Renungan Hari Senin
Biasa XX, Thn A/II
Bac I Yeh 24: 15 – 24; Injil Mat 19: 16 – 22;
Ada kesamaan topik dalam dua bacaan liturgi hari ini. Kesamaan
itu terletak pada tindakan orang bertanya untuk dirinya sendiri. Dalam bacaan
pertama, yang diambil dari Kitab Nabi Yehezkiel, orang Israel datang kepada
Yehezkiel dan bertanya tentang makna dari tindakan yang dilakukannya. “Apa
artinya ini bagi kami?” (ay. 19). Inti jawaban Yehezkiel adalah Yehezkiel
menjadi lambang dari sikap Allah terhadap bangsa Israel. Tuhan Allah kecewa dan
marah kepada mereka. Di balik jawaban itu terbersit suatu pesan agar umat
Israel berpaling kembali kepada Allahnya. Agar dapat kembali kepada Allah, umat
musti menanggalkan ego dan andalan-andalannya yang lain.
Injil hari ini menceritakan tentang seorang kaya yang datang kepada
Tuhan Yesus dan bertanya, “apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang
kekal.” (ay. 16). Sekalipun Yesus sudah merujuk pada Kitab Taurat, sebagai
salah satu petunjuk memperoleh hidup kekal, orang ini masih merasa ada yang
kurang. Kekurangan itu dilihat oleh Yesus. Orang itu terikat pada sesuatu yang
menjadi andalannya. Karena itu, Tuhan Yesus meminta dia untuk melepaskan segala
sesuatu yang menjadi andalannya itu, yaitu kekayaan.
Melihat kedua bacaan di atas, terlihat jelas bahwa mereka
yang bertanya mengalami kekecewaan atas jawaban. Mereka kecewa karena jawaban
itu menuntut sesuatu dari si penanya untuk dilepaskan. Melepaskan sesuatu itu
amatlah sulit. Dibutuhkan pengorbanan. Tak jarang sikap mereka ada juga dalam
kehidupan kita. Ketika kita bertanya sesuatu hal demi kepentingan kita namun
jawabannya menuntut pengorbanan dari kita, reaksi kita adalah kecewa. Kita belum
siap berkorban. Melalui sabda-Nya, Tuhan menghendaki kita untuk siap
mengorbankan sesuatu yang menjadi kelekatan diri kita demi tujuan kita.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar