Kamis, 21 Mei 2020

JANGAN BANGUN RUMAH TANGGA DI ATAS DASAR ROMANTISME

Sangat menarik menonton film Paper Year. Film ini terbilang sangat sederhana, mungkin lantaran durasi waktunya yang cukup singkat. Akan tetapi, alur cerita dan pesan yang hendak disampaikannya sangat penting bagi kaum muda yang hendak meniti hidup berumah-tangga.
Film Paper Year diawali dari dua sejoli yang baru keluar dari kantor urusan pernikahan (KUP). Mereka baru menikah. Ditampilkan situasi romantis kedua sejoli ini, mulai dari pintu keluar KUP hingga di rumah. Ada kesan bahwa romantisme inilah yang mendasari mereka berdua menikah. Hal ini terlihat pada dialog yang terjadi di rumah orangtua pihak wanita. Sang ibu mempertanyakan kesiapan ekonomi rumah tangga mereka, namun tanggapi santai saja. Romantisme menutup hati dan budi terhadap semua persoalan yang bakal dihadapi.
Padahal ekonomi juga yang kemudian menjadi salah satu persoalan kehidupan rumah tangga mereka. Dari ekonomi merambat ke masalah komunikasi, relasi dan kepercayaan hingga akhirnya muncul perselingkuhan. Persoalan demi persoalan mulai memudarkan romantisme yang ada di awal kehidupan mereka. Hingga akhirnya, perpisahanlah yang mereka ambil sebagai keputusannya.
Demikianalh gambaran singkat film Paper Year. Lebih lanjut mengenai film ini silahkan tonton di sini. Dapat dikatakan bahwa film ini hendak menasehati kita, khususnya mereka yang akan dan mau menikah:

1.    Indahnya hidup pacaran tidak bisa dijadikan jaminan bagi indahkan hidup berumah tangga. Dengan kata lain, romantisme masa pacaran tidak berkorelasi dengan kehidupan rumah tangga. Karena itu, jangan buru-buru memutuskan untuk segera menikah ketika merasakan indahnya saat pacaran.
2.    Berumah tangga itu membutuhkan persiapan, seperti ekonomi, mental, fisik, dan saling kenal satu sama lain. Cinta saja tidak cukup. Berkeluarga itu adalah komitmen seumur hidup. Karena itu, dibutuhkan fondasi yang benar-benar kokoh.
3.    Pihak keluarga besar, dalam hal ini orangtua, perlu dilibatkan. Orangtua adalah orang yang lebih dahulu mengalami apa yang hendak kita alami, sekalipun tak bisa dipungkiri adanya perbedaan masa dan tuntutan. Akan tetapi, tidaklah salah jika kita mendengarkan apa yang dikatakan mereka terkait dengan apa yang pernah mereka alami. Mungkin itu bisa membantu.
by: adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar