Ada kesan
bahwa cerpen “Semalam Di KM Bukit Siguntang” hanyalah sebuah cerita pengalaman.
Mungkin pengalaman penulis, yang sempat menjadi salah satu penumpang kapal
PELNI itu, atau juga pengalaman orang lain yang ditangkap penulis. Yang jelas,
setting ceritanya ada di atas kapal, dalam pelayaran dari pelabuhan Kijang
(Pulau Bintan) menuju pelabuhan Tanjung Priok (Jakarta).
Akan
tetapi, cerpen ini menyuguhkan segudang pesan kehidupan. Yang begitu kuat
adalah pesan moral. Terlihat adanya tarik menarik antara moralitas dan
kemunafikan. Tokoh utama cerita ini, yaitu seorang pelacur bernama Vera,
mencoba membongkar kemunafikan kaum moralis. Di sini penulis cerpen ini mencoba
menampilkan tokoh anak manusia yang mau tampil apa adanya: jujur tanpa topeng
kemunafikan.
Cerpen
ini seakan hendak menampar muka kita. Uraian kehidupan apa adanya seakan menelanjangi
kita. Bayangkan, kehidupan “dunia” di atas kapal saja sudah begitu, apalagi
dalam dunia sebenarnya. Memang cerpen ini tidak memberi pesan tegas kepada
pembacanya. Hingga kalimat terakhir, kita tidak menemukan pesan utamanya. Malah
kita dapat terperangkap bahwa cerpen ini mau mengatakan bahwa cinta tak
selamanya berakhir dengan pernikahan; sebuah lagu lama. Sepertinya penulis
hendak menyampaikan agar pembaca menemukan sendiri pesan untuk dirinya
sendiri.
Tentu
kita penasaran. Lebih lanjut mengenai cerpen ini silahkan baca di: Budak Bangka: (C E R P E N) Semalam di KM Bukit Siguntang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar