Renungan
Hari Rabu Biasa IX, Thn B/I
Bac
I Tob 3: 1 – 11, 16 – 17; Injil Mrk 12: 18 – 27;
Injil hari ini mengisahkan perdebatan antara Tuhan Yesus dengan orang-orang Saduki tentang kebangkitan. Orang Saduki bertanya soal kebangkitan dengan berangkat dari kisah seorang perempuan yang selama hidupnya di bumi telah menikah tujuh kali. Kisah ini mirip dengan kisah Sara, anak perempuan Raguel, dalam bacaan pertama. Di sini terlihat jelas kalau orang-orang Saduki ini memahami soal kebangkitan dengan cara manusiawi. Mereka hanya menggunakan kemampuan akali untuk memahami kuasa Allah. Karena itulah Tuhan Yesus mengecam kesesaatan pikiran mereka. “Kamu sesat, justru karena kamu tidak mengerti Kitab Suci dan kuasa Allah.” (ay. 24).
Sikap
orang Saduki di atas sangat bertentangan dengan sikap Tobit dan Sara dalam
bacaan pertama. Sebagaimana yang sudah diketahui, saat itu Tobit mengalami
nista. Namun ia tidak marah kepada Tuhan. Ia malah menyerahkan semua persoalan
hidupnya kepada Tuhan. “Kini berbuatlah kepadaku menurut apa yang berkenan
kepada-Mu.” (ay. 6). Hal yang sama dilakukan dengan Sara. Ketika nista terus
menderanya, ia melambungkan madah pujian kepada Allah (ay. 11). Kedua tokoh
Perjanjian Lama ini tidak disibukkan dengan pemahaman akan misteri kuasa Allah,
melainkan berserah kepada kehendak Allah.
Sabda
Tuhan hari ini mau mengatakan kepada kita bahwa terkadang jalan dan rencana
Tuhan atas diri kita sulit kita pahami. Bahkan sering pula bertentangan dengan
keinginan kita. Tuhan menghendaki supaya kita memiliki sikap berserah diri. Sikap
ini mengajak kita untuk mengutamakan kehendak Tuhan yang terjadi dalam
kehidupan kita. Tugas kita hanya menerima dan menjalaninya dengan rasa syukur.***
by:
adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar