Munculnya nama Jokowi
sebagai kandidat kuat calon Gubernur DKI, langsung memunculkan isu Jokowi jadi
RI-1. Bahkan hasil survei yang dibuat untuk menjaring nama-nama calon presiden
dari kalangan independen (non partai), nama Jokowi menduduki urutan kedua
setelah Dahlan Iksan. Memang sosok Jokowi sungguh fenomenal.
Sebagai walikota, kita
sudah mengetahui sepak terjangnya. Malahan ia pernah meraih gelar walikota
terbaik. Dia sungguh dicintai oleh rakyatnya. Akan tetapi kita belum bisa
mengetahui sepak terjangnya sebagai gubernur. Karena itulah, jika rakyat kota
Jakarta ingin mengetahuinya, sudah seharusnya pada putaran kedua pemilukada
nanti suara-suara diarahkan kepada Jokowi dan Ahok. Artinya, kepada Jokowi
diberi kesempatan untuk mewujudkan Jakarta Baru.
Sekalipun belum pernah
menjabat sebagai gubernur, banyak orang, termasuk para ahli, memprediksikan
bahwa sepak terjang Jokowi tidak jauh berbeda ketika ia masih menjabat walikota.
Ini disebabkan karena kepribadian dan integritasnya. Apalagi wakil gubernurnya
memiliki kepribadian dan integritas yang sama. Jokowi dan Ahok ibarat pinang
tak terbelah.
Dan itu akhirnya
terbukti setelah mereka menjadi gubernur dan wakil gubernur. Banyak orang kagum
akan sepak terjang kedua tokoh ini. para pegawai dibuat kaget, karena selama
ini mereka sudah terbuai dengan gaya kepemimpinan ABS (Asal Bapak Senang). Gaya
kepemimpinan Jokowi dan Ahok adalah langsung terjun ke titik masalah dan
sendiri merasakan.
Bagaimana dengan
presiden? Apakah sama juga?
Saya pribadi memang
mendukung Bapak Joko Widodo ini menjadi presiden. Popularitas dirinya jauh
melebih pak SBY saat ini. Sekalipun Bapak Jokowi tidak pernah membuat
pencitraan sementara pak Beye selalu sibuk dengan pencitraan, popularitas
Jokowi lebih unggul dibandingkan SBY.
Nah, bagaimana
seandainya Jokowi menjadi presiden? Saya mencoba mengira-ngira, dengan
mengambil sepak terjang Jokowi ketika menjadi walikota. Di sini saya dibantu
oleh saudara Sutarno dalam tulisannya di kompasiana
dengan judul, “7 Alasan Menolak Jokowi Menjadi DKI 1” (lihat http://politik.kompasiana.com/2012/03/25/7-alasan-menolak-jokowi-menjadi-dki-1/).
Berikut ini adalah pengandai-andaian saya jika Jokowi
terpilih menjadi presiden RI.
1. Jokowi
tidak akan mengeluh kepada para perwira soal gajinya yang tidak naik-naik,
seperti yang pernah dilakukan oleh SBY. Malah mungkin Jokowi akan menolak
digaji, seperti ketika ia menjabat sebagai walikota. Selama dua periode Jokowi
tidak mengambil gajinya, padahal gaji itu adalah haknya. Gaji saja tidak
diambil, apalagi soal kenaikan gaji. Tentulah tak terpikirkan olehnya. Jokowi
tidak mengeluh atau mengadu ke publik.
2. Jokowi
tidak akan sibuk menuntut diadakannya pesawat RI-1 yang baru, seperti di
jamannya SBY. Ini didasarkan sikapnya menolak fasilitas kendaraan yang
dianggarkan anggota dewan. Jokowi memilih mobil warisan walikota dua periode
lalu, Bapak Slamet Suryanto. “Saya bukan sok, tapi saya memang orang nggak punyai
birahi terhadap mobil baru... Pokoknya saya naik dan selamat saja.” Demikian
ungkap Jokowi. Malahan akhirnya Jokowi memilih mobil ESEMKA, buatan siswa-siswi
SMK, yang sekarang lagi diuji untuk mendapat hak paten.
Tentulah sikap rendah hatinya ini akan tetap bertahan
ketika ia menjadi presiden. Kalau pada masa pemerintahan SBY, ada wacana
pengadaan pesawat RI-1 yang terbilang mewah, dan SBY menunjukkan sikap malu
tapi mau. Jika Jokowi jadi presiden, dia akan langsung menghentikan wacana ini
dan tetap bertahan dengan pesawat yang lama. Malahan bisa jadi ia akan
menggunakan pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia.
3. Jokowi
akan tidak memakai pengawalan yang protokoler, tidak seperti SBY saat ini yang
kalau pulang ke Cikeas tentu akan menimbulkan kemacetan karena banyaknya
pengawal yang mengiringinya. Jokowi akan santai saja. Ke mana pun ia pergi,
tidak akan membawa pengawal yang berlebihan. Ini sudah terbukti ketika ia
menjadi Walikota Solo. Dengan mudah Jokowi menemui rakyatnya dan menyalami
mereka tanpa ada “tameng” dari para pengawalnya.
4. Jokowi
akan lebih banyak waktunya bersama dengan rakyatnya. Ketika menjadi Walikota
Solo, Jokowi memiliki prinsip ini “1 jam di belakang meja, 8 jam di tengah
rakyat.” Saya yakin prinsip ini akan bertahan ketika ia menjadi presiden. Dan
prinsip ini akan berkembang menjadi kehadirannya di tengah masyarakat Indonesia
lebih banyak ketimbang pergi ke luar negeri. Kalau SBY, lebih banyak di
belakang meja dan banyak juga ke luar negeri.
5. Grafik
kepemimpinan Jokowi periode kedua akan naik, sama seperti waktu ia menjabat
Walikota Solo. Naiknya grafik kepemimpinan ini disebabkan karena ia konsisten
dengan perjuangan. Ini juga menunjukkan integritasnya sebagai seorang pemimpin.
Nah, hal ini tentu akan terjadi juga ketika ia menjadi presiden dan jika
terpilih lagi untuk periode kedua. Tidak seperti SBY. Pada periode pertama saja
popularitasnya naik, namun pada periode kedua ini turun drastis. Hal ini
disebabkan inkonsistensi dan tidak adanya integritas dalam kepemimpinan SBY.
6. Pada
waktu menjadi Walikota Solo, Jokowi berani melawan atasannya (gubernur)
berkaitan dengan pendirian pasar modern milik provinsi. Di sini Jokowi mau
membela kepentingan rakyat kecil dan melindungi mereka dari para konglomerasi.
Nah, sikap ini juga nanti akan ditunjukkan Jokowi saat ia menjadi presiden.
Jokowi akan tegas dalam membela rakyat kecil, tidak mau kalah dengan tekanan
para pemodal serta konglomerasi atau tekanan kekuatan lain. Tidak seperti SBY
yang justru mengorbankan rakyat kecil demi kaum pemodal dan para konglomerasi
atau kekuatan lain.
Salah satu contohnya, seandainya Jokowi
naik jadi presiden, pasti ia akan menekan Aburizal Bakrie untuk segera
menuntaskan kasus lumpur Lapindo, tanpa melibatkan dana negara.
Demikianlah
pengandai-andaian saya jika Bapak Joko Widodo menjadi presiden. Pengandaian ini
belumlah 100% aka terjadi. Namanya juga pengandaian. Ramalan cuaca saja selalu
meleset dari perkiraan, apalagi pengandaian dalam dunia politik.
Akan tetapi, untuk
pembuktian pengandaian ini, maka sudah selayaknya kalau Jokowi diajukan menjadi
calon presiden pemilu 2014 yang akan datang. Dan ini dengan catatan mayoritas
rakyat harus mendukungnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar