Renungan Hari Sabtu
Biasa XVIII, Thn A/II
Bac I Hab 1: 12 – 2: 4; Injil Mat 17: 14 – 20;
Bacaan pertama hari ini, yang diambil dari Kitab Nabi
Habakuk, mau berbicara soal kemahakuasaan Allah dan dampaknya bagi manusia. Kemahakuasaan
Allah tertuju juga kepada alam ciptaan, termasuk manusia. Ia dapat
menghancurkan atau membangkitkan, membinasakan atau menghidupkan. Terhadap
kemahakuasaan Allah ini umat manusia diajak untuk memiliki sikap hidup yang
lurus hati atau benar. Sikap lurus hati atau benar ini merupakan sikap lain
dari sikap percaya. Tuhan, melalui nabi-Nya, menyatakan bahwa orang yang
percaya akan hidup. Tuhan tidak suka pada sikap orang yang membusungkan dada,
sombong dan tidak lurus hatinya.
Sikap yang minta Tuhan kepada umat-Nya dalam bacaan pertama,
kembali ditegaskan Tuhan Yesus dalam Injil. Kepada para murid-Nya, Tuhan Yesus
meminta mereka untuk menumbuhkan sikap percaya. Hal ini berkaitan dengan
peristiwa penyembuhan seorang anak yang sakit ayan. Para murid tidak dapat
menyembuhkannya. Ketidakmampuan mereka ini disebabkan karena mereka kurang
percaya. Bagi Yesus, jika mereka memiliki iman kepercayaan, sekalipun sekecil
biji sesawi, mereka dapat melakukan hal-hal yang mustahil bagi manusia.
Melalui bacaan-bacaan liturgi hari ini, Tuhan meminta kita
untuk memiliki iman kepercayaan. Tuhan tidak meminta kita mempunyai iman yang besar nan luar biasa, tetapi iman yang kecil nan sederhana. Sikap percaya membuat kita akan hidup dan
dapat melakukan sesuatu yang di mata orang lain dinilai mustahil. Akan tetapi,
perlu juga diingat bahwa Tuhan tidak mau kita berlaku sombong. Hal ini sebagai
peringatan, agar jangan sampai setelah melakukan hal-hal mustahil bagi orang
lain, kita lantas bersikap angkuh. Dalam sikap percaya terdapat sikap berserah
kepada Tuhan. Karena itu, kita tetap mengakui kemahakuasaan Allah di balik
tindakan-tindakan ajaib yang kita lakukan.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar