Renungan
Hari Selasa Biasa XXIV, Thn I
Bac
I 1Tim 3: 1 – 13; Injil Luk 7: 11 – 17;
Mother Theresia
dari Kalkuta pernah mengatakan bahwa salah satu penyakit terbesar abad ini bukanlah
HIV/AIDS, kanker atau jantung, melainkan ketidak-peduliaan. Manusia hanya sibuk
dengan dirinya atau kelompoknya sendiri dan tidak mau peduli pada nasib
penderitaan sesamanya. Masing-masing orang sibuk dengan kepentingannya sendiri.
Korupsi yang merajalela mempunyai akar pada ketidak-pedulian. Koruptor adalah
orang yang menari di atas penderitaan orang lain. Banyak kekacauan di dunia ini
juga berakar pada ketidak-pedulian.
Sabda Tuhan hari ini mengajak
kita untuk menyingkirkan semangat egoisme dan membangun semangat peduli pada
orang lain. Tuhan menghendaki kita peduli pada sesama, karena Allah itu adalah
Allah yang peduli. Hal ini tampak dalam Injil hari ini. Ketika melihat ibu yang
kehilangan anaknya laki-laki yang tunggal, dikatakan “tergeraklah hati-Nya oleh
belas kasihan” sehingga kemudian Tuhan Yesus berkata, “Jangan menangis!” (ay.
13). Lalu terjadilah mukjizat. Rasul Paulus juga, dalam bacaan pertama, memberi
tekanan pada kepedulian. Suratnya yang pertama kepada Timotius memang
dialamatkan kepada para pemuka jemaat, namun pesannya bisa juga untuk umat
biasa. Secara sederhana beberapa nasehat Paulus tersebut mengarah pada
pembentukan sikap peduli pada orang lain. Paulus minta agar pemuka umat lebih
berorientasi pada jemaat, ketimbang diri sendiri.
Oleh karena itu, lewat
sabda-Nya hari ini, Tuhan menghendaki supaya kita berani menyingkirkan sikap
hanya mementingkan kepentingan diri sendiri atau kelompok. Tuhan mau agar kita
membangun sikap peduli pada orang lain yang memang membutuhkan bantuan. Janganlan
kita menegarkan hati kita akan penderitaan sesama. Hendaklah kita mau berbagi
dari apa yang kita punya untuk meringankan penderitaan sesama.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar