Renungan
Hari Senin Biasa IX, Thn B/I
Bac
I Tob 1: 1a, 2a, 3; 2: 1b – 8; Injil Mrk 12: 1 – 12;
Kedua bacaan liturgi hari ini memiliki kesamaan. Bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Tobit, mengisahkan cerita tentang Tobit. Diceritakan bahwa Tobit hendak bergembira merayakan Hari Raya Pentakosta. Jamuan makan yang baik sudah di depan mata. Tentulah suasana hatinya sukacita. Namun seketika sukacita itu hilang ketika didapat kabar ada warga sebangsanya mati dibunuh dan mayatnya dibiarkan begitu saja. Setelah mengurus mayat itu, Tobit menikmati perjamuan itu dengan sedih hati. Hal ini selaras dengan nubuat Nabi Amos, “Hari-hari rayamu akan berubah menjadi hari sedih dan segala nyanyianmu akan menjadi ratap!” (ay. 6).
Nubuat
Nabi Amos, sebagaimana dikutip oleh Tobit, kembali terlihat dalam kisah
perumpamaan yang diceritakan Tuhan Yesus dalam Injil. Pengalaman Tobit
disejajarkan dengan pengalaman tuan si empunya kebun anggur. Dia seharusnya
bergembira karena musim panen sudah tiba. Dia ingin menikmati hasil panenannya.
Namun yang terjadi adalah para penggarap menguasai kebun anggurnya. Mereka tidak
mau menyerahkan hasil panenan kepada pemilik kebun. Malah mereka berusaha
menghalanginya. Para hamba, yang diperintah untuk mengambil hasilnya, dibunuh. Bahkan
anaknya yang terkasih pun mengalami nasib serupa.
Sabda
Tuhan hari ini mau mengatakan kepada kita bahwa jalan hidup itu terkadang tidak
sesuai dengan keinginan kita. Terkadang di saat kita hendak menikmati sukacita,
datanglah dukacita; di saat kita hendak meraih sukses, masih saja ada
penghalang. Ini merupakan bagian dari kehidupan. Karena itu, hendaklah kita
jalani saja. Seperti Tobit yang menikmati perjamuan itu dengan hati sedih. Artinya,
sekalipun ia menikmati sukacita, ia tidak lupa juga akan dukacita.***
by:
adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar