Renungan Hari Senin
Biasa XXX, Thn A/II
Bac I Ef 4: 32 – 5: 8; Injil Luk 13: 10 – 17;
Injil hari ini bercerita Tuhan Yesus menyembuhkan seorang
perempuan yang sakit karena dirasuki roh selama delapan belas tahun. Kejadian itu
terjadi di rumah ibadat dan pada hari sabat, dimana orang dilarang melakukan
pekerjaan. Karena itulah, wajar jika kepala rumah ibadat bersikap sinis atas
kejadian itu. Kepala rumah ibadat mendasarkan sikapnya pada aturan, sementara
Yesus mendasarkan tindakan-Nya pada kemanusiaan. Namun satu hal yang menarik
adalah, Tuhan Yesus membongkar kemunafikan sikap kepala rumah ibadat (serta
mereka yang sehaluan dengannya). Karena dalam kasus itu mereka berpegang teguh
pada aturan, tapi bagian lain (dengan masalah yang sama) mereka bersikap
longgar.
Semangat Tuhan Yesus pada kasih kemanusiaan inilah yang
diwartakan Paulus dalam bacaan pertama. Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus,
Paulus mengajak jemaat untuk menjadi penurut Allah dan hidup dalam kasih
sebagaimana Kristus telah mengasihi. Salah satu wujud kasih itu adalah bersikap
ramah terhadap sesama, penuh kasih mesra dan saling mengampuni. Paulus juga
mengajak jemaat untuk menjaga kesucian diri dengan menghindari kecemaran hidup.
Di sini Paulus memperingati agar jemaat jangan hanya bisa mengkritik hidup
orang lain, sementara hidupnya penuh dengan kecemaran.
Satu hal yang menarik dari sabda Tuhan hari ini adalah soal
kemunafikan. Kepala rumah ibadat, dengan dasar aturan, mengkritik tindakan kasih
Yesus kepada perempuan yang sudah delapan belas tahun menderita sakit. Sementara
dia sendiri melanggar aturan yang digunakan untuk mengkritik Tuhan Yesus dengan
kegiatan lainnya. Sikap munafik ini sering kita jumpai dalam kehidupan ini. Sering
kita mendengar, misalnya dalam kotbah atau pembicaraan lain, para imam
mengkritik kasus korupsi di Negara dengan berbagai tinjauan moral kemanusiaan dan tinjauan lain. Sementara
di Gereja dia sendiri memperkaya diri dengan hasil korupsi atau kebijakan yang
melestarikan korupsi. Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita agar kita konsisten
dengan ucapan. Kita hendaknya jangan cuma bisa menilai orang lain tanpa
terlebih dahulu menilai diri sendiri.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar