NILAI SEBUAH PENGORBANAN
Pertengahan Februari lalu saya menonton film “Broken
City”. Film ini mengisahkan seorang polisi New York yang bernama Billy
Taggart (diperankan oleh Mark Wahlberg) yang dipecat dari kesatuannya karena terlibat
dalam penembakan yang kontroversial. Dalam pengadilan, Billy berhasil lolos
dari jerat hukum berkat pengaruh Walikota New York, Nicholas Hosttetler
(dimainkan oleh Russel Crowe). Sebenarnya, di saat-saat terakhir, ada bukti
baru yang membuktikan kejahatan Billy, namun berkat kuasa Sang Walikota, bukti
itu disembunyikan, sehingga Billy bisa lolos dari jerat hukum. Billy sendiri
tidak tahu bukti tersebut. Hanya Walikota dan Komisaris saja yang tahu.
Sekalipun
Billy lepas dari jerat hukum, namun ia tak bisa lolos dari sanksi kesatuannya,
apalagi komisaris mengetahui bukti yang memberatkannya. Billy dikeluarkan dari
kepolisian New York. Setelah keluar, Billy beralih profesi menjadi detektif
swasta. Dalam profesi barunya, Billy ditawari USD 50.000 oleh Walikota untuk
menyelidiki istri sang walikota, Cathleen (Catherine Zeta-Jones). Hosttetler
curiga kalau istrinya berselingkuh. Karena itu, ia ingin tahu siapa selingkuhan
istrinya itu.
Sekedar diketahui,
saat itu sedang hangat-hangatnya suhu politik, karena tak lama lagi bakal ada
pemilihan umum. Hosttetler kembali mencalonkan dirinya. Dia mempunyai lawan
politik yang cukup kuat, sekalipun masih muda dalam perpolitikan. Hosttetler tidak
ingin kasus perselingkuhan istrinya ini menjadi penghambat pencalonan dirinya. Mulailah
Billy menjalankan aksinya, apalagi ia merasa “berhutang” budi kepada sang
walikota.
Berkat
pengalaman, apalagi tugasnya relatif mudah (hanya mengambil beberapa foto),
dalam waktu singkat Billy sudah menyelesaikan tugasnya. Dia menyerahkan foto
itu kepada Hosttetler. Orang itu adalah Paulus Andrews. Ternyata aksi Billy
diketahui oleh Cathleen. Cathleen memintanya untuk tidak terlibat dalam
permasalah mereka, karena apa yang dipersangkakan selama ini tidaklah benar. Andrews
bukanlah selingkuhannya, melainkan teman akrabnya. Dan yang membuat Billy kaget
lagi adalah bahwa ternyata Paulus Andrews merupakan manajer kampanye lawan
politik Hosttetler.
Ketika Billy mempertimbangkan saran dan juga tawaran Cathleen,
muncul berita bahwa Paulus Andrews tewas
terbunuh. Beberapa hari sebelumnya Billy sempat berjumpa dan ngobrol sedikit
dengannya. Naluri kepolisian Billy mulai muncul. Dia mencium ada ketidak-beresan.
Apalagi Hosttetler memintanya untuk tidak lagi mengurusi hal ini. Maka,
mulailah Billy membuat penyelidikan. Dari penyelidikan, didapat kalau Andrews
dibunuh oleh kaki tangan Hosttetler. Malahan otak pembunuhan itu adalah Hosttetler. Alasannya, Andrews diketahui memiliki bukti kuat
untuk menjatuhkan Hosttetler dalam debat publik nanti. Bukti itu berkaitan
dengan rencana kejahatan yang akan dilakukannya. Hal ini menimbulkan kebencian dalam
hati Billy terhadap Hosttetler. Apalagi rencana jahat Hosttetler itu berkaitan
dengan kepentingan banyak orang, yang mayoritasnya adalah rakyat kecil dan
sederhana.
Awalnya dia begitu kagum dan hormat, namun akhirnya berubah menjadi
antipati. Maka, dengan bukti-bukti itu, ia menghadap Hosttetler dan mengajaknya
untuk menghentikan niat jahatnya itu. Kalau tidak, dia sendiri yang akan
membongkar. Ketika ia menghadap walikota, ternyata Sang Walikota sudah
mengendus niat Billy, sehingga ia membuat skenario. Setelah Billy mengungkapkan
unek-uneknya, Hosttetler mengajaknya nonton film, yang ternyata rekaman
kejahatan yang dilakukan Billy dulu. Selesai menonton Hosttetler menawarkan
negoisasi.
Billy dihadapkan pada pilihan dilematis. Kalau dia
selamatkan Hosttetler, dia juga bisa selamat, namun orang-orang kecil akan
menjadi korban kejahatan Hosttetler. Namun bila dia bongkar aib Hosttetler, dia
juga akan berujung pada penjara, meski banyak orang terselamatkan. Setelah mendengarkan
suara hatinya, dia akhirnya, kepada sang komisaris, membongkar rancana busuk
Hosttetler. Sangat menarik untuk direnungkan dialog terakhir antara Billy dan
komisaris.
Komisaris bertanya, “Kamu siap menghadapi tuntutan
jika kasusmu dibongkar kembali?”
Dengan tenang Billy menjawab, “Inilah saatnya saya
membayar utang!”
Jakarta, 28 Februari 2014
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar