Seluk
Beluk Buku Yang Disebut Injil Barnabas
Drs. B.F. Drewes dan Drs. J. Slomp
PENDAHULUAN
Sering ada orang bertanya, "Apa sih itu injil
Barnabas, yang disebut-sebut orang? Kalau kita buka kitab suci Perjanjian Baru,
ternyata injil itu tidak dimuat!"
Buku kecil ini ditulis dengan maksud untuk memberi
jawaban atas pertanyaan tersebut di atas. Dalam buku kecil ini akan diuraikan
pokok-pokok sebagai berikut:
- Bagaimanakah "injil" itu ditemukan? Terjemahan manakah yang kini beredar, dan naskah-naskah kuno manakah yang dipakai oleh para penterjemahnya? (Bab 1 );
- Kapan "injil" itu dikarang? (Bab 2);
- Siapakah pengarangnya dan di manakah "injil" itu ditulis? (Bab 3);
- Selanjutnya akan ditinjau isi "injil" itu dalam garis besarnya (Bab 4);
- Akhirulkalam akan dikemukakan beberapa kesimpulan (Bab 5), disusul dengan daftar kepustakaan.
Buku kecil ini disusun oleh Drs. B.F. Drewes berdasarkan
bahan-bahan penelitian ilmiah yang sebagian besar dikerjakan oleh Drs. J.
Slomp. Alihbahasa ditangani Galih Resi.
Kitab itu disebut injil, namun kata itu akan
ditempatkan antara tanda kutip ("injil"), karena kitab itu bukan
Injil dalam arti kitab-kitab Injil yang terdapat dalam kitab suci Perjanjian
Baru. Sebab Barnabas jauh lebih muda usianya, dan dikarang oleh seseorang
berdasarkan kitab-kitab Injil yang asli yang terdapat daIam kitab suci
Perjanjian Baru.
Besar harapan kami semoga buku kecil ini dapat
memberikan jawaban atas berbagai pertanyaan yang timbul di sana-sini sekitar
kitab '"injil" Barnabas.
NASKAH-NASKAH KUNO MANAKAH YANG KITA
MILIKI TENTANG "INJIL BARNABAS"?
Terbitan Barnabas dalam bahasa Indonesia merupakan
terjemahan Barnabas yang sudah beredar dalam bahasa asing. Menurut penelitian
kami ada tiga terbitan Barnabas dalam bahasa Indonesia:
- Indjil Barnaba terdjemahan J. Bachtiar Affandie, Djilid ke-I (1969)1;
- Indjil Barnabas, terdjemahan dari bahasa Arab, oleh Husein Abubakar dan Abubakar Basjmeleh2; yang berisi a.l. banyak catatan pinggir ayat-ayat Alkitab, yang diambil dari terjemahan Lonsdale and Laura Ragg (lihat di bawah);
- Terjemah Injil Barnabas, dengan diberi notasi ayat-ayat Qur'an, oleh Rahnip M, B.A.3
Berhubung terjemahan Barnabas yang dilakukan oleh J.
Bachtiar Affandie tidak dapat kami peroleh, penelitian kami secara khusus
diarahkan pada kedua terjemahan yang lain. Terlebih dahulu perlu dikemukakan
bahwa terjemahan Husein Abubakar dan Abubakar Basjmeleh jauh lebih baik
dibandingkan dengan terjemahan Rahnip (periksa Catatan nomor 2 dan 3).
Jelaslah buku-buku tersebut merupakan terjemahan dari
bahasa asing. Karena kami berusaha untuk mencari naskah Barnabas yang paling
tua, kami bertanya-tanya terbitan Barnabas manakah yang dipakai sebagai dasar
terjemahan Indonesia.
Abubakar/Basjmeleh menggunakan terbitan Barnabas dalam
bahasa Arab. Tentu saja terbitan bahasa Arab itu pun merupakan terjemahan pula.
Bagaimanakah terjadinya terjemahan bahasa Arab ini? Besar kemungkinannya
terbitan bahasa Arab merupakan terjemahan dari terbitan Barnabas dalam bahasa
Inggris. Dan terbitan bahasa Inggris itu pun merupakan terjemahan dari naskah
Barnabas dalam bahasa Italia yang kita miliki. Yang belum jelas bagi kita ialah
apakah untuk terjemahan bahasa Arab dipakai juga naskah bahasa Italia.
Terjemahan Rahnip didasarkan atas terbitan Barnabas
dalam bahasa Inggris yang merupakan terjemahan dari naskah bahasa Italia,
seperti dikemukakan dalam "Kata Pengantar" dari buku Rahnip.
Mungkin anda agak bingung dengan segala macam
terjemahan Barnabas, karena itu pada bagan di bawah ini digambarkan apa yang
diuraikan lebih dahulu:
Naskah
"injil Barnabas" dalam bahasa Italia
| |
| |
|? Terjemahan Inggris
| | |
| | |
Terjemahan Arab <----------+
|
| |
| |
Terjemahan Indonesia Terjemahan Indonesia
| |
| |
Abubakar/Basjmeleh
Rahnip
Jadi jelaslah terbitan-terbitan bahasa Indonesia tersebut merupakan terjemahan dari terjemahan. Semua terbitan itu bersumber pada naskah bahasa Italia dan terjemahannya dalam bahasa Inggris yang turut dibubuhkannya. Terbitan naskah bahasa Italia dan terjemahan bahasa Inggris dilakukan oleh Lonsdale Ragg dan Laura Ragg pada tahun 1907 (di Oxford, At the Clarendon Press). Memang baru sesudah tahun 1907 banyak orang menaruh perhatian kepada Barnabas.
Dengan demikian semua terbitan yang kita kenal
bersumber pada naskah bahasa Italia yang dicetak pada tahun 1907 dengan
terjemahannya dalam bahasa Inggris, disertai kata pengantar yang kritis, dalam
mana dibuktikan kepalsuan "injil Barnabas". (Yang menarik, meskipun
terbitan Lonsdale Ragg dan Laura Ragg tersebut digunakan oleh berbagai pihak
sebagai dasar terjemahan mereka, namun kata pengantar yang kritis itu tidak
ikut diterjemahkan). Naskah Barnabas bahasa Italia yang dipakai oleh Lonsdale
Ragg dan Laura Ragg kini disimpan di dalam perpustakaan negara di Wina,
Austria.
Marilah kita tinjau naskah Barnabas tersebut. Naskah
itu terdiri dari 222 pasal. Kalau diperiksa cara penulisannya, kertas yang
dipakai dan cara naskah itu dijilid ternyata naskah itu tidak lebih tua dari
pertengahan kedua abad ke-16 sesudah Masehi, karena cara menulis, macam kertas
yang dipakai dan cara menjilid tidak dikenal sebelum masa itu.
Bahasa Italia yang digunakan memperlihatkan banyak
kesalahan. Sering kali huruf "h", misalnya, ditambahkan; padahal
sebetulnya dalam bahasa Italia sama sekali tidak perlu. Contoh:
"anno" (tahun) menjadi "hanno". Demikian pula kata
"Chrissto" ditulis dengan dua huruf "s" padahal cukup satu
saja. Boleh dikata bahasa yang dipakai dalam naskah itu merupakan campuran dari
dua dialek Italia, yakni dialek Tuska dan dialek Venezia. Lagipula terdapat
banyak salah ejaan yang tak dapat dibenarkan, baik dari sudut dialek Tuska
maupun dialek Venezia. Kedua dialek tersebut digunakan di kota universitas
Bologna (Italia). Di kota itu ada mahasiswa yang berasal dari Spanyol. Seorang
cendekiawan Spanyol, Prof. M. de Epalza, membuktikan bahwa banyaknya kesalahan
ejaan dalam "injil Barnabas"' adalah khas bagi seseorang yang
menggunakan bahasa Spanyol sebagai bahasa ibu. Selanjutnya masih dapat
dikemukakan bahwa kemungkinan besar Barnabas bukan terjemahan ke dalam bahasa
Italia dari bahasa lain. Sebab apabila suatu buku diterjemahkan sering kali
bahasa aslinya masih nampak samar-samar dalam susunan kalimatnya, gaya
bahasanya, dan lain-lain. Hal itu tidak kelihatan pada Barnabas, sehingga boleh
dikatakan bahwa naskah "injil Barnabas" yang asli dikarang dalam
bahasa Italia. (Bahasa Italia sendiri belum ada pada masa hidup Yesus, dan baru
pada abad ke-13 merupakan bahasa tulisan).
Selanjutnya yang menyolok ialah bahwa pada pinggiran
banyak halaman naskah tersebut di sana-sini dibubuhi catatan dalam bahasa Arab.
Mutu bahasa Arabnya pun buruk, lagipula pengarang membuat banyak kesalahan.
Jelaslah bahwa catatan itu ditulis oleh orang yang sama yang mengarang naskah
Barnabas tersebut.4
Bagaimanakah naskah itu sampai tersimpan di perpustakaan
negara di Wina. Untuk mengetahui asal-usulnya kita harus kembali dalam sejarah.
Pada tahun 1718, diterbitkan buku karangan John Toland berjudul
"Nazarenus". Dalam buku itu ditulis:
"Dalam karangan ini terlebih dahulu dimuat
sejarah singkat tentang injil yang baru, yang saya temukan di kota Amsterdam
pada tahun 1709, yakni sebuah Injil Islam yang belum pernah dikenal dan
diketahui di antara orang Kristen. Adapun orang yang memberitahukannya kepada
saya (Tuan Cramer, konsul raja Prusia yang tinggal di Amsterdam), menerimanya
dari perpustakaan pribadi seorang yang mulia dan berwibawa di kota tersebut,
yang selama hidupnya sering mengemukakan penghargaannya atas kitab
tersebut."
Siapakah gerangan orang yang "mulia dan
berwibawa" itu? Yang menarik perhatian ialah bahwa sejarawan berkebangsaan
Italia, Gregorio Leti (meninggal tahun 1701), pernah tinggal dan bekerja di
Amsterdam. Dia adalah penulis biografi Paus Sixtus V (1585-1590). Leti berganti
agama dan memeluk agama Kristen Protestan, kemudian melarikan diri ke negeri
Belanda dan menjadi sejarawan kota Amsterdam. Menantunya, seorang ahli teologi
bernama Jean le Clerc (1637-1736), dalam tahun 1718 menulis analisis tentang
Barnabas yang dimuatnya dalam kumpulan karangan yang diterbitkannya.
Gregorio Leti inilah yang dimaksudkan oleh Toland
dengan "orang yang mulia dan berwibawa". Setelah Leti meninggal
perpustakaannya dilelang. Dari ungkapan negarawan Cramer dia memperoleh kitab
Barnabas dari perpustakaan seorang yang baru meninggal. Cramer kemudian menjual
kitab itu kepada Pangeran Eugene dari Savoye. Dan dari perpustakaan Pangeran
Eugene kitab Barnabas akhirnya pindah ke perpustakaan negara di Wina dan
tersimpan sampai hari ini.
Tentang sejarah naskah Barnabas dari akhir abad ke-16
sampai tahun 1700 tidak diketahui orang.
Di samping naskah Barnabas dalam bahasa Italia ada
juga naskah dalam bahasa Spanyol. Apakah yang kita ketahui tentang naskah itu?
Pada tahun 1734 diterbitkan Qur'an dalam bahasa Inggris yang dikerjakan oleh
Sale. Dalam kata pengantar dan catatan oleh Sale antara lain disebut Barnabas.
Ia tahu tentang buku karangan John Toland yang kami sebut di atas. Dan dari Dr.
Holmes dipinjamnya Barnabas dalam terjemahan bahasa Spanyol. (Dari karangan Dr.
White kami tahu sedikit tentang terjemahan bahasa Spanyol itu). Lama sekali
kami mengetahui adanya terjemahan Barnabas dalam bahasa Spanyol hanya dari
kutipan-kutipan yang diberikan oleh Sale dan Holmes. Namun beberapa tahun yang
lampau diketemukan naskah Barnabas dalam bahasa Spanyol, yakni di Sydney
(Australia), yang berisi sebagian besar dari "injil" Barnabas. Naskah
tersebut berasal dari abad ke-18, dan entah dipakai oleh Sale, entah merupakan
salinan dari naskah yang dipergunakan oleh Sale5. Naskah bahasa Spanyol adalah terjemahan
dari bahasa Italia yang dilakukan oleh seorang Muslim berkebangsaan Spanyol
bernama Mustafa de Aranda. Dalam kata pendahuluan naskah bahasa Spanyol
dikemukakan bahwa naskah bahasa Italia oleh seorang rahib Kristen bernama Fra
Marino diketemukan dan dicuri dari perpustakaan Paus Sixtus V (1585-1590),
ketika Paus sedang tidur sejenak di perpustakaannya. Setelah naskah itu
dibacanya, Fra Marino menganut agama Islam. Ada alasan untuk menduga bahwa
ceritera tentang diketemukannya dan dicurinya naskah itu hanya merupakan isapan
jempol belaka, sebab dalam Barnabas sendiri dimuat ceritera semacam itu, yakni pasal
191 dan 192. Dalam pasal-pasal tersebut oleh seorang ahli taurat diceriterakan
kepada Yesus bahwa ia pernah melihat kitab yang sungguh-sungguh merupakan kitab
Musa, ditulis oleh Musa dan Yosua, yang di dalamnya dinyatakan bahwa Ismael
adalah ayah Sang Mesias; akan tetapi imam agung yang menyaksikan percakapan itu
melarangnya untuk membaca kitab tersebut. Ada kemungkinan bahwa pasal 191 dan
192 memberikan gambaran pribadi tentang pengarang Barnabas! Apalagi pengarang
kitab Barnabas adalah seorang kelahiran Spanyol dan dalam kata pendahuluan
naskah bahasa Spanyol disinggung tentang Paus Sixtus V (akhir abad ke-16), jadi
besar kemungkinannya kedua naskah tersebut dikarang oleh orang yang sama.
Kesimpulannya ialah: ada dua naskah kuno Barnabas;
yang satu isinya lengkap, dikarang dalam bahasa Italia dan berasal dari abad
ke-16; yang lain tidak lengkap dan merupakan terjemahan dalam bahasa Spanyol
dari abad ke-18.
Perlu kita perhatikan bahwa dari kitab-kitab yang
terkumpul dalam Perjanjian Baru, kita miliki ratusan naskah dalam bahasa Yunani
yang jauh lebih-tua dari kedua naskah Barnabas itu!
Setelah kita selidiki penanggalan naskah-naskah Barnabas,
dalam bab yang berikut akan dijawab pertanyaan: Kapankah Barnabas dikarang?
KAPAN “INJIL” BARNABAS DITULIS
Para pembaca tentu mengerti bahwa dengan ditetapkannya
penanggalan naskah-naskah Barnabas yang dikenal itu, belum dijawab secara
tuntas pertanyaan kapan sebenarnya naskah aslinya dikarang. Sebab ada
kemungkinan naskah Barnabas yang tertua yang kita kenal berasal dari abad
ke-16, sedangkan naskah aslinya lebih tua lagi. Karena itu dalam bab ini akan
dicari jawaban atas pertanyaan apakah dapat diselidiki kapan Barnabas dikarang?
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa sesudah keempat
Injil yang dimuat dalam Perjanjian Baru, beredarlah bermacam-macam kitab di
dalam Gereja Purba yang dalam beberapa hal menyerupai Injil-Injil, akan tetapi
tidak diakui oleh Gereja sebagai kitab berwibawa (kitab kanonik). Kitab-kitab
itu disebut injil apokrif. misalnya injil Thomas, injil Petrus, dan sebagainya.
Kitab-kitab tersebut tidak dikarang oleh Thomas, Petrus dan lain-lain.
Kitab-kitab itu ditulis jauh kemudian daripada keempat Injil dan tidak diakui
oleh Gereja. Begitulah dalam Gereja Purba pernah disebut adanya sebuah
"injil Barnabas". "Injil" itu untuk pertama kalinya
dicantumkan dalam apa yang disebut Decretum
Pseudo-Gelasianum (Decretum = surat keputusan Paus; pseudo = yang tidak
asli). Dalam surat keputusan Paus itu dicantumkan daftar buku-buku yang oleh
Gereja tidak diakui sebagai kanonik (= berwibawa); dalam daftar itu disebut
juga "'injil" Barnabas. Daftar itu berasal dari abad keenam sesudah
Masehi. Berita yang lebih tua tentang "injil" itu tidak ada!1
Lagipula dari zaman Gereja Purba tidak pernah
diketemukan satu ayat pun atau sebagian dari "injil" Barnabas. Dalam
suatu tulisan2 hanya terdapat ungkapan: "Rasul Barnabas bersabda: dalam pertikaian yang buruk,
pihak yang menanglah yang paling menderita, sebab ia meninggalkan pertempuran
dengan dibebani dosa yang lebih besar." Namun tidak
dinyatakan bahwa ungkapan itu berasal dari sebuah "'injil" Barnabas.
Ungkapan tersebut dapat pula merupakan tradisi lisan yang turun-temurun.
Apalagi ungkapan itu sama sekali tidak terdapat dalam Barnabas! Bahkan beberapa
ahli meragukan tentang adanya sebuah "injil apokrif Barnabas". Tidak
ada tanda bahwa sebuah "injil" Barnabas dipakai di Gereja sampai masa
Dekrit Gelasius. Apalagi perlu kita ingat bahwa bahasa Italia pada waktu itu
belum ada. Memang ada sebuah "surat apokrif Barnabas" yang menurut
para ahli tidak berasal dari Barnabas. Ada pula kitab apokrif "Kisah Rasul
Barnabas", suatu pemalsuan dari abad kelima, yang ditulis dengan maksud
untuk memuliakan pulau Siprus, di mana menurut keyakinan para penduduknya
terdapat makam rasul Barnabas.
Sebagaimana tadi dikemukakan ada ahli yang meragukan
apakah dalam Gereja Purba memang pernah ada sebuah injil apokrif Barnabas.
Mungkin pada masa silam timbul gagasan tentang sebuah injil apokrif Barnabas,
karena di dalam kitab "Kisah Rasul Barnabas" terdapat ungkapan yang
diartikan salah. Dalam "Kisah Rasul Barnabas" kita baca: "Sesudah Barnabas mengabar injil yang diterimanya dari
kawan sepelayanannya Matius, ia mulai mengajar orang-orang Yahudi."
Menurut legenda yang muncul kemudian uskup-uskup Siprus menemukan kembali
jenazah Barnabas dengan Injil Matius yang disalin oleh Barnabas di atas
dadanya. Kalau ceritera itu dituturkan tanpa menyebut nama Matius, timbullah
kesan seolah-olah Barnabas sendiri mengarang sebuah Injil.3
Jadi tidak terdapat bukti apa pun bahwa injil apokrif
Barnabas, yang tercantum dalam dekrit Pseudo-Gelasianum itu, sama dengan Barnabas!
Jadi melalui jalan ini tidak dapat diteliti kapan Barnabas
ditulis. Kita harus menyelidiki isi Barnabas untuk menelusuri apakah ada
tanda-tanda yang dapat menerangkan tanggal terjadinya Barnabas. Apakah yang
menarik perhatian kita kalau isinya diselidiki?
1. Pengarang Barnabas pasti bukan orang semasa Yesus,
yang mengikuti Yesus sebagai murid. Hal itu terbukti antara lain sebagai
berikut:
a) Dalam judul Barnabas, dan juga di tempat-tempat
lain Yesus disebut "Kristus", akan tetapi dalam pasal 96 Yesus
menolak bahwa Dia adalah Mesias. Jadi pengarang tidak mengetahui bahwa
"Kristus" adalah terjemahan bahasa Yunani dari kata Ibrani/Aram
"Messias" yang sama artinya!4
b) Menurut pasal 3 Yesus dilahirkan pada waktu Pilatus
memerintah atas Yudea, namun sebenarnya Pilatus menjadi gubernur pada tahun 26
atau 27 sesudah Masehi ketika Yesus berusia ± 30 tahun
c) Dalam pasal 20 diceriterakan bahwa Yesus
"berlayar" ke Nazaret; itu mustahil, sebab Nazaret tidak dapat
dicapai dengan kapal.
d) Dalam pasal 91 dikemukakan bahwa di wilayah Yudea
ada 600.000 tentara; hal itu pun mustahil, sebab di seluruh daerah jajahan
Romawi jumlah tentaranya tidak melebihi 300.000 orang.
e) Selama 40 hari Yesus dan murid-murid-Nya pergi ke
bukit Sinai untuk melakukan syariat puasa 40 hari; dikemukakan seolah-olah masa
puasa semacam itu sudah menjadi adat-istiadat (pasal 91 dan 92). Padahal pada
waktu Yesus hidup puasa 40 hari itu belum merupakan kebiasaan.
2. Jelaslah pengarang bukan orang sejaman dengan
Yesus. Bahkan dapat kita buktikan bahwa pengarang hidup sesudah Nabi Muhammad.
Muhammad yang hidup beberapa abad sesudah Yesus, oleh Yesus disebut dan
ditunjuk sebagai Mesias. Hal itu nampak dalam dua pasal. Dalam pasal 44 kita
baca ungkapan Yesus:
"Ya Muhammad, semoga Allah besertamu dan
menjadikan aku layak untuk membuka tali kasutmu, karena apabila aku memperoleh
itu, aku akan menjadi seorang nabi yang besar serta seorang kudus Allah."
Dalam pasal 97 kita baca percakapan antara seorang
imam dengan Yesus sebagai berikut:
"Maka imam itu bertanya, 'Bagaimanakah Mesias itu
akan dinamakan, dan tanda apakah yang akan menunjukkan kedatangannya?'
Yesus menjawab, 'Sesungguhnya nama Mesias itu terpuji;
karena nama itu diberikan oleh Allah sendiri, tatkala rohnya diciptakan Allah
dan diletakkan-Nya dalam kemegahan surgawi. Allah berfirman: Sabarlah Muhammad;
karena untukmu Aku akan menciptakan firdaus, dunia dan sejumlah besar makhluk,
yang Kuhadiahkan kepadamu, sehingga barangsiapa yang memberkati engkau akan
diberkati; dan barangsiapa yang mengutuk engkau akan dikutuk. Apabila Aku
mengutus engkau ke dunia engkau akan menjadi rasul keselamatan-Ku dan firmanmu
itu benar, bahwasanya langit dan bumi akan gagal, tetapi imanmu tidak pernah
akan gagal.' Muhammad adalah namanya yang diberkati."
Ayat-ayat semacam itu (juga pasal 54) membuat Yesus
semacam Yohanes Pembaptis, yang memaklumkan Sang Mesias. Karena itu Yohanes
Pembaptis tidak pernah disebut-sebut dalam Barnabas!
Sebagaimana kita tahu nubuat-nubuat Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru tidak memberikan ramalan yang terperinci sambil menyebut
nama-nama oknum yang kelak akan datang; nama-nama orang tidak pernah
diramalkan. Jadi Barnabas dikarang sesudah datangnya Muhammad!
Juga dalam pasal-pasal lain terlihat pengaruh Agama
Islam. Menurut pasal 39 kalimat syahadat ("Tiada Tuhan melainkan
Allah" dan "'Muhammad Rasul Allah") ditulis pada kedua kuku ibu
jari tangan Adam, setelah kalimat syahadat itu dilihatnya tertulis di angkasa.
Dalam hal-hal lain pun ada hubungan yang menyolok
antara Barnabas dengan pandangan Islam. Menurut Barnabas Yesus bukan Anak Allah
(pasal 48, 98 dan 222). Yesus diutus hanya kepada Israel saja, sedangkan amanat
Muhammad adalah untuk segala bangsa (pasal 82). Barnabas menegaskan pandangan
Islam bahwa kelak akan dikarang kitab suci yang akan membersihkan kitab suci
yang lebih dulu ditulis dari segala kerusakan (pasal 124, bandingkan pasal 44,
191 dan 192). Anak Abraham yang harus dipersembahkannya sebagai korban
penyembelihan adalah Ismael dan bukan Ishak (pasal 44). Pada bagian akhir Barnabas
kita baca bahwa Yudaslah yang disalibkan, bukannya Yesus. Soal ini perlu
ditekankan oleh Barnabas (pasal 221).
Dengan demikian jelaslah bahwa pengarang Barnabas
hidup sesudah Muhammad yang wafat tahun 632 itu.
3. Bahkan kita dapat melangkah lebih jauh lagi dan
dapat kita tegaskan bahwa Barnabas pasti dikarang sesudah tahun 1300.
Apakah buktinya?
Dalam pasal 82 Yesus berbicara dengan wanita Samaria
tentang tahun Yobel, yang dirayakan sekali dalam 100 tahun. Soal ini disinggung
juga dalam pasal 83. Menurut Perjanjian Lama (Imamat 25:8-55 dan 27:16-25)
tahun Yobel dirayakan sekali dalam 50 tahun. Ketentuan itu tidak diubah oleh
Yesus. Baru pada tahun 1300 sesudah Masehi oleh Paus Bonifacius VIII
diperintahkan bahwa tahun Yobel akan dirayakan sekali dalam 100 tahun! Akan
tetapi oleh Paus Clemens VI pada tahun 1343 ditetapkan bahwa tahun Yobel akan
dirayakan tiap 50 tahun. Jadi pengarang Barnabas tahu tentang ketentuan masa
100 tahun untuk merayakan tahun Yobel, dan dengan tidak disadarinya
dinyatakannya seolah-olah oleh Yesus sendiri ditetapkan bahwa tahun Yobel harus
dirayakan sekali dalam 100 tahun. Jadi dapat kita pastikan bahwa Barnabas dikarang
sesudah tahun 1300!5
Kesimpulan itu sesuai dengan ciri-ciri lain dalam Barnabas,
yang mengingatkan kita akan jaman sekitar tahun 1000-1500, antara lain:
Dalam sembahyang di malam hari (pasal 61) Yesus
memakai ungkapan dari 1 Petrus 5:8 "... si
Iblis berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang
yang dapat ditelannya", sebagaimana sudah lazim dipakai dalam
sembahyang malam pada Abad Pertengahan.
Dalam pasal 3 kita baca bahwa Yesus dilahirkan oleh
Maria "tanpa merasa sakit"; ini tidak tertulis dalam Perjanjian Baru,
namun mendapat perhatian besar pada Abad Pertengahan.
Dalam pasal 194 Lazarus dan kedua adiknya perempuan digambarkan
memiliki dua desa. Hal itu pun merupakan gambaran keadaan masa Abad
Pertengahan, akan tetapi pada jaman Yesus mustahil seorang memiliki desa.
Tambahan pula masih dapat ditunjuk panjang dan sifat
Barnabas. Kitab Barnabas dapat disebut semacam Diatessaron, artinya sebuah
kitab yang menyatukan bahan-bahan dari keempat Injil Perjanjian Baru, sehingga
isinya lebih tebal dibandingkan dengan Injil-Injil yang terdapat dalam
Perjanjian Baru. Adapun usaha untuk menyatukan dan menggabungkan keempat Injil
mulai timbul pada abad kedua sesudah Masehi. Kita kenal beberapa Diatessaron
dalam bahasa Italia dari Abad Pertengahan. Satu di antaranya berasal dari abad
ke-14 yang mengandung ciri-ciri dialek TuskaVenezia (jadi dialek vang sama
seperti Barnabas), dan di dalamnya terdapat bermacam-macam ceritera dalam
urutan yang sama seperti dalam Barnabas; dan urutan yang sama itu tidak
terdapat dalam keempat Injil Perjanjian Baru.
Jadi dapat kita pastikan bahwa Barnabas dikarang
antara tahun 1300 dan akhir abad ke-16 yakni waktu naskah berbahasa Italia
ditulis. Dengan demikian jauh lebih muda usianya dibandingkan dengan
Injil-Injil Perjanjian Baru.
Apakah waktu penulisan Barnabas dapat kita tentukan
lebih tepat lagi? Besar kemungkinan Barnabas dikarang semasa Paus Sixtus V
(1585-1590). Coba perhatikan hal-hal sebagai berikut: sudah kita lihat bahwa
pada tahun 1300 ditentukan agar tahun Yobel dirayakan sekali dalam 100 tahun;
kemudian pada tahun 1349 diambil keputusan untuk merayakannya sekali dalam 50
tahun; dan pada tahun 1470 diputuskan untuk merayakannya sekali dalam 25 tahun.
Pada tahun 1585 Paus Sixtus V merayakan tahun Yobel, bukannya karena sudah tiba
waktunya, melainkan karena pada tahun itu ia dipilih sebagai Paus dan ingin
memberikan perhatian khusus kepada tahun tersebut. Apakah kejadian itu menjadi
alasan bagi pengarang Barnabas --yang masih ingat bahwa sesudah 1300 tahun
Yobel dirayakan sekali dalam 100 tahun-- untuk menyatakan bahwa pada masa
Mesias tiap tahun merupakan tahun Yobel?
Selanjutnya, dalam kata pendahuluan naskah berbahasa
Spanyol dikemukakan bahwa kitab Barnabas ditemukan dalam perpustakaan Paus
Sixtus V meskipun kebenaran ceritera itu masih dipersoalkan. Memang Barnabas
cocok dengan suasana penindasan yang merajalela di Spanyol dan Italia Utara
pada akhir abad ke-16, ketika orang Yahudi dan penganut agama Islam dianiaya
oleh Inkuisisi. Apakah mungkin kitab itu ditulis semasa Paus Sixtus V oleh
seorang yang dalam hatinya bersikap pro-Islam, akan tetapi tidak dapat
mempraktekkannya?
Soal tersebut akan dibahas dalam bab berikut. Namun
sekarang sudah dapat ditarik kesimpulan bahwa Barnabas dikarang antara tahun
1300 dan akhir abad ke-16, dan kemungkinan besar pada masa Paus Sixtus V.
SIAPAKAH PENGARANG BARNABAS DAN DI MANAKAH DITULIS?
Sekarang harus kita selidiki siapakah gerangan
pengarang Barnabas. Bahan-bahan keterangan apakah yang tersedia? Kita harus
mencari seorang yang hidup antara tahun 1300 dan 1600. Orang itu mengenal isi
baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, meskipun pengetahuannya tidak
sempurna.1
Agaknya orang itu mengenal juga ajaran agama Islam.
Hal itu antara lain terbukti bukan saja karena disebutnya nama Nabi Muhammad,
tetapi juga karena dikemukakannya pandangan-pandangan yang dianut oleh agama
Islam (bandingkanlah “Kapan Injil Barnabas Ditulis”).
Keterangan yang penting pula adalah tentang bahasanya,
yakni dialek Tuska-Venezia (jadi dari wilayah Italia bagian Utara), dengan
kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh pengaruh bahasa Spanyol. Agaknya
pengarang hidup di Spanyol dan di Italia dan mempunyai hubungan dengan Gereja
dan dengan agama Islam.
Apakah di samping bahan-bahan yang agak samar itu
masih ada keterangan lain yang lebih jelas? Dapatkah ditunjuk keadaan, dalam
mana kitab semacam itu dikarang oleh seorang yang mengetahui seluk-beluk Gereja
dan agama Islam?
Marilah kita lihat keadaan pada zaman itu di Spanyol
dan di Italia. Pada masa itu keadaan orang Yahudi dan orang Islam sangat
menyedihkan karena penganiayaan dari pihak Gereja Katolik Roma yang
dilaksanakan oleh inkuisisi. Banyak orang Yahudi dan penganut agama Islam
dipaksa menjadi Kristen. Dan mereka itu diawasi pula apakah memang berganti agama
secara serius. Penganiayaan itu mencapai puncaknya pada akhir abad ke-16!
Apakah ada kemungkinan pemalsuan injil itu dikarang
oleh seorang yang dipaksa masuk agama Katolik Roma serta harus mengikuti
pendidikan Katolik Roma, dan dengan demikian ia "membalas dendam"
atas segala sesuatu yang dideritanya dari pihak Gereja Katolik Roma? Anggapan
tentang bentuk pemalsuan itu tidak begitu jauh dari sasarannya. Sebab pada
akhir abad ke-16 beberapa pemalsuan injil beredar di Spanyol. Kitab-kitab itu
dikarang dalam bahasa Arab dan dikatakan berasal dari rasul-rasul Yesus.
Spanyol digemparkan oleh kitab-kitab tersebut, akan tetapi ternyata pemalsuan
belaka!
Naskah-naskah itu dikarang oleh dua orang, yakni
Alonso de Castillo dan Miguel de Luna, kedua-duanya juru bahasa dari golongan
Morisko2. Kelompok Morisko adalah pemeluk agama
Islam yang dipaksa berganti agama dan masuk agama Katolik Roma. Namun hal itu
dilakukannya lahiriah saja, tidak dalam lubuk hatinya. Di samping kelompok
Morisko terdapat pula golongan Marrano, yakni orang-orang Yahudi yang dipaksa
masuk agama Katolik Roma, namun secara batin tidak dianutnya.
Perlu dikemukakan juga bahwa banyak orang di Spanyol,
yang pada akhir abad ke-16 dipaksa berganti agama, melarikan diri ke Italia.
Dapat ditambahkan pula bahwa Fra Felice Peretti de Montalto yang kemudian
menjadi Paus Sixtus V, sangat giat menganiaya orang yang belum berganti agama
di Venezia (Italia) pada tahun-tahun 1558-1568. Apakah mungkin pengarang Barnabas
berasal dari golongan Morisko atau Marrano?
Adapun latar belakang pengarang yang berbau Spanyol
jelas terbukti dari Barnabas pasal 54. Dalam pasal itu dikemukakan tentang
sekeping uang "denarius" (Abubakar/Basjmeleh: "sekeping
emas", Rahnip: "sepotong emas") yang terbagi dalam 60 "minuti"
(Abubakar/ Basjmeleh: "filis", Rahnip: "bagian").
Yang dimaksud adalah sekeping mata uang Spanyol kuno!
Selanjutnya harus kita lihat apakah yang diungkapkan
di dalam Barnabas pasal 191 dan 192. Dalam pasal-pasal itu diceriterakan
bagaimana kitab Musa yang benar diketemukan oleh Nikodemus di perpustakaan Bait
Allah. Dalam kitab Musa itu "tersurat bahwa Ismael adalah ayah Mesias, dan
Ishak adalah "ayah utusan Mesias", dan seterusnya. Kemudian Nikodemus
mengemukakan", "Kitab itu tidak sempat
saya baca seluruhnya, karena Imam Agung --saya berada di ruang
perpustakaannya-- melarang saya, sambil berkata bahwa kitab itu dikarang oleh
seorang Ismaeli."
Dari ayat itu jelas pula pengaruh agama Islam atas
Barnabas. Menarik sekali kalau bagian Barnabas tersebut dibandingkan dengan
bagian kata pendahuluan naskah berbahasa Spanyol. Dalam kata pendahuluan naskah
yang berbahasa Spanyol (yang tidak termasuk Barnabas) dikemukakan bahwa naskah
Barnabas bahasa Italia dicuri oleh seorang rahib bernama Fray Marin (atau Fra
Marino) dari perpustakaan Paus Sixtus V (1585-1590). Menurut ceritera Fray
Marin adalah teman Paus Sixtus V. Ketika mereka berdua sedang bekerja
bersama-sama di perpustakaan Vatikan Roma, tertidurlah Paus dan Fray Marin menemukan
Barnabas. Kemudian Barnabas disembunyikannya dalam lengan bajunya dan dibawanya
ke luar perpustakaan. Sesudah dibacanya dia memeluk agama Islam. Menurut kata
pendahuluan tersebut Barnabas diterjemahkan oleh Mustafa de Aranda dari bahasa
Italia ke dalam bahasa Spanyol.
Apabila kita pertimbangkan bahwa a) Barnabas mempunyai
latar belakang Spanyol seperti terbukti oleh nama sekeping mata uang; b) ejaan
bahasa Italia dipengaruhi oleh bahasa Spanyol: c) orang-orang yang berganti
agama dan memeluk agama Islam sering kali menggantikan namanya; dan d) banyak
orang Marrano dan Morisko melarikan diri dari Spanyol ke Italia, sehingga
kemungkinan besar Fray Marin dan Mustafa de Aranda adalah orang yang sama. Dan
orang itulah pengarang Barnabas, sehingga hal itu patut dipertimbangkan. Memang
kepastiannya tak dapat dikuatkan. Namun dapat dikemukakan bahwa Paus Sixtus V
sangat giat menganiaya orang yang belum masuk agama Katolik Roma; dan pada
akhir abad ke-16 beredar beberapa pemalsuan Injil. Jadi ada kemungkinan kitab
Barnabas dikarang oleh orang tersebut karena kegeramannya atas penganiayaan dan
dengan demikian secara diam-diam mendukung agama Islam.
Dalam naskah bahasa Spanyol diungkapkan pula bahwa
Mustafa de Aranda melarikan diri ke Istambul (Turki). Peristiwa itu mungkin
dapat memberi kejelasan atas fakta bahwa catatan-catatan dalam bahasa Arab yang
terdapat pada pinggiran naskah yang berbahasa Italia memperlihatkan pengaruh
Turki, sebagaimana ditetapkan oleh para ahli.
Apakah dalam keseluruhannya masih dapat ditempatkan
juga unsur-unsur Yahudi yang terdapat dalam Barnabas? Salah satu unsur Yahudi
ialah penyangkalan bahwa Yesus adalah Mesias (Barnabas pasal 42 dan 96). Bahwa
Yesus adalah Mesias (Almasih) tidak disangkal dalam Alkitab dan tidak disangkal
dalam Quran, melainkan oleh orang Yahudi. Kisahnya mungkin begini: seorang
Yahudi berkebangsaan Spanyol dipaksa memeluk agama Katolik Roma dan harus
mengikuti pendidikan Katolik Roma, kemudian ia berkenalan dengan agama Islam
lalu memeluk agama ini; sebagaimana banyak orang lainnya dia meninggalkan
Spanyol dan pergi ke Bologna (Italia), dan di kota itu dikarangnya Barnabas
baik dalam bahasa Italia maupun dalam bahasa Spanyol.3 Walaupun uraian di atas tidak dapat
dibuktikan kebenarannya secara mutlak" namun bermacam-macam unsur dalam
Barnabas dapat dijelaskan olehnya.
ISI “INJIL” BARNABAS
Kitab Barnabas tebal sekali bila dibandingkan
dengan kitab-kitab Injil yang terdapat dalam Perjanjian Baru. Jumlah fasalnya
adalah 222. Banyaknya fasal itu mengingatkan kita akan kitab-kitab Diatessaron
yang timbul sepanjang sejarah Gereja. Dalam kitab Diatessaron bahan-bahan dari
keempat Injil digabungkan dan dijadikan satu. Dan memang ada kitab-kitab
Diatessaron yang dikarang dalam bahasa Venezia dan dalam dialek Tuska. Nah,
Barnabas pun untuk sebagian terdiri dari bahan-bahan yang terdapat dalam
keempat Injil Perjanjian Baru. Kaitannya dengan beberapa Diatessaron
bahasa-bahasa Italia sangat jelas kalau kita periksa isi Barnabas pasal 1-9.
Dalam Barnabas 1-9 berturut-turut kita baca tentang: -- pemberitahuan tentang
kelahiran Yesus -- mimpi Yusuf -- sensus penduduk -- kelahiran Yesus -- para
gembala -- Yesus disunat -- para majus -- mimpi para majus -- Yesus diserahkan
kepada Tuhan di Bait Allah -- pembunuhan kanak-kanak di Betlehem -- pengungsian
ke Mesir -- tindakan Yesus di Bait Allah.
Para pembaca yang mengenal isi Perjanjian Baru
melihat bahwa bahan-bahan tersebut merupakan gabungan dari Injil Matius dan
Injil Lukas. Yang menarik perhatian ialah bahwa dalam sebuah Diatessaron dialek
Tuska (pasal 3; 5-9; 12) peristiwa-peristiwa tersebut di atas diceriterakan
dalam urutan yang sama; sedangkan peristiwa-peristiwa dalam Barnabas pasal 3-9
sejajar dengan pasal 6-11 dalam Diatessaron dialek Venezia. Demikian juga masih
dapat ditunjuk persamaan lain antara Barnabas dengan kedua Diatessaron
tersebut.
Dalam pasal 9 kita baca tentang segala macam
kejadian lain dari hidup Yesus dan ajaran Yesus dengan tekanan pada ajaran
Yesus. Isinya kurang lebih dua pertiga diambil dari keempat Injil. Misalnya,
Yesus menyembuhkan seorang kusta (pasal 11); Yesus memilih 12 rasul (pasal 14);
Perlukah membayar pajak (pasal 31); dan seterusnya.
Ada juga bagian-bagian yang sama sekali tidak
mempunyai ikatan dengan Injil-Injil Perjanjian Baru" misalnya judul pasal
22 yang berbunyi, "Keadaan yang menyedihkan
dari orang yang tidak disunat: seekor anjing lebih baik daripada mereka",
atau percakapan antara Abraham dengan ayahnya (pasal 26). Dalam pasal 35 kita
baca tentang terjadinya pusat: setan meludahi manusia, dan Gabriel membuang
ludah itu dan terjadilah pusat.
Peranan Ismael amat menonjol pula: di antara 10
orang kusta yang disembuhkan terdapat seorang Ismaeli (pasal 19); Abraham harus
mengorbankan anaknya Ismael (pasal 44); kitab Torah dikarang oleh seorang
Ismaeli (pasal 192), dan Allah adalah Allah Abraham, Ishak dan Ismael (pasal
212).
Isi pasal-pasal terakhir banyak bedanya dengan
keempat Injil. Sesudah perjamuan Paskah dan pengkhianatan Yudas, Yesus mau
ditangkap. Ketika serdadu-serdadu mendekati Yesus "tibalah para malaikat kudus dan diambilnya Yesus dari jendela yang
menghadap ke sebelah selatan. Diangkatnya Yesus dan diletakkannya di surga yang
ketiga di tengah-tengah para malaikat yang memuji-muji Allah untuk
selama-lamanya" (pasal 215). "Dan
berubahlah wajah Yudas menjadi wajah Yesus, sehingga Yudas ditangkap dan
disalibkan, padahal disangka Yesus yang dibunuh! Ketika Yudas meninggal dan
dikubur, para murid Yesus datang dan mencari mayat Yudas, karena disangkanya
tubuh Yesus" (pasal 218). Dalam pasal 219 Yesus menampakkan diri
kepada ibunya dan beberapa orang lain. Dalam pasal yang berikutnya (pasal 220)
Yesus berbicara kepada Barnabas, katanya, "Meskipun
aku tiada bersalah di dunia, aku disebut 'Allah' dan 'Anak Allah', maka supaya
aku tidak akan diejek oleh setan-setan pada hari kiamat, Allah berkehendak agar
aku diejek oleh manusia dengan matinya Yudas yang dikira akulah yang telah mati
di kayu salib. Dan ejekan itu akan terus berlangsung sampai datangnya Muhammad
Rasul Allah, yang apabila ia datang akan mengungkapkan penipuan kepada mereka
yang percaya akan syariat Allah". (Ayat ini aneh sekali. Andaikata
Barnabas dikarang pada abad pertama, pengarangnya sudah tahu bahwa kitabnya
akan tersembunyi sampai datangnya Muhammad. Lalu mengapa kitabnya itu
ditulisnya?) Yesus diangkat ke surga oleh empat malaikat (pasal 221). Pasal 222
merupakan pasal terakhir yang berisi serangan atas mereka yang menyebut Yesus
Anak Allah seperti dilakukan oleh Paulus.
Yang menyolok dalam isinya ialah bahwa Yohanes
Pembaptis sebagai perintis jalan Yesus (periksalah dalam keempat Injil: Matius
3, Markus 2, Lukas 3 dan Yohanes 1) sama sekali tidak disebut-sebut dalam Barnabas.
Mungkin hal itu disebabkan karena Yesus, yang dalam Barnabas disebut Mesias,
bertindak sebagai perintis jalan, semacam Yohanes Pembaptis bagi Muhammad. Padahal
Yohanes Pembaptis disebut dalam Al-Quran (Surah 19:12-15). Tentu saja timbul
berbagai-bagai pertanyaan apa sebabnya Barnabas membungkam tentang Yohanes
Pembaptis.
Menyolok pula bahwa, berbeda dengan isi
Injil-Injil, Barnabas merupakan salah seorang dari 12 murid (pasal 14:100),
bahkan seorang murid yang dengannya Yesus mengadakan percakapan-percakapan
khusus (pasal 112:221). Dalam Perjanjian Baru Barnabas tidak termasuk
orang-orang di sekitar Yesus. Baru dalam kitab Kisah Para Rasul (4:36, dan
seterusnya) sesudah kebangkitan Yesus, kita dengar tentang seorang bernama
Barnabas, namun orang itu tidak disebut dalam keempat Injil. Jadi di sini pun
kita lihat adanya kekeliruan sejarah dalam Barnabas.
KESIMPULAN
Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
Barnabas sudah pasti tidak dikarang oleh seorang yang
mengenal Yesus atau salah seorang Rasul. Kitab Barnabas pasti tidak berasal
dari abad-abad pertama sesudah Masehi. Dari Gereja Purba, yakni abad-abad
pertama sesudah Masehi, kita sama sekali tidak memiliki satu naskah pun dari
Barnabas, dan tidak ada bukti bahwa naskah Barnabas pernah dikenal oleh Gereja
Purba. Karena kurun jaman antara Barnabas dengan abad pertama sesudah Masehi
sedemikian jauhnya, tidak ada satu alasan pun untuk menempatkan Barnabas
sederajat bahkan melebihi Injil-Injil Perjanjian Baru.
Pengarang Barnabas hidup lebih dari sepuluh abad
sesudah Masehi, sekurang-kurangnya sesudah tahun 1300 dan kemungkinan besar
dalam abad ke-16.
Ada kemungkinan sebagai orang Yahudi yang menjadi
korban inkuisisi Gereja Katolik Roma dan dipaksa hidup sebagai orang Kristen,
Kemudian dia berkenalan dengan agama Islam dan agaknya merasa tertarik kepada
agama ini. Lalu dikarangnya Barnabas untuk menunjukkan kepada orang akan arti
Muhammad.1
Jadi meskipun Barnabas mengandung banyak bahan dari
Injil-Injil Perjanjian Baru, jelaslah arah pokoknya dan tujuan utama Barnabas
berlainan sekali dengan arah dan tujuan keempat Injil.
Sumber:
Seluk Beluk Buku Yang Disebut Injil Barnabas
oleh Drs. B.F. Drewes dan Drs. J. Slomp
Cetakan Pertama 1983
PENERBIT YAYASAN KANISIUS
Jl. P. Senopati 24, Telepon 2309. Telex
25143, Yogyakarta
Nihil obstat: F. Heselaars SJ
Imprimatur: A. Djajasiswaja Pr. Vik.
Catatan kaki
“Naskah-naskah Kuno....” :
1 Penerbit C.V. Jasana, Djakarta.
2 C.V. Pelita, Bandung (1970).
Dalam
terjemahan ini dimuat banyak catatan yang berasal dari Ragg bersaudara yang
menunjuk pada Perjanjian Baru. Ditambah dengan pembagian menurut fasal dan ayat
yang tidak terdapat dalam naskah aslinya.
Kalau
terjemahan itu kita bandingkan dengan naskah bahasa Italia atau dengan
terjemahan Ragg, ternyata ada beberapa kekeliruan. Misalnya:
Pasal8:
Roma, seharusnya Ramah (mungkin salah cetak?)
Pasal 14 dan
19: Bahasa Italia: iessu dan Jesu; Ragg: Jesus; Abubakar: Al-Masih (seharusnya
Yesus)
Pasal 145
Bahasa Italia: nosstro signore; Ragg: our Lord; Abubakar: Bapak kita
(seharusnya: Tuhan kita)
Pasal
152:Bahasa Italia: pero poriamo uedere d nosstro DIO in hoggni loch; Ragg:
wherefore we can see our God in every place; Abubakar: Dari itu tidak mungkin
kami melihat-Nya di tiap tempat (seharusnya: sebab itu kami dapat melihat Allah
kami d i tiap tempat).
Mungkin
berbagai-bagai kesalahan ini disebabkan karena Abubakar/Basjmeleh menggunakan
naskah Barnabas bahasa Arab untuk terjemahan mereka.
3 Penerbit PT Bina Ilmu, Surabaya (1980)
Dalam
catatan-catatan yang dibuat oleh Rahnip sering kali diberi penunjukan kepada
Quran.
Menurut
hemat kami terjemahan Abubakar/Basjmeleh lebih baik daripada terjemahan Rahnip.
Sayang sekali terdapat banyak kekeliruan oleh Rahnip dalam menterjemahkan
naskah bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia.
Berikut ini
beberapa contoh:
Pasal 5:
before he was conceived, diterjemahkan: setelah ia dikandung, (seharusnya:
sebelum ia dikandung).
Pasal 35:...
knew that God of that mass of earth was to take one hundred and forty and four
thousand signed with the mark of prophesy ..., diterjemahkan: ... telah tahu,
bahwa Allah dari Massa bumi itu untuk mengambil 144.000 isyarat dengan
perlambang Nubuat ... (lebih baik diterjemahkan ... telah tahu bahwa Allah dari
massa bumi itu akan mengambil 144.000 orang yang ditandai dengan perlambang
nubuat.
Pasal 82:
the year of Jubilee, diterjemahkan: tahun (Yubilee) hari peringatan, lebih baik
diterjemahkan: tahun Yobel.
Pasal 97:
Unworthy though I am to untie his hosen, diterjemahkan: Tiada selayaknya
walaupun aku adalah membuka ikatan kaus kaki (sepatu)nya, lebih baik
diterjemahkan: Walaupun saya tidak layak untuk melepaskan kaus kakinya.
Pasal 98:
... none should call Jesus the Nazarene, prophet of the Jews, either God or son
of God, diterjemahkan: ... tidak seorang pun akan menyebut Yesus orang Nazareth
itu Nabi orang-orang Yahudi; tidak juga Allah atau Putra Allah, lebih baik
diterjemahkan: ... tidak seorang pun akan menyebut Yesus orang Nazaret"
nabi orang-orang Yahudi itu dengan Allah atau anak Allah.
Pasal 152:
kata-kata bahasa Aram Adonai Sabaoth diterjemahkan dengan Keributan Sabbath!
Lebih baik kata-kata itu tidak diterjemahkan (sebagaimana dilakukan pula oleh
Rahnip dalam fasal 20: ungkapan Elohim Sabaoth tidak dialihbahasakan). Apabila
Adonai Sabaoth mau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kiranya dapat
dialibbahasakan dengan Tuhan semesta alam.
Pasal
194:... possessing with his sisters Magdala and Bethany ... diterjemahkan: ...
mempunyai saudari perempuan Magdala dan Bethani..., seharusnya ... mempunyai
bersama saudari-saudarinya, Magdala dan Betani...
Membingungkan
pula kalau Christ diterjemahkan dengan Almasih, dan Messiah dengan Messiah,
kata terakhir ini bukan kata Indonesia. Lebih baik kalau Christ (yang memang
berarti Al-Masih, namun kemungkinan besar tidak diketahui oleh pengarang Barnabas.)
dialihbahasakan dengan Kristus, dan Messiah dengan Al-Masih atau Mesias.
4 Lihat L. Cirillo, L'Evangeli de Barnabe,
Recherches sur la composition et l'origine, Texte et traduction, Paris, 1977.
Namun buku ini banyak kekurangannya, periksa J. Slomp, Islamochristiana, IV,
1978 (Centre of studies for Muslim-Christian Dialogue, Roma), hlm. 67-111.
5 Lihat J.E. Fletcher, "The Spanish Gospel
of Barnabas, Novum Testamentum, Vol. XVIII (1976), hlm, 314-320.
Catatan kaki
“Kapan Injil Barnabas Ditulis”:
1 Tentang Decretum Gelasianum periksa E.
Hennecke-W. Schneemelcher, New Testament Apocrypha, London, 1973, hlm. 46-49
juga E. Schwartz, Zeitschrift fur Neuestestamentliche Wissensehaft, 29 (1930),
hlm. 161-168. Dekrit itu untuk sebagian berasal dari jaman Paus Gelasius
(492-496), akan tetapi berbagai-bagai bagian, a.l. justru daftar dengan
buku-buku yang ditolak, berasal dari permulaan abad ke-6.
2 Codex Baroc. 39 dalam Bibliotheca Bodleiana
yang termasyhur di Oxford (Inggris).
3 Periksa Indjil Barnabas, terjemahan
Abubakar/Basjmeleh, dalam "Sepatah Kata Penjalin" diberi kesan
seakan-akan Injil Barnabas ditemukan di atas dada jenazah, Periksa pula L. and
L. Ragg, The Gospel of Barnabas, hlm. XIV.
4 Memang mengherankan, sebagaimana sudah
dikemukakan pada catatan nomor 2), dalam terjemahan Abubakar/Basjmeleh fasal 14
dan 19 Yesus disebut Al-Masih, padahal dalam naskah bahasa Italia dan dlm
terjemahan Ragg bersaudara kita temukan nama Yesus. Periksa pula bagian
terakhir catatan nomor 3).
5 Dalam terjemahan Abubakar/Basjmeleh pada
halaman 257 oleh kedua penterjemah diberi catatan sebagai berikut perihal
ungkapan seratus tahun: "Mungkin kekeliruan di atas terdjadi karena
kealpaan penulis yang mencampuraduk antara L (jang berarti 50) dengan C (jang
berarti 100). Kemungkinan itu bisa terdjadi karena tidak djelasnya suatu
tulisan ta ngan". Perlu kiranya dikemukakan bahwa dalam naskah bahasa
Italia tidak tertulis huruf c, melainkan kata cento (yang artinya: seratus)!
Catatan kaki
“Siapa Pengarang Injil Barnabas....” :
1 Dalam fasal 80 dinyatakan bahwa Daniel berumur
2 tahun ketika dia ditangkap oleh Nebukadnezar. Akan tetapi menurut Perjanjian
Lama, kitab Daniel fasal 2 ayat l, tertulis bahwa Daniel diminta nasihatnya
oleh raja Nebukadnezar "Pada tahun yang kedua pemerintahan
Nebukadnezar..." Setelah itu Daniel berkuasa atas sebuah propinsi. Kalau
begitu, hal itu terjadi ketika Daniel berumur 3 atau 4 tahun?! Mustahil!
Perihal pengetahuan pengarang Barnabas tentang Perjanjian Baru periksalah catatan mengenai Barnabas pada akhir bab 4 buku ini.
Perihal pengetahuan pengarang Barnabas tentang Perjanjian Baru periksalah catatan mengenai Barnabas pada akhir bab 4 buku ini.
2 Lihat T.D. Kendrick, St. James in Spain,
London, 1960, bab V, dan Peter Dressendorfer, Islam unter der Inquisition. Die
Morisco Prozesse in Toledo, 1575-1610, Wiesbaden, l971.
3 Khalil Saadah pun menarik kesimpulan sebagai
berikut "bahwa penulis asli dari Indjil ini adalah seorang Jahudi dari
Spanjol jang telah memeluk agama Islam", periksa Indjil Barnabas, terjemahan
Abubakar/Basjmeleh" hlm. XXIV.
Catatan kaki
“Kesimpulan” :
1 Periksa Jan Slomp. Pseudo Barnabas in the
context of Muslim-Christian Apologetics, dalam Al-Mushir XVl (1474). hlm. 123-126.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar