Sabtu, 18 Juli 2020

KUPAS TUNTAS TENTANG PERSELINGKUHAN


Selingkuh adalah sebuah kata yang sangat ditakuti ketika orang hendak membangun sebuah relasi. Bukan hanya relasi cinta suami-istri atau relasi pacaran saja, melainkan relasi koalisi dalam dunia politik. Dalam dunia politik sering kali terdengar istilah pecah kongsi, di mana awalnya berkoalisi namun akhirnya berpisah karena adanya salah satu partai yang berselingkuh atau tidak setia pada komitmen. Karena itu, dalam dunia politik dikenal adagium ini: tak ada teman yang abadi; yang abadi hanyalah kepentingan.
Tulisan ini lebih menyoroti masalah perselingkuhan dalam relasi suami-isteri dan bisa juga dikenakan pada relasi pacaran. Masalah selingkuh sudah menjadi momok dalam kehidupan. Jika terjadi dalam kehidupan, tentulah akan sangat menyakitkan hati. Apalagi bila pasangan hidup itu selalu terlihat baik di depan mata. Selingkuh bisa menjadi biang kehancuran sebuah rumah tangga atau retaknya hubungan pacaran. Ada begitu banyak hubungan pisah hanya karena masalah selingkuh.
Bisa dikatakan bahwa semua orang, baik pria maupun wanita, sebenarnya tidak mau adanya perselingkuhan dalam hubungan mereka. Atau, orang mau kesetiaan. Akan tetapi, kenapa tetap saja ada perselingkuhan?
Mulai minggu ini hingga 2 minggu mendatang kami akan menampilkan tulisan yang mengupas masalah seputar perselingkuhan. Untuk minggu ini kami turunkan tema selingkuh secara umum. Minggu depan (hari Rabu, 25/06) kami akan sajikan tema selingkuh dari kaca mata kaum Adam, sedangkan dari kaca mata perempuan ditampilkan minggu depannya lagi. Semoga tulisan ini dapat membuka wawasan dan berguna bagi kehidupan.
Mitos tentang Selingkuh!
Tanpa disadari, ternyata ada banyak orang di sekitar kita yang berselingkuh. Menurut laporan mengenai perilaku seksual oleh National Opinion Research Center pada tahun 2006, hampir seperempat dari pria menikah dan 13 persen perempuan menikah memiliki affair. Atau, sebuah penelitian yang dilakukan di Indonesia beberapa tahun lalu yang menyatakan bahwa 1 dari 3 pria berselingkuh.
Dalam kenyataannya, selingkuh itu sering tidak seperti yang dibayangkan atau diperkirakan orang. Misalnya seperti pasangan yang kita kenal yang selama ini terlihat sangat bahagia, namun ternyata suaminya berselingkuh. Banyak hal mengenai selingkuh ternyata sekadar mitos. Ada beberapa mitos tentang selingkuh yang beredar selama ini.
a)   Hormon memengaruhi kesetiaan
Sebuah studi yang dilakukan para peneliti di The University of Texas di Austin menyatakan bahwa perempuan yang memiliki oestradiol (hormon seks, sering dikaitkan juga dengan kesuburan) tinggi cenderung akan melakukan perselingkuhan. Alasannya karena dengan oestradiol yang tinggi mereka akan merasa lebih menarik, dan cenderung ingin menggoda, mencium, dan memiliki affair serius dengan pasangan baru. Kadar oestradiol ini dikaitkan secara negatif dengan kepuasan perempuan dengan pasangannya yang utama. Para peneliti mengatakan bahwa penemuan itu menunjukkan perempuan yang sangat subur tidak mudah dipuaskan oleh pasangan tetapnya, dan terdorong untuk mencari pria yang lebih menarik. Meskipun demikian, mereka cenderung tidak akan memuaskan dorongan negatif ini dan tetap monogami.
b)   Selingkuh selalu melibatkan seks
Scott Haltzman MD, profesor klinis di Brown University, dan penulis buku The Secrets of Happy Married Men, mengungkapkan bahwa tak selamanya selingkuh itu diungkapkan dengan hubungan seks. Selingkuh juga bisa terjadi pada tingkat emosional, tanpa kontak seksual. "Pertemanan bisa berkembang menjadi perselingkuhan emosional ketika terjadi keintiman emosional, ketegangan seksual, dan dirahasiakan di luar pernikahan," kata Dr Haltzman. Selingkuh secara emosional inilah yang justru paling ditakuti kaum wanita.
c)   Orang selingkuh karena kehilangan cinta
Menurut Dr. Haltzman, affair bisa terjadi karena seseorang merasa tidak lagi mencintai pasangannya. Namun bukan berarti sudah tidak ada lagi cinta. "Mereka mungkin tidak bahagia pada saat itu, tapi tidak berarti cinta sudah tidak ada lagi," kata Dr. Haltzman. Alasan selingkuh sering kali mengarah pada masalah lain pada hubungan seseorang, misalnya suami yang butuh dorongan ego dari seorang perempuan yang bukan istrinya, atau istri yang mencari perhatian yang tidak didapatnya di rumah.
d)   Pria hanya selingkuh dengan perempuan yang lebih muda dan lebih cantik daripada pasangannya
Lihatlah Pangeran Charles dan Camilla Parker Bowles, atau Ray Sahetapy ketika digugat cerai Dewi Yull karena menjalin hubungan dengan wanita yang lebih tua darinya. Ketidaksetiaan tidak selalu harus dikaitkan dengan sosok yang lebih muda dan lebih cantik. Suatu affair sering kali berangkat dari masalah dalam hubungan seseorang saat itu, demikian menurut Matt Titus, pakar relationship dan penulis buku Why Hasn't He Called?. "Orang selingkuh karena mencari sesuatu yang tidak dimiliki suami atau pasangannya," paparnya.
e)   Sekali selingkuh, selamanya akan selingkuh
Titus mengatakan, ketika seseorang belajar dari kesalahannya, ia akan melihat akibat dari perbuatannya. Seorang pria yang pernah berselingkuh dan menyebabkannya bercerai, mengatakan telah merasakan konsekuensi dari ketidaksetiaannya, dan menjadi dewasa secara emosional dari pengalamannya tersebut. Ketika akhirnya ia menikah lagi, ia merasa diberi kesempatan kedua. "Aku tak akan pernah lagi selingkuh dari istriku. Jadi, stigma 'sekali selingkuh selamanya akan selingkuh' itu tidak selalu benar," katanya.
f)     Perkawinan pasti bubar saat terjadi perselingkuhan
"Affair tidak selalu harus menghentikan hubungan dalam perkawinan itu," ujar Dr. Haltzman. "Affair itu justru bisa menjadi semacam wake up call." Artinya, jika kita mampu mengambil hikmahnya, affair yang dilakukan suami bisa ditanggapi dengan menyadari bahwa mungkin telah terjadi masalah dalam hubungan kita. Lalu, jadikan momen ini untuk membuka dialog mengenai masalah tersebut.
g)   Selingkuh satu kali sama saja dengan suatu "affair"
Rhonda Fine PhD, pakar seksologi klinis, tidak sependapat dengan hal ini. "Satu kali perselingkuhan memang bisa merusak kepercayaan dalam hubungan perkawinan Anda, tetapi affair akan menetap jauh lebih emosional daripada kencan semalam," tutur duta The American Academy of Clinical Sexologists ini. Saat melakukan one night stand atau affair, artinya kita tidak menghargai pasangan dan janji pernikahan. Namun affair yang berlangsung lama bisa mengarah ke keintiman emosional.
h)   Perempuan tidak mungkin selingkuh
"Ketika perempuan makin terlibat dalam dunia kerja, dan sering melakukan perjalanan dinas, mereka akan lebih sering menghadapi situasi yang mendorong mereka untuk selingkuh," kata Dr. Fine. Menurutnya, hal ini juga disebabkan perempuan lebih mudah melakukan bonding daripada pria. Ketika mereka bekerja bersama pria secara intens, mereka akan merasa menemukan relasi emosional.
i)     Pria selingkuh karena tak mendapatkan cukup kasih sayang di rumah
Ada banyak alasan mengapa orang berselingkuh. Hal itu tak selalu berhubungan dengan ketertarikan dengan orang lain. Menurut Dr. Fine, orang berselingkuh karena egois, tidak dewasa, atau narsistik. Mereka senang merasakan sensasi, atau drama yang mungkin tercipta. Mereka mendahulukan kepentingannya dibanding yang lain, dan jarang menyalahkan diri sendiri bila perselingkuhan terjadi.
j)     Selingkuh terjadi karena krisis paruh baya
Dalam suatu jajak pendapat secara online yang dilakukan Wisconsin Public Radio, lebih dari separuh responden mengatakan, krisis paruh baya adalah pengalaman yang sangat menimbulkan depresi dan merenggut keberanian. Memang beberapa pria memasuki usia paruh baya, dan memiliki affair sesudahnya. Namun, pria yang lain akan memulai kebiasaan minum alkohol terlalu banyak, atau menjadi depresi secara klinis. Kalau sudah begini, ia harus menjalani konseling.
k)   Orang yang selingkuh tak ingin kepergok
"Ada juga orang yang sengaja melakukannya sedemikian rupa sehingga pasangan mereka memergokinya," tukas Dr. Haltzman. Entah itu dengan meninggalkan bekas lipstik di kerah kemeja, atau membiarkan e-mail terbuka pada komputer di rumah. Pendek kata, meninggalkan jejak di mana-mana. Sering kali hal itu merupakan suatu sinyal permintaan bantuan. Ada orang yang menunjukkannya dengan sangat jelas karena mereka ingin berhenti tapi tak tahu caranya.
Gen yang Bikin Orang Selingkuh
Orang sering mengutarakan penyebab orang berselingkuh, baik dari sisi sosial, psikologi maupun dari sisi biologis. Akan tetapi, sebuah penemuan baru yang cukup mengejutkan mengatakan bahwa ada sebuah gen yang ternyata meningkatkan perilaku selingkuh terhadap pasangan. Gen ini berlaku untuk pria dan wanita.
Gen yang disebut DRD4 ini memengaruhi kadar dopamin pada otak. Satu dari empat orang yang memiliki gen ini cenderung tidak setia pada pasangan hingga dua kali lipat daripada mereka yang tidak memilikinya. Ketika pria atau wanita dengan gen "pengkhianat cinta" ini punya affair, mereka menerima dorongan kimiawi yang sama dengan penjudi yang memenangkan taruhan atau seorang alkoholik yang menerima minuman.
Setelah menguji 180 pria dan wanita muda mengenai perilaku mereka terhadap hubungan, peneliti berkesimpulan bahwa mereka yang memiliki varian tertentu dari gen DRD4 cenderung lebih memiliki sejarah perselingkuhan, termasuk one night stand.
"Dalam kasus seks yang tidak terikat, risikonya tinggi, lalu ada unsur penghargaan dan variabel motivasi sehingga ini memastikan adanya dorongan dopamin," urai Justin Garcia, salah satu peneliti dari State University of New York.
Enam Tipe Peselingkuh
Dr. Doug Weiss, presiden American Association for Sex Addiction Therapy dan pendiri situs konseling SexAddict.com, mengungkapkan ada 6 jenis peselingkuh. Tidak semua dari peselingkuh adalah pecandu seks, namun ada peselingkuh kambuhan yang memang memiliki masalah kecanduan seks.
Keenam tipe atau jenis peselingkuh menurut Dr. Weiss dijelaskan dalam bukunya, Addicted to Adultery: The Other Reason Spouses Cheat.
1. Si pemburu
Tipe ini cerdas, sukses, dan pintar bicara, yang memancarkan energi seksual atau narsistik tertentu. Mereka biasanya mencari orang yang rapuh, kesepian, atau justru pecandu seks lain untuk menikmati quickie sex. Mereka punya pickup lines atau modus operandi yang jelas untuk menjerat korbannya. Tetapi mereka tidak akan mencari tipe pemburu lain, karena akan menyakiti mereka. Contoh tipe ini adalah Tiger Woods, yang menurut Dr. Weiss mencari  tipe wanita tertentu yang muda, cantik, langsing, dan rela melakukan apa saja untuknya.
2. Si pahlawan
Tipe ini biasanya berlagak ingin menolong korbannya yang sedang mengalami kesusahan. Mereka akan mendekati korbannya sambil berpura-pura menjadi pendengar yang baik mengenai kehidupan si korban. Korban tentu merasa sangat dihargai dan dimengerti, sehingga menaruh kepercayaan pada si pahlawan ini. Kepercayaan ini lalu disambut dengan gembira, karena artinya jalan untuk mendapatkan si korban semakin dekat. Bahkan setelah berhasil merebut hati si korban, mereka akan tetap dipandang sebagai pria yang manis.
3. Tipe korban
Tipe ini kebalikan dari tipe “si pahlawan”. Mereka akan berkeluh-kesah pada pasangannya, bahwa istri/suaminya tidak pernah memperhatikan, menghargai, apalagi ingin berhubungan intim dengannya. Orang ini berlagak mencari seseorang bisa membantunya keluar dari permasalahannya, membuat calon korbannya merasa iba. Padahal, dengan cara itulah mereka menjerat korban sesungguhnya. Dr. Weiss mengambil contoh Tiger Woods. Tiger Woods disebut-sebut selalu mengeluh tidak bahagia dalam pernikahannya dengan istrinya, Elin, untuk meyakinkan wanita lain supaya mau tidur dengannya.
4. Tipe oportunis
Tipe ini bisa mengincar seseorang yang 20 tahun lebih muda atau lebih tua, gemuk atau kurus, kaya atau kekurangan. Mereka akan merasa senang jika diinginkan atau didambakan orang lain, sehingga siapa saja yang menginginkan mereka tentu akan diterima dengan antusias. Mereka tak peduli bagaimana penampilan korbannya, atau apa latar belakangnya. Pendeknya, selama ada kesempatan, mereka akan berusaha mendapatkannya.
5. Tipe profesional
Ini tipikal pria pada umumnya. Tipe ini tidak mencari cinta, tidak peduli pada keinginan atau kebutuhan korbannya, atau apa yang dipikirkan korban mengenai diri mereka. Sebab mereka sebenarnya menjalani kehidupan normal, memiliki istri yang baik, anak-anak yang manis, dan pekerjaan yang mapan. Tetapi mereka bisa menjadi badung ketika mereka menginginkannya. Karena itu mereka berusaha menyembunyikan semua aksinya.  Mereka memegang prinsip ini: “Kalau tidak ada yang tahu, tidak akan ada yang sakit hati.”
6. Tipe pemuja
Ini tipe peselingkuh yang paling spesifik. Mereka hanya menginginkan satu tipe wanita/pria tertentu, yang sangat terbatas. Bahkan, mereka berani mengambil risiko untuk menerima satu kesempatan langka bersama pasangan yang mereka inginkan. Mereka bisa membagi-bagi hatinya, dan seringkali merasa memiliki hak untuk melakukan perselingkuhan.
Selingkuh Di Mata Pria dan Wanita
Dalam Sex and the City 2 dikisahkan Carrie Bradshaw, yang sedang berlibur, jauh dari suami, tiba-tiba bertemu dengan Aidan, mantannya yang dulu bikin Anda tergila-gila. Carrie ternyata masih memiliki perasaan khusus terhadap Aidan. Dan akhirnya Carrie mengecup Aidan; sebuah kecupan ringan untuk seorang teman. Kecupan itu memang tidak begitu dalam.
Bila hal itu terjadi pada kita, tentu kita akan merasa bersalah dan berusaha berpikir positif: toh, kita tidak melakukan apa pun yang "berbahaya". Itu hanya kecupan ringan untuk seorang teman. Namun meskipun berusaha keras mengenyahkan rasa bersalah tersebut, kita pasti akan tetap dihantui pikiran. Apakah saya telah berselingkuh? Sebab saya tidak ingin terlibat lebih jauh dengan si mantan.
Penulis dan pakar hubungan, Dr. David Eigen, mendefinisikan selingkuh sebagai apapun yang dilakukan tanpa integritas terhadap komitmen, kesepakatan, atau janji pernikahan. Bolehkah kita makan malam dengan seorang mantan jika kita sudah terlibat hubungan dengan orang lain? "Sebenarnya boleh saja," kata Eigen, "jika hubungan pertemanan Anda dalam kadar yang sehat."
Kapan kita dikategorikan berselingkuh memang masih diperdebatkan, karena batasannya berbeda untuk pria maupun wanita. "Perempuan biasanya lebih emosional. Sedangkan untuk pria lebih berkenaan dengan seks," ujar pakar seks, Dr. Victoria Zdrok. Menurutnya, perempuan tidak hanya lebih emosional, tetapi juga lebih pemaaf. Kebanyakan perempuan mampu memaafkan saat pasangannya berselingkuh. Asal, yang dilakukan hanya untuk seks, bukan berpindah ke lain hati alias melibatkan perasaan. Kebalikannya, pria justru lebih sulit memaafkan urusan seks ketimbang cinta.
Jika situasi yang terjadi pada Carrie dan Aidan ini juga kita alami, akibatnya tentu jauh lebih parah daripada jika kita berselingkuh dengan kenalan baru. "Selingkuh dengan mantan itu jauh lebih menyakitkan (untuk pasangan)," lanjut  Dr. Zdrok. Penyebabnya tak lain adanya komponen emosional yang kuat dengan mantan kita. Apalagi jika dulu kita berpisah baik-baik, tanpa permusuhan.
Bukan Karena Orang Ketiga
Banyak orang berpikir bahwa orang ketiga dalam pernikahan adalah salah satu penyebab keretakan rumah tangga. Namun, hal ini dengan tegas dibantah oleh konsultan pernikahan Indra Noveldy. Orang ketiga bukanlah faktor utama penyebab perceraian. Karena dalam hal perselingkuhan ini sebenarnya merekalah yang menjadi 'korban'.
Indra mengungkapkan, sebenarnya orang ketiga bisa hadir di tengah-tengah kehidupan pernikahan karena kesalahan pasangan itu sendiri. Orang ketiga ini hadir karena salah satu pasangan memberi celah yang cukup besar kepada mereka. "Awal masuknya orang ketiga ini karena ada celah yang dibentuk pasangan suami istri sebagai akibat dari masalah dan konflik rumah tangga yang mereka hadapi, namun tak terselesaikan dengan baik," jelas Indra.
Setiap pernikahan pasti mengalami berbagai masalah dan konflik. Oleh karenanya, semua masalah harus diselesaikan dengan baik dan memuaskan bagi kedua belah pihak. Sayangnya, banyak pasangan yang menganggap masalah akan selesai dan sembuh seiring berjalannya waktu. Banyak orang berprinsip, “Biarlah waktu yang menyelesaikannya.” Sebenarnya prinsip ini bukan merupakan solusi yang tepat.
"Waktu tidak akan menyembuhkan masalah, jika dari dalam diri sendiri tak ada usaha dan keinginan untuk menyelesaikan masalah tersebut," beber Indra. Masalah yang menumpuk dalam rumah tangga membuat celah di antara pasangan. Celah ini bisa disebabkan oleh perilaku pasangan yang terlalu mendominasi, arogan, terlalu banyak menuntut, atau tidak komunikatif. Situasi ini akan menimbulkan perasaan tidak nyaman dalam diri pasangan saat berada di dekat kita.
Indra menambahkan bahwa kunci pernikahan yang bahagia dan langgeng adalah adanya rasa nyaman terhadap pasangan. Ketika perasaan itu tak lagi didapatkan dari pasangan, maka mereka akan mencari sosok lain yang bisa membuat diri dan perasaan mereka menjadi lebih nyaman dan bahagia. Dari sinilah muncul perselingkuhan.
Untuk menghindari terjadinya hal ini, jangan buru-buru menyalahkan pasangan karena mereka selingkuh. Coba perbaiki dan intropeksi diri masing-masing, apakah sudah bisa membuat pasangan merasa nyaman hidup bersama. Selain itu, perbaiki hubungan dan perkuat fondasi rumah tangga agar semua masalah yang terjadi bisa diselesaikan dengan baik.
Selingkuh Mudah Dimaklumi
Tidak gampang menjadi selebriti, karena segala tindak-tanduknya menjadi sorotan. Mereka menjadi role model bagi banyak penggemarnya. Bila hanya sekadar menularkan gaya berbusana atau semangat kerja keras dalam mencapai tujuan, tentu tidak menjadi masalah. Tetapi bagaimana bila perilaku selebriti yang tidak pantas kemudian ditiru oleh penggemarnya? Hal inilah yang dikhawatirkan para peneliti dari University of Essex, karena dalam penelitian mereka terlihat bahwa kebiasaan selingkuh, berkendara dalam keadaan mabuk, dan berbohong, kini makin diterima oleh masyarakat, ketimbang pada awal tahun 2000-an.
Kesimpulan ini diperoleh setelah mereka mengadakan survei terhadap lebih dari 2.000 orang. Dari survei tersebut terungkap pula bahwa orang Inggris cenderung memaafkan perilaku buruk yang ditularkan oleh tokoh panutan mereka. "Menurut kami, hal ini karena role model mereka bukan sosok yang baik, entah itu pemain bola yang berselingkuh dari istrinya, atau wartawan yang meng-hack ponsel orang lain. Secara bertahap, orang cenderung menjadi lebih tidak jujur, lebih bersedia mengungkapkan kebohongan, dan lebih mentoleransi perzinahan," papar Profesor Paul Whiteley, yang menulis studi ini.
Penelitian yang ditujukan untuk mengukur integritas ini juga mendapati bahwa perempuan lebih jujur daripada laki-laki, namun hanya 50 persen partisipan yang sepakat bahwa berselingkuh tak boleh dibenarkan. Padahal, pada tahun 2000 ada 70 persen perempuan yang menyatakan tak sepakat dengan perselingkuhan. Satu dari tiga orang mengecam sikap gemar berbohong.
Menurut Profesor Whiteley, jika modal sosial begitu rendah, dan orang menjadi saling curiga sehingga tidak mampu bekerjasama, masyarakat tersebut memiliki kesehatan dan performa pendidikan yang lebih buruk, kurang bahagia, serta kurang berkembang secara ekonomi.
Penutup
Kita sudah melihat soal selingkuh secara umum. Dari situ dapat disimpulkan bahwa tidak setiap orang ternyata menyukai selingkuh. Ada yang menginginkan kesetiaan. Selingkuh menunjukkan adanya sikap egois dalam hidup. Karena itu, untuk menghindari terjadinya perselingkuhan, langkah awal yang harus dilakukan adalah menghilangkan sikap egois tersebut.Sikap yang harus dibentuk dalam diri kita bila mengetahui pasangan kita selingkuh adalah memaafkan atau mengampuni. Sikap ini dengan sangat baik dicontohi oleh nabi Hosea. Sekalipun istrinya sering berselingkuh, Hosea tetap kembali merangkul istrinya dan memaafkannya. Memang untuk membangun sikap memaafkan membutuhkan kekuatan yang sangat luar biasa besar. Memaafkan itu merupakan ciri ilahi, bukan manusiawi. Karena itulah, agar bisa memaafkan, kita perlu minta bantuan kekuatan dari Tuhan.
diolah kembali dari tulisan 8 tahun lalu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar