Renungan Hari Selasa
Biasa XIX, Thn A/II
Bac I Yeh 2: 8 – 3: 4; Injil Mat18: 1 – 5, 10, 12 – 14;
Sabda Tuhan hari ini mau berbicara tentang sikap hidup yang
bergantung kepada Tuhan. Artinya, manusia tidak mengandalkan kekuatannya
sendiri, melainkan menyerahkan diri kepada Tuhan dan mengandalkan-Nya. Sikap ini
terlihat dalam bacaan pertama dalam sosok Yehezkiel. Dalam kitabnya, Yehezkiel
diminta Tuhan untuk menyampaikan pesan-Nya kepada umat Israel supaya bangsa itu
memperbaiki sikapnya kepada Allah. Dikatakan bahwa untuk melaksanakan tugas itu
Yehezkiel tidak mengandalkan kekuatannya sendiri, melainkan mengambil sikap
seperti anak kecil yang disuap. Pesan Allah dalam Kitab Suci disuapkan Allah ke
dalam mulutnya.
Sikap seperti anak kecil ini juga yang diangkat Tuhan Yesus
dalam Injil. Dikisahkan bahwa para murid bertengkar untuk menentukan siapa yang
terbesar dalam Kerajaan Sorga. Ada pertentangan yang terbesar dan anak kecil. Yang
terbesar di sini mengacu pada kesombongan dan mengandalkan kemampuan sendiri
tanpa peduli pada orang lain apalagi Tuhan. Ini bertentangan dengan anak kecil,
yang rendah hati dan menggantungkan hidupnya kepada orang tuanya. Tuhan Yesus
meminta para murid-Nya untuk memiliki sikap seperti anak kecil, bukan saja
sikap rendah hati melainkan juga sikap berserah diri kepada Tuhan.
Salah satu kecenderungan manusia adalah ingin berkuasa. Di balik
keinginan berkuasa ini ada keinginan memerintah dan ingin dilayani. Kekuasaan itu
dapat dilihat dari jabatan dan kekayaan. Dan kekuasaan yang dimiliki ini
membuat manusia tidak membutuhkan siapa lagi, termasuk Tuhan. Sikap inilah yang
dikecam Tuhan melalui sabda-Nya hari ini. Tuhan menghendaki supaya kita
membangun sikap rendah hati dan tetap mengandalkan Tuhan dalam kehidupan kita. Sikap
rendah hati dapat berimplikasi dalam kehidupan sosial kita, di mana kita dapat
saling mengharga satu sama lain tanpa melihat status seseorang.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar