Renungan Hari Sabtu Pekan Biasa XIV B/II
Bac I Yes 6: 1 – 8 ; Injil Mat 10: 24
– 33
Tentulah kita kenal dengan Bapak B.J. Habiebie. Dia adalah
orang jenius di Indonesia; orang Indonesia yang pertama membuat pesawat. Dia
pernah menjabat menteri di masa rezim Soeharto. Pernah juga menjadi wakil
presiden, mendampingi Soeharto, yang kemudian menjadi presiden setelah Soeharto
mundur. Prestasi Pak Habiebie memang luar biasa.
Bagaimana dengan guru-guru Habiebie? Tak ada satu pun guru
Habiebie, dari tingkat SD sampai kuliah, yang memiliki prestasi segemilang
Habiebie. Artinya, Habiebie telah melebihi guru-gurunya. Ini adalah fakta.
Kalau demikian, bagaimana kita bisa memahami maksud Yesus,
yang dalam Injil hari ini berkata, “Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya.”?
Relasi guru – murid yang dimaksud Yesus tidaklah sama dengan
relasi guru – murid dalam gambaran di atas. Dalam pemahaman Yesus, seorang
murid harus benar-benar mengikuti sang gurunya. Guru di sini bukan memberikan
bekal ilmu pengetahuan yang dapat diolah dan dikembangkan murid sehingga si
murid bisa berkembang melebihi guru. Guru di sini lebih pada urusan moralitas
dan spiritualitas. Jadi, di sini para murid hanya dapat mengikuti atau meniru
apa yang dilakukan oleh sang guru, dan berusaha melaksanakan secara persis apa
yang diajarkan sang guru. Dalam hal ini, tentulah tak ada murid yang dapat
melebihi gurunya. “Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti
gurunya,” demikian kata Yesus.
Sabda Tuhan ini mau menyadarkan kita akan peran kita dalam
relasi dengan Yesus. Kita adalah murid-Nya. Oleh karena itu, kita dipanggil
untuk senantiasa mengikuti, meniru dan melaksanakan apa yang diajarkan-Nya.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar