Renungan Hari Sabtu Biasa VIII B/II
Bac I Yud 17, 20b – 25 ; Injil Mrk 11: 27
– 33
Bacaan Injil hari ini tidak
bisa dipisahkan dari bacaan Injil kemarin, di mana Yesus membersihkan Bait
Allah; mengembalikannya sebagaimana seharusnya. Karena itu juga pertanyaan
imam-imam kepala, ahli taurat dan kaum tua-tua, yang menanyakan asal kuasa
Yesus, tak bisa dipisahkan dari aksi Yesus menghalau dan mengusir para penjual
dan pedagang dari Bait Allah. "Melakukan hal-hal itu" dalam
pertanyaan mereka mengacuh kepada peristiwa pembersihan Bait Allah yang
dilakukan oleh Yesus.
Sebenarnya mereka sudah tahu
dengan kuasa mana Yesus melakukan aksi-Nya. Mereka juga tahu siapa yang memberi
kuasa itu kepada Yesus sehingga dapat melakukan hal-hal itu. Akan tetapi mata
hati mereka tertutup; iman mereka sudah dibutakan oleh kepentingan diri. Kebutaan
inilah membuat mereka tidak tahu kebenaran dan kebaikan yang dibawa oleh Yesus.
Apa yang membutakan mata
hati dan iman imam-imam kepala, ahli taurat dan kaum tua-tua? Semua itu tak
lain adalah uang dan gengsi. Mereka mendapat penghasilan tambahan dari adanya
aksi perdagangan di Bait Allah. Bukan tidak mungkin penghasilan tambahan ini
jauh lebih besar daripada pendapatan resmi mereka sesuai jabatannya. Dengan
aksi pembersihan Bait Allah, otomatis penghasilan tambahan mereka hilang. Dan
lucunya lagi, yang melakukan aksi itu Yesus, seorang awam biasa. Tentulah ini
akan merusak citra mereka. Gengsi, harkat dan martabat mereka direndahkan oleh
perbuatan Yesus.
Yesus tahu akan ketertutupan
mata hati dan iman mereka. Karena itu Dia tidak langsung memberikan jawaban,
karena dirasakan percuma. Yesus hanya memberikan pertanyaan balik, hanya untuk
memastikan ketertutupan mereka itu. Dan ternyata benar!! Mereka tahu soal asal
baptisan Yohanes, tapi karena mata hati dan iman mereka tertutup mereka hanya
menjawab, "Kami tidak tahu!" (ay 33a).
Sabda Tuhan hari ini
menghendaki agar kita mau membuka mata hati dan iman kita sehingga kita bisa
melihat dan menemukan kebaikan dan kebanaran dari sesama kita untuk kepentingan
diri kita dan sesama. Kebenaran dan kebaikan tidak selalu datang dari orang
yang hebat, dengan pangkat dan jabatan tinggi, status sosial tinggi atau orang
yang kaya raya. Kebenaran dan kebaikan bisa juga datang dari manusia kecil hina
dan sederhana. Yesus sudah menunjukkannya.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar