Renungan Hari Sabtu Pekan Biasa XVI B/II
Bac I Yer 7: 1 – 11 ; Injil Mat 13: 24 – 30
Dalam Injil hari ini Yesus memberikan
perumpaan yang menggambarkan sikap Allah kepada umat manusia. Di sini Yesus mau
bersikap realistis. Bahwa di dunia ini akan ada kebaikan dan kejahatan.
Kebaikan dan kejahatan hidup berdampingan. Allah tidak menolak atau menyangkal
itu. Allah justru membiarkan kejahatan dan kebaikan itu tumbuh bersamaan
Yang menarik dari perumpamaan Yesus
ini adalah akhir dari cerita-Nya. “Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah
berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam
lumbungku.” (ay. 30). Inilah akhir dari pembiaran itu. Bagian ini sekaligus mau
menjawab sikap Allah yang membiarkan lalang (simbol kejahatan) dan gandum
(simbol kebaikan) tumbuh dalam kebersamaan.
Ternyata kejahatan dibiarkan tumbuh
bersama dengan kebaikan agar kita mempunyai pilihan. Di sini Allah mau
menghargai kebebasan manusia. Allah mempersilahkan manusia memilih sendiri
pilihan jalan hidupnya: apakah ia mau menjadi ilalang atau menjadi gandum. Dengan
tahu apa itu kejahatan, orang bisa menemukan kebaikan. Demikian pula
sebaliknya, orang yang biasa hidup dalam kebaikan akan dengan mudah menemukan
kejahatan. Karena kejahatan adalah ketiadaan kebaikan.
Jadi, Allah membiarkan kebaikan dan
kejahatan hidup berdampingan karena Allah menghargai pilihan manusia. Setiap
pilihan mempunyai konsekuensinya. Itulah yang disampaikan Allah. Jika kita
memilih menjadi lalang, maka apilah yang kita dapat; tapi kalau gandum yang
dipilih maka lumbung (simbol kerajaan sorga) siap menanti.
Dalam pilihan itu terdapat ruang
pertobatan. Bisa saja pilihan kita salah atau keliru. Akan tetapi pada kita ada
kesempatan untuk bertobat. Bertobat berarti kita kembali ke jalan yang benar,
yang sesuai kehendak Allah.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar