Renungan Hari Rabu Biasa IX B/II
Bac I : 2Tim 1: 1 – 3, 6 - 12 ; Injil : Mrk 12: 18 – 27
Sesat! Dua kali kata itu
digunakan Yesus, di awal pernyataan-Nya dan di akhir pernyataan-Nya. Kesesatan
itu disebabkan adanya semacam pemaksaan kehendak.
Dalam bacaan Injil kesesatan
terjadi pada orang-orang Saduki. Kesesatan itu berkaitan dengan kebangkitan.
Orang Saduki tidak percaya adanya kebangkitan. Ini bisa terjadi karena mereka
memahami kehidupan yang salah. Artinya, mereka berpikir bahwa kehidupan di
dunia ini sama saja dengan kehidupan di surga. Dan mereka memaksakan
pemikirannya itu. Mereka tidak paham akan kehidupan lain setelah kematian;
bahwa kehidupan lain setelah kematian itu berbeda dengan kehidupan sebelum
kematian.
Itulah gambaran yang mau
disampaikan Tuhan hari ini. Ketidakmengertian akan sesuatu tapi tidak diakui
dan malah dianggap seolah-olah sudah mengerti sehingga menghasilkan pemahaman
dan pengajaran yang salah atau sesat. Kata "sesat" dalam Injil bisa
juga diartikan dengan kata "bodoh".
Dalam kehidupan kita pun
sering kali terjadi kita memaksakan kehendak atau pemikiran kita dengan mengatas-namakan
sebuah kebenaran lain. Tak jarang orang berkata bahwa Gereja menghendaki ini
dan itu, padahal dirinyalah yang mau. Orang suka memakai agama atau malah Tuhan
untuk melegalkan aksinya. Gereja dilarang, seminari dihambat, Ahmadiyah
ditekan, dll, semuanya dengan mengatas-namakan agama dan Tuhan. Bahkan orang
membunuh pun mendapatkan pembenarannya dalam nama Tuhan.
Terkadang kita menilai orang
lain salah dengan mengacu pada kebenaran kita sendiri. Kita tidak atau belum
memahami kebenaran orang lain, tapi kita langsung mengukurnya dengan ukuran
kita sendiri. Ironisnya, terkadang ukuran itu adalah benar-benar ukuran kita
sendiri yang mengatas-namakan ukuran benar.
Di sinilah sabda Tuhan hari
ini menjadi relevan bagi kita. Tuhan menghendaki agar kita jangan sampai
berpikir sesat. Langkah awal yang bisa kita tempuh adalah dengan tidak
memaksakan kehendak atau pikiran. Tetapi dengan rendah hati berusaha menggali
dan menemukan kebaikan dalam kebenaran yang ada di luar diri kita.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar