Renungan Hari Sabtu Pekan Biasa XXX B/II
Bac I Flp 1: 18b – 26; Injil Luk 14: 1, 7 – 11
Hari ini, dalam Injil, Yesus berbicara soal membangun sikap rendah hati. Yesus berangkat dari pengalaman konkret, di mana banyak orang suka mencari pujian dan ingin dihormati. Sikap gila hormat dan pujian merupakan cerminan orang angkuh dan sombong. Sikap seperti itu juga mau menggambarkan sosok manusia yang lemah dan kurang percaya diri sehingga selalu menutupinya dengan pujian dan penghormatan.
Lewat perumpamaan yang diberikan, Yesus membuka semua kedok tersebut. Bagi Yesus tidak ada gunanya kita menutupi kelemahan diri dengan mencari pujian dan hormat. Karena yang tersembunyi suatu saat akan terungkap (Luk 12: 2-3). Dan bila yang tersembunyi itu terungkap, malulah yang didapat.
Oleh karena itu, Yesus mengajak kita untuk hidup apa adanya; menampilkan diri tanpa berusaha menutupi kelemahan dan kekurangan dengan pujian dan hormat. Lebih dari itu Yesus menghendaki kita untuk rendah hati. Orang yang rendah hati akan menampilkan dirinya apa adanya. Ia tidak gila hormat atau suka mencari-cari pujian. Orang rendah hati akan disukai banyak orang.
Sikap rendah hati ini ditampilkan dengan cara yang menarik oleh Paulus. Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi Paulus menampilkan sikap rendah hati dalam iman. Paulus mendapat pilihan: tinggal bersama Kristus atau umat. Dalam permenungannya, Paulus akhirnya memilih untuk tinggal bersama umat.
Di sini Paulus mau menanggalkan ego kesombongan dirinya dengan hidup bersama umat. Bagi Paulus, tujuannya tinggal bersama umat bukan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk umat, agar umat makin maju dan bersuka cita dalam iman (ay. 25). Inilah wujud sikap rendah hati dalam iman.
Jadi, sabda Tuhan hari ini menghendaki agar kita membangun sikap rendah hati. Dengan bersikap
rendah hati, berarti kita telah menjaga diri kita sendiri. Dengan bersikap
rendah hati, berarti kita telah menempatkan diri di posisi yang nyaman, tenang,
damai dan tentram
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar