjadi Paus (1 Oktober 366) hingga wafatnya di tahun 384, ada begitu banyak aliran sesat yang berusaha menggoncang iman umat. Tujuannya agar umat meninggalkan Gereja Katolik.

Berikut ini akan disajikan aliran-aliran sesat pada masa Paus Damasus.

APOLINARISME merupakan aliran yang digagas oleh Uskup Apoliniarius dari Laodikhea (310 – 390). Apolinarius sebenarnya mau membela keilahian Yesus melawan gagasan Arius (Arianisme), namun usahanya justru berlebihan. Ia meniadakan kemanusiaan Yesus demi membela keilahian-Nya. Apolinarius akhirnya dituduh sebagai bida’ah dalam Konsili Konstantinopel tahun 381.

Apolinarisme mengajarkan bahwa Yesus tidak memiliki roh atau jiwa rasional, kecuali Logos ilahi. Apolinarius tidak bisa menerima kalau Yesus itu manusia, karena kemanusiaan itu memiliki sifat rapuh, sementara, dapat binasa dan lain sebagainya. Dan tak mungkin yang manusiawi ini berada dalam tubuh yang ilahi. Karena itulah, Apolinarius berpendapat bahwa Yesus itu ilahi.

MACEDONIANISME merupakan aliran sesat yang muncul pada abad IV. Aliran ini menyangkal kepribadian penuh dan keilahian Roh Kudus. Menurut Macedonianisme Roh Kudus diciptakan oleh Putera; karena itu berada di bawah Bapa dan Anak. Dengan kata lain, posisi Roh Kudus lebih rendah dari Putera. Ini tentu bertentangan dengan ajaran teologi kristen Ortodoks, dimana Allah adalah satu dalam esensi tetapi tiga pribadi -Bapa, Anak, dan Roh Kudus, yang berbeda dan sama.

Aliran Macedonianisme secara resmi dikutuk pada tahun 381. Melawan ajaran sesat ini Gereja terus memperluas Kredo Nicea yang menegaskan keyakinan Ortodoks Trinitas, "yang dengan Bapa dan Anak bersama-sama disembah dan dimuliakan." Akhirnya,  Macedonianisme ditindas oleh kaisar Theodosius I.

PRISCILIANISME diambil dari nama pencetusnya, yaitu Priscilianus. Dia seorang pengkotbah dan pernah menjadi uskup di Avila. Priscilianus akhirnya dihukum mati oleh pimpinan gereja pada tahun 384. Dia merupakan orang kristen pertama yang dihukum mati dengan alasan bida’ah.

Aliran Priscilianisme, dalam mengembangkan ajarannya, memakai unsur-unsur Gnosis dan Manicheis serta keyakinan Sabelian yang menganggap Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus sekedar tiga cara untuk memandang Allah yang sama.

Beberapa ahli menilai bahwa Priscilianus merupakan seorang yang berpegang teguh pada moral kristen dengan sedikit kaku, tetapi praktik hidup tersebut justru mengundang antipati di kalangan petinggi Gereja.

MANICHEISME adalah aliran kepercayaan dualistik. Pencetus aliran ini adalah Manichaeus, yang lahir di Mardinu, gurun Nahr Kuta, Babilonia Selatan, pada 14 April 216. Pada usianya yang keduapuluh empat, Manichaeus mendapat perutusan dari Malaikat al-Taum untuk mewartakan puncak wahyu ilahi dari Zoroaster, Buddha dan Yesus.

Manichaeus hendak mendirikan agama baru, di mana semua agama lain harus mendasarkan diri padanya. Semua alkitab agama-agama sebelumnya terkumpul dalam agama Manicheaus dan dalam kebijaksanaan yang disingkapnya. Karena itulah maka karya-karya Manichaeus dan para muridnya dimusnahkan oleh orang-orang kristen, islam dan buddha.

Manichaeus selalu menyebut dirinya ‘Rasul Yesus Kristus’. Dia mengakui bahwa Yesus, Zoroaster dan Buddha adalah saudaranya. Manichaeus menganggap dirinya melebihi ketiga saudaranya karena ia menulis kitab suci.

Manicheisme memiliki konsep dualistik atas struktur dunia. Menurut aliran ini dunia ini terbagi ke dalam dua kerajaan, yaitu kerajaan terang dan gelap. Terang sebagai simbol kebaikan dan gelap sebagai simbol kejahatan. Pandangan tentang terang dan gelap ini berdampak pada pandangannya tentang manusia. Saat lahir jiwa manusia berada dalam terang; namun dalam perkembangan waktu jiwa itu terperosok dalam kegelapan tubuh. Artinya, aliran ini melihat bahwa jiwa itu terang dan tubuh ini gelap. Adalah perjuangan manusia untuk melepaskan jiwa dari perangkap tubuh. Manicheisme mendesak para muridnya untuk menjaga moralitasnya sendiri dengan semangat tinggi. Mereka harus menyangkal dan menolak kekayaan, pekerjaan, relaksasi, perang, berburu, berdagang dan bertani.

diambil dari tulisan 8 tahun lalu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar