PESTA SP MARIA DIANGKAT KE SURGA
Pada hari ini, kita merayakan peristiwa iman: “Maria Diangkat
Ke Surga”. Kita diajak Gereja untuk merenungkan perbuatan besar yang dikerjakan
Allah bagi Maria, Bunda Kristus dan Bunda seluruh umat beriman. Kita percaya
bahwa Maria telah dipilih Allah sejak awal mula untuk menjadi Bunda Putera-Nya,
Yesus Kristus. Untuk itu Allah menghindarkannya dari noda dosa asal dan
mengangkatnya jauh di atas para malaikat dan orang-orang kudus.
Gereja percaya bahwa Allah mengangkat Maria ke surga dengan
jiwa dan badan, karena peranannya yang luar biasa dalam karya penyelamatan dan
penebusan Kristus. Kebenaran iman ini dimaklumkan sebagai dogma dalam
Konstitusi Apostolik Munificentissimus
Deus oleh Paus Pius XII (1939 – 1958) pada tanggal 1 November 1950. Maklumat
ini dapat dipandang sebagai ‘mahkota’ perkembangan devosi dan teologi seputar
masalah ini.
Dogma ini sama sekali tidak menentukan apa-apa sehubungan
dengan kematian Maria. Tidak diketahui secara pasti apakah Perawan terberkati
ini meninggal; tetapi kalau toh
terjadi, kematiannya tentu tidak disertai dengan ketakutan dan penderitaan
sebagaimana biasanya dialami manusia, bahkan sebaliknya diliputi ketenteraman
dan kegembiraan sebagai suatu perpindahan dari dunia ke dalam keabadian. Dogma ini
pada hakikatnya bertumpu pada iman umat sejak dahulu kala, bukannya pada satu
teks Alkitab tertentu.
Dalam Konstitusi Apostolik itu, paus menyatakan, “Kami memaklumkan, menyatakan dan
menentukannya menjadi suatu dogma wahyu ilahi, bahwa Bunda Allah yang Tak
Bernoda, Perawan Maria, setelah menyelesaikan hidupnya di dunia ini, diangkat
dengan badan dan jiwa ke dalam kemuliaan surgawi.”
Di antara tahun 1849 – 1950, Vatikan dikirimi banyak sekali
permohonan dari segala penjuru dunia agar kepercayaan akan Maria Diangkat ke
Surga diumumkan secara resmi sebagai dogma. Pada tanggal 1 Mei 1946, Paus Pius
XII (1939 – 1958) mengirim kepada para uskup sedunia ensiklik Deiparae Virginis; di dalamnya paus
menanyakan para uskup sedunia sejauh manakah mereka setuju agar dogma itu
benar-benar dimaklumkan. Jawaban para uskup hampir senada, yaitu positif.
Paus bertitik tolak dari persatuan mesra antara Maria dengan
Yesus, Puteranya, khususnya semasa Yesus masih kecil. Persatuan itu diyakini
sebagai tidak mungkin tidak diteruskan selama-lamanya; tak mungkin Maria yang melahirkan
Yesus dapat terpisah dari Yesus secara fisik. Selaku Puteranya, Yesus tentu
menghormati ibu-Nya, bukan hanya Bapa-Nya.
Tanda-tanda pertama ibadat kepada Santa Maria Diangkat ke
Surga, ditemukan para ahli di kota Yerusalem dalam masa awal Gereja Kristen. Pesta
Maria Diangkat ke Surga sudah popular sekali di kalangan Gereja Timur pada abad
VIII.
Konsili Vatikan II bicara juga tentang Dogma Maria Diangkat
ke Surga. Konsili mengatakan, “Akhirnya,
sesudah menyelesaikan jalan kehidupannya yang fana, Perawan Tak Tercela, yang
senantiasa kebal terhadap semua noda dosa asal, diangkat ke kejayaan surgawi
dengan badan dan jiwanya.” (LG no. 59). Dalam Lumen Gentium no 68 tertulis, “Bunda
Yesus telah dimuliakan di surga dengan badan dan jiwa, dan menjadi citra serta
awal penyempurnaan Gereja di masa datang. Begitu pula dalam dunia ini – sampai tiba
hari Tuhan (bdk. 2Ptr 3: 10) – ia bersinar gemilang sebagai tanda harapan yang
pasti dan tanda hiburan bagi Umat Allah yang sedang berziarah.”
Yesus yang sungguh Allah dan sungguh manusia sekarang
bertahkta di surga sebagai Raja yang kepada-Nya telah diserahkan segala
kekuasaan di surga dan di dunia. Dan Maria, ibu-Nya yang menyertai Dia dengan
setia dalam seluruh karya-Nya di tengah-tengah manusia kini bertahkta juga di surga
sebagai Ratu Surgawi, yang mendoakan kita di hadapan Putera-Nya dan menolong
kita dalam semua kedukaan kita. Di dalam Yesus dan Maria, keluhuran martabat
manusia tampak dengan cemerlang. Kecemerlangan martabat manusia itu bukan
terutama karena keagungan manusia di antara ciptaan lainnya melainkan terutama
karena karya penebusan Yesus Kristus, Putera Maria dan persatuan mesra
dengan-Nya.
Pengangkatan Maria ke surga dengan badan dan jiwa menunjukkan
juga kepada kita betapa tingginya nilai tubuh manusia di hadapan Allah karena
penebusan Kristus dan persatuan erat mesra dengan-Nya. Oleh penebusan dan
persatuan itu, tubuh kita tidak sehina tubuh hewan karena sudah dikuduskan oleh
Kristus. Oleh karena itu sudah sepantasnya kita menghormati tubuh kita dan
tubuh orang lain. Sehubungan dengan itu, biasamya kita berdoa, “Bunda Maria yang tak bernoda, murnikanah
badanku dan sucikanlah jiwaku.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar