Jumat, 11 Juni 2021

TELAAH ATAS SURAH AL-ANKABUT AYAT 47


 

Dan demikianlah Kami turunkan Kitab (Al-Quran) kepadamu. Adapun orang-orang yang telah Kami berikan Kitab (Taurat dan Injil) mereka beriman kepadanya (Al-Quran), dan di antara mereka (orang-orang kafir Mekkah) ada yang beriman kepadanya. Dan hanya orang-orang kafir yang mengingkari ayat-ayat Kami. (QS 29: 47)

Dewasa kini, jika dikatakan Al-Qur’an orang langsung memahaminya sebagai kitab suci umat islam yang bertuliskan bahasa Arab, yang terdiri dari 114 surah. Al-Qur’an merupakan pusat spiritualitas umat islam. Ia dipercaya sebagai wahyu Allah yang disampaikan langsung kepada nabi Muhammad SAW (570 – 632 M). Kepercayaan ini didasarkan pada perkataan Allah sendiri yang banyak tersebar dalam Al-Qur’an. Karena Allah itu mahabenar, maka perkataan-Nya, yang tertulis di dalam Al-Qur’an adalah juga benar. Hal inilah yang kemudian membuat Al-Qur’an dikenal sebagai kitab kebenaran. Jika ditanya kepada umat islam kenapa begitu, pastilah mereka menjawab karena itulah yang dikatakan Al-Qur’an.

Berangkat dari premis ini, maka kutipan ayat Al-Qur’an di atas haruslah dikatakan berasal dari Allah dan merupakan satu kebenaran. Apa yang tertulis pada kutipan di atas (kecuali yang ada di dalam tanda kurung), semuanya diyakini merupakan kata-kata Allah, yang kemudian ditulis oleh manusia. Seperti itulah kata-kata Allah (sekali lagi minus yang di dalam tanda kurung). Karena surah ini masuk dalam kelompok surah Makkiyyah, maka bisa dipastikan bahwa Allah menyampaikan wahyu ini saat Muhammad ada di Mekkah.

Pada kutipan di atas ada 2 kali kata “kitab” disebut. Pada sebutan “kitab” yang pertama langsung diberi keterangan dalam tanda kurung dengan kata “Al-Qur’an”. Ini berarti kitab yang dimaksud adalah Al-Qur’an. Sedangkan pada sebutan yang kedua dipahami dengan Taurat dan Injil, terlihat frase dalam tanda kurung. Kedua kitab tersebut berasal dari sumber yang sama, yaitu Allah yang berbicara kepada Muhammad. Dalam kutipan itu digunakan kata “turunkan” dan “berikan”, yang memiliki makna yang sama, dan sumbernya menggunakan kata ganti orang ketiga jamak “Kami”.

Sebagaimana yang diketahui, setiap kata atau frase yang berada di dalam tanda kurung merupakan tambahan kemudian yang asli berasal dari manusia, bukan dari Allah. Dengan perkataan lain, Allah tidak pernah mengucapkan kata atau frase dalam tanda kurung. Hal inilah yang kemudian membuat adanya perbedaan antara satu Al-Qur’an dengan Al-Qur’an lainnya. Misalnya, untuk kata “kitab” yang kedua ada Al-Qur’an memahaminya dengan Taurat saja, Al-Qur’an lain memahaminya dengan Taurat dan Injil. Silahkan bandingkan Al-Qur’an pada http://www.indoquran.web.id/ dan https://quran.kemenag.go.id/.

Sangat menarik jika kutipan wahyu Allah di atas ditelaah dengan menggunakan akal sehat. Ada beberapa poin penting untuk direnungkan lebih lanjut.

1.    Soal sebutan “kitab” yang bermakna berbeda-beda. Yang pertama bermakna Al-Qur’an, dan kedua bermakna Taurat dan Injil. Harus dipahami bahwa pemaknaan “kitab” sebagai Al-Qur’an, Taurat dan Injil bukan berasal dari Allah. Itu merupakan penambahan dikemudian hari, yang berasal dari manusia sehingga wahyu Allah itu dapat dipahami. Menjadi pertanyaan, apakah Al-Qur’an yang dimaksud waktu itu adalah Al-Qur’an yang dipahami sekarang ini? Jika membandingkan dengan sebutan “kitab” yang kedua, kita bisa mengatakan bahwa Al-Qur’an yang dimaksud adalah Al-Qur’an yang dipahami seperti saat ini. Artinya, saat itu sudah ada kitab yang bernama Al-Qur’an, yang terdiri dari surah-surah. Alasannya, waktu wahyu ini turun, sudah ada kitab yang bernama Taurat dan Injil.

Menjadi persoalan ketika kutipan ayat di atas dipertentangan dengan wahyu Allah lainnya dalam QS al-Furqan: 32. Wahyu Allah ini juga turun di Mekkah. Di sini Allah mengutip pernyataan orang kafir yang berkata, “Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?” Dari surah al-Furqan ini dapat kita simpulkan bahwa waktu itu belum ada kitab yang bernama Al-Qur’an. Muhammad hanya menyampaikan wahyu Allah sepotong-sepotong.

2.    Pemaknaan kitab yang kedua adalah Taurat dan Injil. Apa yang dimaksud dengan kedua kitab ini? Penelusuran atas Al-Qur’an yang ada sekarang ini tidak akan ditemukan jawabannya. Allah tidak memberikan penjelasan apa arti Taurat dan Injil. Apakah maknanya sama seperti yang dipahami oleh orang Yahudi dan Kristen? Sekali lagi tidak ada kejelasan.

Hal ini bukan tanpa masalah. Ada banyak wahyu Allah yang menyatakan bahwa Al-Qur’an merupakan keterangan yang jelas. Ketika kita membandingkan dengan kutipan wahyu Allah di atas maka akan ditemukan adanya pertentangan. Di satu sisi Allah mengatakan bahwa wahyu-Nya jelas, di sisi lain terlihat kalau wahyu-Nya tidak jelas.

3.    Ada juga yang menarik ketika dikatakan bahwa ada orang yang diberikan Allah kitab Taurat dan Injil. Tentulah dapat dipastikan bahwa orang-orang tersebut adalah orang Yahudi dan Kristen, karena kitab Taurat itu diidentikkan dengan orang Yahudi sedangkan Injil dengan orang Kristen. Yang menjadi menarik adalah pernyataan Allah berikutnya, yaitu bahwa orang Yahudi dan Kristen beriman kepada Al-Qur’an.

Menjadi pertanyaan, benarkah orang Yahudi dan Kristen yang dimaksud dalam wahyu Allah di atas beriman kepada Al-Qur’an? Dari penelusuran Al-Qur’an yang ada sekarang ini ada banyak wahyu Allah yang mengutip pernyataan orang yang menolak atau bersikap negatif terhadap Al-Qur’an. Orang di sini bisa saja orang Yahudi dan Kristen. Mereka mengatakan bahwa Al-Qur’an hanyalah kebohongan yang dibuat oleh Muhammad dan para pengikutnya (QS al-Furqan: 4). Karena itu, agak sulit dipercaya pernyataan Allah bahwa orang Yahudi dan Kristen beriman juga kepada Al-Qu’ran.

4.    Ada 2 sebutan kata ganti orang jamak selain “Kami”, yaitu kata “mereka”. Pada kutipan di atas, kata “mereka” yang pertama tidak diberi keterangan, sedangkan yang kedua diberi keterangan dalam tanda kurung, yaitu “orang-orang kafir Mekkah”. Sekalipun tidak diberi keterangan, kata “mereka” yang pertama dapat dipahami sebagai orang-orang yang telah diberikan Kitab oleh Allah. Karena kitab yang dimaksud adalah Taurat dan Injil, maka orang yang dimaksud adalah orang Yahudi dan Kristen.

Sedikit tidak masuk akal sehat adalah ketika memahami kata “mereka” kedua dengan “orang-orang kafir Mekkah”. Pemaknaan kata “mereka” yang pertama masih masuk akal, karena terkait dengan kalimat sebelumnya, namun yang kedua ini sungguh sulit dipahami. Apakah pemaknaannya dikaitkan dengan kalimat sesudahnya, yaitu bahwa ada orang kafir Mekkah yang beriman kepada Al-Qu’ran. Orang kafir Mekkah di sini biasanya dipahami sebagai orang Arab. Jika mengikuti hukum tata bahasa biasa, kata “mereka” yang kedua masih terkait dengan yang pertama, yaitu orang yang telah diberikan Kitab oleh Allah.

Sekali lagi ditemukan di sini ketidak-jelasan wahyu Allah, meski di dalam Al-Qur’an banyak wahyu Allah yang menyatakan bahwa Al-Qur’an itu adalah keterangan yang jelas. Jadi, di sini ada pertentangan: di satu pihak Allah mengatakan bahwa wahyu-Nya jelas, di pihak lain terlihat kalau wahyu-Nya tidak jelas.

5.    Hal menarik yang terakhir adalah kalimat terakhir: “hanya orang-orang kafir yang mengingkari ayat-ayat Kami”. Siapa yang dimaksud dengan orang kafir dalam kalimat ini? Apakah itu sama dengan “orang-orang kafir Mekkah” yang ada pada kalimat sebelumnya? Ataukah orang-orang yang zalim, sebagaimana dimaksud Allah dalam ayat 49? Jika memang orang kafir Mekkah, kenapa tidak langsung disebutkan sehingga tidak menimbulkan kebingungan di kemudian hari? Jika memang itu merujuk pada ayat 49, hal ini bertentangan dengan hukum tata bahasa, kecuali bila tata bahasa Arab memang begitu hukumnya.

Lagi-lagi wahyu Allah ini tidak jelas, padahal dalam Al-Qur’an Allah telah mengatakan bahwa Al-Qur’an itu adalah kitab yang jelas.

DEMIKIANLAH 5 poin penting hasil penelaahan dengan akal sehat atas wahyu Allah dalam QS 29: 47 sebagaimana dikutip di atas. Dari 5 poin tersebut dapatlah disimpulkan bahwa kutipan ayat di atas bukanlah wahyu Allah. Bagaimana mungkin Allah yang mahatahu dan maha sempurna menghasilkan wahyu yang tidak jelas? Jika kutipan ayat di atas bukan wahyu Allah, lantas dari mana kutipan ayat tersebut? Ada banyak ayat dalam Al-Qur’an yang mengutip pernyataan orang-orang kafir (ini khas dalam Al-Qur’an) yang menyatakan bahwa Al-Qur’an merupakan hasil rekayasa Muhammad. Artinya, orang-orang dulu sudah berpikir bahwa apa yang disampaikan atau diwartakan Muhammad adalah karangannya sendiri dengan mengatas-namakan wahyu Allah.

Dabo Singkep, 10 Maret 2021

by: adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar