Selasa, 25 April 2023

UMAT ISLAM, BERIMAN KEKANAK-KANAKAN

 


Jika diperhatikan dengan seksama, ada kesan cara beriman islam itu merupakan cara beriman kekanak-kanakan. Belum ada kedewasaan. Secara psikologis, sifat kekanak-kanakan merupakan buah dari pola asuh yang terlalu memanjakan anak. Artinya, ketika sejak kecil anak sudah diasuh dengan gaya pemanjaan yang berlebihan, maka besarnya nanti akan terlihat seperti kekanak-kanakan.

Beberapa pakar psikologi memaparkan ada banyak dampak negatif dari pola asuh terlalu memanjakan anak. Beberapa di antaranya adalah:

Ø  Suka memberontak

Brenda Scottsdale berkata, “Seringkali anak manja tidak tahu bagaimana cara mengekspresikan diri selain melalui perilaku negatif. Pemberontakan menjadi respon yang alami pada anak-anak manja, yang terlalu dilindungi dan terlalu dimanipulasi.”

Ø  Menjadi pemarah

Dalam Jurnal Pediatrics, Bruce J. McIntosh, M.D mengatakan bahwa anak-anak manja bisa menjadi orang yang mudah marah. Sifat ini sejalan dengan sifat pemberontak di atas. Ketika ada yang tidak sesuai dengan keinginan dan harapannya, anak akan mengekspresikan dirinya dengan kemarahan.

Ø  Tidak peka pada kebutuhan orang lain

Dari Jurnal Pediatrics, Bruce J. McIntosh, M.D mengatakan bahwa anak-anak manja bisa menjadi orang yang tidak peka pada kebutuhan orang lain. Hal ini terjadi karena anak merasa dirinya yang menjadi pusat hidup. Orang lain ada untuk dirinya.

Ø  Tidak santun

Sifat tidak santun ini lahir karena perilaku terlalu memanjakan membuat anak menganggap dirinya adalah “raja”. Hal ini menyebabkan anak merasa bisa berbuat apa saja sesuka hatinya, termasuk tindakan yang di luar batas kepantasan.

Ø  Mementingkandiri sendiri

Akar dari sifat ini adalah adanya anggapan dalam diri anak bahwa dirinya adalah “raja” atau pusat hidup. Anak akan selalu merasa ingin diperhatikan, disayangi, dan keinginannya harus dipenuhi tanpa memandang kepentingan orang lain.

Demikianlah lima sifat buruk dari anak yang terlalu dimanja oleh orangtuanya. Salah satu ciri orangtua yang terlalu memanjakan anaknya adalah over protective, yang dapat dilihat dari tindakan-tindakanseperti:

·        Selalu memberi perintah dalam setiap aspek hidup anak

·        Selalu melindungi anak dari setiap kegagalan

·        Tidak mengajarkan tanggungjawab

·        Terlalu berlebihan dalam menenangkan anak

·        Selalu mengatur pertemanan anak

·        Terus menerus mengingatkan akan bahaya

·        Selalu mengatur pilihan anak

·        Terlalu sering mengecak keberadaan anak

Jadi, sifat kekanak-kanakan pada manusia, sekalipun dari segi umur sudah dewasa, mempunyai kaitan erat dengan pola asuh orangtua, baik yang memanjakan maupun yang over protektif.

Sangat menarik bahwa jika poin-poin di atas diterapkan pada umat islam, maka ditemukan pembenaran akan sifat kekanak-kanakan dalam beriman islam. Dalam keseharian jamak dijumpai perilaku negatif umat islam sebagai buah dari Tindakan terlalu memanjakan. Sebagaimana anak yang terlalu dimanjakan selalu mementingkan diri sendiri, demikian pula umat islam. Ada banyak kebijakan di negara ini selalu menjawab kebutuhan islam. Selalu saja islam menjadi tolok ukurnya. Ketika kebutuhan ini tak terjawab, maka umat islam akan marah. Mereka akan berdemo. Mereka menjadi anarki, bahkan jadi teroris. Ini seperti anak manja yang marah dan berontak saat keinginannya tak dipenuhi.

Sebagaimana anak yang terlalu dimanjakan, di saat marah dan memberontak, tidak memperhatikan sopan santun, demikian pula umat islam. Lihat saja ustad-ustad yang sedang marah, seperti Cak Nun, Sugik Nur, Bahar Smith, Habib Rizieq, dan masih banyak lagi, yang selalu melontarkan caci maki dan sumpah serapah. Lihat saja saat umat islam berdemo. Yang terakhir ini adalah ketika umat islam mengarak dan melecehkan 2 wanita LC karoke. Ini terjadi di bulan Ramadhan.

Sebagaimana anak yang terlalu dimanjakan tidak peka pada kebutuhan orang lain, demikian pula umat islam. Lihat saja soal TOA adzan atau teriakan sahur di bulan Ramadhan. Umat islam tak mau peduli apakah orang lain tergangu atau tidak, yang penting keinginannya terpenuhi. Dan lihat saja, saat ada orang yang mengusik keinginannya, misalnya dengan meminta mengecilkan volume TOA, umat islam langsung marah dan memberontak. Ketika bulan puasa, orang lain dituntut untuk menghormati umat islam. Warung-warung, tempat hiburan, panti pijat, dll harus tutup. Umat islam tak peduli kalau ternyata orang lain masih butuh makan, hiburan dan pijat.

Dari contoh-contoh di atas terlihat jelas ada kemiripan antara umat islam dengan sifat kekanak-kanakan dari anak manja. Karena itulah, patutlah disimpulkan bahwa cara beriman umat islam adalah cara beriman kekanak-kanakan. Belum mencapai kematangan. Menjadi pertanyaan, darimana akarnya?

Jika karakter anak manja berakar pada sikap over protective orangtua, demikian pula umat islam. Hanya pada umat islam ini yang over protektif adalah Allah swt, yang kemudian ditindak-lanjuti oleh pada ulama. Sikap over protektif Allah swt ini dapat dijumpai dalam Al-Qur’an. Misalnya, Allah mengatur pertemanan umat islam. Sebagaimana yang sudah diketahui, umat islam tidak boleh berteman dengan orang kafir. Yang dimaksud orang kafir adalah orang non muslim. Allah swt selalu mengingatkan akan bahaya kepada umat islam. Bahaya berteman dengan orang kafir, misalnya. Orang kafir akan membawa umat islam kepada kekafiran, demikian nasehat Allah swt. Dan perintah Allah ini kemudian diterjemahkan oleh para ulama dengan larangan mengucapkan selamat hari raya keagamaan agama lain.

Anak manja selalu mendapatkan kemudahan. Sepertinya mereka tidak siap akan tantangan. Hal ini terlihat juga pada diri umat islam. Fenomena label halal hendak menunjukkan hal tersebut. Sekalipun sebenarnya umat sudah tahu atau bisa membaca, tetap saja setiap produk harus diberi label halal. Ini untuk melindungi umat islam akan bahaya sehingga umat islam tidak jatuh ke dalam dosa. Saat bulan puasa, umat islam harus dibanguni dengan teriakan “sahur”. Tak peduli teriakan itu menggangu ketenangan istirahat orang lain atau tidak. Sekali lagi ini untuk melindungi umat islam akan bahaya sehingga umat islam tidak jatuh ke dalam dosa. Hal yang sama dengan adzan maghrib. Sekalipun umat islam punya jam dan tahu jam berapa waktu shalat, tetap saja umat islam harus diperingati. Ini juga untuk melindungi umat islam akan bahaya sehingga umat islam tidak jatuh ke dalam dosa.

Tanjung Balai Karimun, 14 April 2023

by: adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar