Renungan Hari Senin
Biasa XXIX, Thn A/II
Bac I Ef 2: 1 – 10; Injil Luk 12: 13 – 21;
Injil hari ini berkisah tentang perumpamaan orang kaya yang
bodoh. Perumpamaan ini berawal dari seseorang yang meminta Tuhan Yesus untuk
menjadi “hakim” dalam soal pembagian harta warisan. Tuhan Yesus menegaskan
bahwa di balik semua itu terdapat sebuah sikap keserakahan. Dari sinilah Tuhan
Yesus kemudian menegaskan bahwa harta kekayaan tidak dapat menyelamatkan hidup betapapun
banyaknya. Hidup kita tidak tergantung pada kekayaan. Hal ini dipertegas dengan
contoh orang kaya dalam perumpamaan yang diceritakan Yesus. tampak jelas bahwa
kekayaannya itu tidak dapat menyelamatkan dirinya.
Apa yang disampaikan Yesus dalam Injil, kembali mendapat
tekanan dalam bacaan pertama. Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, Paulus
mengajak umat untuk tidak menuruti kehendak daging atau dorongan hawa nafsu. Bagi
Paulus, kekayaan yang paling berharga adalah rahmat penebusan dan kasih karunia
Allah. Semua itu murni pemberian dari Allah, bukan usaha manusia. Di sini
Paulus mau mengatakan bahwa tidak ada dasar untuk memegahkan diri. Sikap yang
hendak ditanam dan rendah hati.
Dewasa ini harta dan kekayaan sudah menjadi dewa yang selalu
diburu dan dikejar manusia. Setiap orang, bahkan imam, biarawan/wati yang
mengucapkan kaul.janji kemiskinan pun, tak luput dari keinginan untuk memiliki
harta kekayaan yang berlimpah. Dan tak sedikit di antara mereka yang begitu terikat dengan kekayaan sampai lupa atau
menyingkirkan Tuhan. Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita bahwa harta kekayaan
itu tidak dibawa mati. Kekayaan, sebanyak apapun, tidak dapat menyemalatkan
hidup kita. Tuhan menghendaki supaya kita bersikap rendah hati dan tidak
serakah terhadap kekayaan.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar