Renungan Hari Selasa Biasa XVII, Thn A/II
Bac I Yer 14: 17 – 22; Injil Mat 13: 36 - 43;
Bacaan pertama
hari ini menampilkan “curhatan” Allah dan umat-Nya. Dalam kitabnya, Yeremia
menyampaikan bahwa Allah sangat kecewa pada umat pilihan-Nya, yaitu bangsa
Israel. Kekecewaan Allah itu dilukiskan dengan ungkapan menangis siang dan
malam tiada hentinya. Allah meratapi umat-Nya karena mereka telah menyimpang. Akan
tetapi, umat Israel juga menyadari akan keberdosaannya. Mereka berharap agar
Tuhan tidak menjatuhkan hukuman yang berat atas mereka karena perbuatan jahat mereka.
Hanya kepada Tuhan Allah saja mereka dapat berharap, karena memang DIA-lah
pengharapan mereka. Di balik pengharapan ini terlihat bahwa mereka percaya
kepada Allah.
Apa yang diwartakan Nabi
Yeremia dalam bacaan pertama sejalan dengan warta Injil hari ini. Dalam Injil Tuhan Yesus menjelaskan kepada para murid-Nya makna perumpamaan gandum di antara ilalang. Allah tetap membiarkan gandung tumbuh bersamaan dengan lalang di tempat yang sama. Tekanan utama terletak di akhir cerita: lalang dibakar sedangkan gandung masuk lumbung. Bagi pendengar tentulah memahami makna dibakar berarti kebinasaan, penderitaan dan kesengsaraan, sementara lumbung berarti sukacita. Karena itu, kesabaran Allah membiarkan gandung dan lalang tumbuh bersama karena hendak memberi kesempatan terjadinya pertobatan. Di sini ada pengharapan akan adanya pertobatan.
Sabda Tuhan hari
ini mau menyatakan kepada kita bahwa Tuhan selalu memberi kesempatan kepada kita untuk menyadari kelemahan dan dosa-dosa kita (menyadari ke-ilalang-an diri kita) dengan harapan terjadinya pertobatan (berusaha menjadi gandum). Kita harus sadar kalau Tuhan itu menghendaki agar kita kelak masuk ke dalam "lumbung"-Nya. Tentulah ini merupakan harapan kita juga. Harapan membuahkan sikap percaya. Kita percaya Tuhan tidak akan mengingkari janji-Nya, dan kita juga percaya Tuhan selalu memberi waktu kepada kita. Karena itulah, jangan sia-siakan kesempatan yang sudah Tuhan berikan. Kesempatan itu selalu ada di depan mata kita.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar