Senin, 18 Agustus 2014

Renungan Hari Senin Biasa XX - Thn II

Renungan Hari Senin Biasa XX, Thn A/II
Bac I    Yeh 24: 15 – 24; Injil                        Mat 19: 16 – 22;

Ada kesamaan topik dalam dua bacaan liturgi hari ini. Kesamaan itu terletak pada tindakan orang bertanya untuk dirinya sendiri. Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Nabi Yehezkiel, orang Israel datang kepada Yehezkiel dan bertanya tentang makna dari tindakan yang dilakukannya. “Apa artinya ini bagi kami?” (ay. 19). Inti jawaban Yehezkiel adalah Yehezkiel menjadi lambang dari sikap Allah terhadap bangsa Israel. Tuhan Allah kecewa dan marah kepada mereka. Di balik jawaban itu terbersit suatu pesan agar umat Israel berpaling kembali kepada Allahnya. Agar dapat kembali kepada Allah, umat musti menanggalkan ego dan andalan-andalannya yang lain.

Injil hari ini menceritakan tentang seorang kaya yang datang kepada Tuhan Yesus dan bertanya, “apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal.” (ay. 16). Sekalipun Yesus sudah merujuk pada Kitab Taurat, sebagai salah satu petunjuk memperoleh hidup kekal, orang ini masih merasa ada yang kurang. Kekurangan itu dilihat oleh Yesus. Orang itu terikat pada sesuatu yang menjadi andalannya. Karena itu, Tuhan Yesus meminta dia untuk melepaskan segala sesuatu yang menjadi andalannya itu, yaitu kekayaan.

Melihat kedua bacaan di atas, terlihat jelas bahwa mereka yang bertanya mengalami kekecewaan atas jawaban. Mereka kecewa karena jawaban itu menuntut sesuatu dari si penanya untuk dilepaskan. Melepaskan sesuatu itu amatlah sulit. Dibutuhkan pengorbanan. Tak jarang sikap mereka ada juga dalam kehidupan kita. Ketika kita bertanya sesuatu hal demi kepentingan kita namun jawabannya menuntut pengorbanan dari kita, reaksi kita adalah kecewa. Kita belum siap berkorban. Melalui sabda-Nya, Tuhan menghendaki kita untuk siap mengorbankan sesuatu yang menjadi kelekatan diri kita demi tujuan kita.

by: adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar