Renungan Hari Selasa Biasa
IV, Thn A/II
Bac I : 2Sam 18: 9–10, 14b, 24–25, 30–19: 3; Injil : Mrk 5: 21–43
Sabda Tuhan hari ini merupakan antiklimaks dari cerita pertentangan
antara Daud dengan Absalom. Dikisahkan bahwa pada akhirnya Absalom, yang
berusaha membunuh Daud, mati di tangan pengikut Raja Daud. Sebagai pengikut,
yang turut terancam nasibnya akibat pertikaian ini, tentulah akan merasa senang
mendengar berita kematian Absalom ini. Kematian itu dilihat sebagai keadilan
dari Allah (ay. 31). Namun sedikit aneh dengan reaksi Daud. Bukannya senang,
Daud malah berduka. Hal ini membuat “kemenangan menjadi perkabungan bagi
seluruh tentara.” (ay. 2). Di sini Daud menunjukkan solidaritasnya pada
peristiwa kemalangan.
Solidaritas kepada kemalangan juga ditunjukkan Yesus dalam
Injil. Hari ini Injil mengisahkan dua mujizat yang dilakukan Yesus. Mujizat ini
hendak memperlihatkan solidaritas Yesus kepada penderita. Secara khusus, dalam peristiwa
kematian putri Yairus, solidaritas Yesus terlihat bukan hanya lewat
kehadiran-Nya, melainkan juga dalam penyembuhan itu. Lewat solidaritas-Nya,
Yesus hendak berbagi sukacita.
Lewat sabda-Nya hari ini, Tuhan mau mengajak kita untuk
membangun sikap solider dengan sesama. Sekalipun sesama kita itu memusuhi kita,
bukanlah lantas kita bersukacita atas penderitaannya. Tuhan menghendaki kita supaya
kita tetap solider dengannya. Paus Benediktus XVI, atas peristiwa kematian
Moamar Khadafy, pernah berkata, “Janganlah bersukacita di atas kematian
seseorang.” Siapapun orangnya, jika dia mengalami penderitaan, hendaklah kita
menunjukkan rasa simpati dan empati terhadapnya. Kita jangan bersolider hanya
dengan orang yang kita sukai atau orang dari golongan kita saja, melainkan
orang dari mana saja.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar