Rabu, 02 Juli 2014

Kembalikan Garudaku

Salah satu diskusi menarik di sela-sela masa kampanye pilpres adalah soal lambang Garuda Merah milik pasangan Prabowo-Hatta. Ketika sempat dipermasalahkan karena ada undang-undang yang melarang menggunakan simbol negara sembarangan, ada suara dari kubu Prabowo-Hatta yang mengatakan bahwa itu bukan burung garuda. Anehnya, salah satu lagu mars pasangan nomor satu ini jelas-jelas menyebut kata “Garuda”.

Dan akhirnya, masalah tersebut seperti menguap begitu saja. Simbol seperti “garuda” memang benar garuda, hanya dipoles menjadi merah. Karena itulah, dikenal dengan istilah “Garuda Merah”. Namun, apakah lantas masalah selesai?

Garuda kita adalah Garuda Pancasila. Garuda kita kaya akan nilai-nilai. Di dada Garuda kita ada lima simbol yang memiliki nilai tertentu. Simbol pertama adalah gambar bintang yang menampilkan nilai kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ini menyiratkan bahwa kita adalah warga yang percaya kepada Tuhan. Simbol kedua adalah gambar rantai yang menampilkan nilai kemanusiaan. Hal ini mau menyiratkan bahwa kita adalah manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadaban. Simbol ketiga adalah gambar pohon beringin yang menampilkan nilai persatuan. Dengan ini kita diajak untuk menjaga keutuhan NKRI. Simbol keempat adalah gambar kepala banteng yang menampilkan nilai permusyawarahan. Di sini ada nilai dialog, menghargai dan menghormati perbedaan, dll. Simbol kelima adalah gambar padi kapas yang menampilkan nilai keadilan sosial.

Selain di dada burung Garuda kita, masih ada sebuah nilai luhur yang menggambarkan keindonesiaan kita. Persisnya di bawah, ada sebuah pita yang dicengkram kaki burung Garuda kita. Pada pita itu ada tulisan: BHINEKA TUNGGAL IKA. Simbol ini mau menyampaikan kepada kita bahwa Indonesia adalah negara yang plural, tapi kita adalah satu. Dengan kata lain, Garuda kita mengakui adanya pluralitas.

Akan tetapi, apa yang terjadi dengan “Garuda Merah”? Semua nilai-nilai yang ada di dalam Garuda kita dihilangkan. Garuda Merah telah menghilangkan nilai kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa, kemanusiaan, kesatuan, permusyawarahan dan keadilan. Di samping itu, Garuda Merah menghapus makna pluralitas. Apakah ini berarti Garuda Merah tidak mengakui adanya keanekaragaman di negeri ini?

Mungkin terlalu naïf jika saya berpikiran demikian. Namun, pertanyaan yang selalu mengusik akal sehat saya adalah kenapa Garuda kita yang sudah begitu bagus dan kaya akan nilai-nilai luhur harus diganti dengan Garuda Merah. Kenapa, demi sebuah warna (yaitu merah), orang begitu seenaknya saja menghilangkan nilai-nilai luhur Garuda kita?

Kita sadar bahwa salah satu tantangan bangsa ini adalah kurangnya penghayatan akan nilai-nilai luhur yang ada pada Garuda kita. Pancasila seakan kehilangan power-nya, dan Garuda kita menjadi semakin lemah. Mungkin situasi ini menjadi inspirasi lahirnya Garuda Merah. Karena sudah buram niai-nilainya, maka sekalian saja dihapus dengan warna merah sehingga menjadi Garuda Merah.

Jika memang demikian, tentulah saya akan menolak. Keburaman nilai-nilai yang ada pada Garuda kita bukan menjadi alasan untuk menghapusnya. Justru kita harus membangkitkannya kembali. Karena itulah, perlu diadakan revolusi mental supaya nilai-nilai luhur yang ada pada Garuda kita kembali tumbuh di negeri ini. Kita harus mengembalikan Garuda kita ke jati dirinya yang sebenarnya.

Tugas mengembalikan nilai-nilai luhur itu bukan hanya tugas para pemimpin negeri ini saja, melainkan tugas semua warga. Kita semua, sesuai dengan peran kita masing-masing, bahu membahu mewujudkan nilai-nilai luhur tersebut. Dengan mewujudkan nilai-nilai luhur itu, secara tidak langsung kita sudah mengembalikan Garuda kita.

Mari kita singkirkan merah di Garuda kita sehingga Garuda kita kembali menjadi Garuda Pancasila.
Jakarta, 1 Juli 2014
by: adrian


Baca juga:

4.      Iklan Politik ARB
5.      Prabowo Menggugat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar