Renungan Hari Rabu Biasa IX, Thn C/I
Bac I :
Tb 3: 1 – 11a, 16 – 17a; Injil : Mrk 12:
18 – 27
Salah satu falsafah orang Jepang yang cukup terkenal
sekaligus sadis adalah Harakiri: membunuh diri sebagai bentuk
pertanggungjawaban atas kesalahan dan pelanggaran. Bunuh diri sering dilihat
sebagai bentuk penyelesaian masalah. Padahal ia merupakan pelarian dari
masalah.
Sabda Tuhan hari ini mau mengajarkan kepada kita soal
semangat hidup. Jangan pernah merasa putus asa, sekalipun cobaan berat
menghadang. Tetap menanamkan budaya hidup, bukan budaya mati. Ini terlihat dalam
bacaan pertama dalam sosok Tobit dan Sara. Mereka menghadapi masalah yang
sangat berat sehingga sempat berpikir untuk mati. Namun akhirnya mereka sadar
bahwa mati bukanlah solusi, melainkan melarikan diri.
Injil hari ini, secara implisit, mengisahkan kisah hidup Sara
yang ada dalam bacaan pertama. Di sini Yesus memperkenalkan budaya hidup dengan
mengatakan bahwa Allah itu adalah Allah orang hidup.
Karena itu, pesan Tuhan dalam sabda-Nya hari ini adalah agar
kita jangan mudah menyerah. Jangan lari dari masalah, tapi hadapilah. Jika kita
memang sudah tak sanggup lagi, datanglah kepada Tuhan. Kita dapat mengambil
contoh sikap iman Sara. Sekalipun masalah berat menderanya dan sempat berpikir
untuk mengakhiri hidupnya, ia akhirnya menemukan Tuhan dengan berkata, “Terpujilah
Engkau, ya Allah penyayang! Moga-moga terpujilah nama-Mu selama-lamanya dan
semoga segala buatan tangan-Mu memuji Engkau selamanya.” (Tb 3: 11).
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar