Umat islam yakin bahwa Al-Qur’an merupakan firman Allah yang disampaikan
langsung kepada nabi Muhammad SAW (570 – 632 M). Keyakinan ini didasarkan pada
firman Allah sendiri dalam surah as-Sajdah: 2 dan az-Zumar: 1
– 2, 41. Al-Qur’an diturunkan agar menjadi petunjuk bagi umat islam. Setiap
umat islam wajib mengikuti apa yang dikatakan dalam Al-Qur’an. Untuk kemudahan
ini maka sengaja Allah mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan (QS al-Qamar: 17).
Dengan kata lain, Al-Qur’an adalah kitab yang sudah
jelas dan mudah dipahami.
Tak
bisa dipungkiri, umat islam dimana dan kapan pun akan selalu hidup bertetangga
dengan umat agama lain, yang disebut dengan orang kafir. Relasi dengan orang
kafir sangat dilarang. Malah Allah menghendaki supaya orang kafir itu
dimusnahkan. Karena itu, ada perintah Allah kepada umat islam untuk membunuh
orang kafir dimana saja dijumpai.
Akan
tetapi, hingga kini orang kafir masih ada. Bahkan di negara dengan mayoritas
penduduk muslim pun orang kafir merajalela. Malah banyak umat islam menjalin
relasi pertemanan dengan orang kafir. Hal ini mengisyaratkan bahwa umat islam
tidak melaksanakan perintah Allahnya. Atau Al-Qur’an sudah tidak relevan lagi
untuk umat islam masa kini, seperti yang pernah dikatakan oleh Tuah Aulia Fuadli, seorang mahasiswa semester V Jurusan
Ahwal Al Syakhshiyah Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
Salah
satu kelompok orang kafir adalah orang Yahudi. Sudah menjadi rahasia umum kalau
relasi islam dengan Yahudi sama seperti relasinya dengan Kristen, yaitu tidak
harmonis. Umat islam selalu punya kebencian dan kecurigaan terhadap orang
Yahudi, dari dulu hingga sekarang. Karena itu, perang Israel – Pelestina, yang
di mata orang islam selalu dilihat sebagai perang Yahudi – Islam, tidak akan
pernah mencapai titik damai. Relasi keduanya akan selalu diwarnai pertikaian,
permusuhan dan perang.
Jika
terjadi pertikaian di Palestina (Israel) pasti umat islam di belahan dunia lain
(termasuk Indonesia) akan melakukan aksi demo. Kenapa umat islam sekarang
selalu menaruh curiga dan dendam kepada orang Yahudi?
Seperti
yang telah disampaikan di atas, bagi umat islam Al-Qur’an adalah pedoman atau
petunjuk yang langsung berasal dari Allah SWT. Apa yang dikatakan dalam
Al-Qur’an merupakan suatu kebenaran yang harus diikuti. Terkait relasi dengan
orang Yahudi, sangat menarik kalau kita membaca dan merenungkan wahyu Allah
yang terdapat dalam surah al-Maidah. Allah SWT berfirman: “Kami timbulkan
permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari Kiamat. Setiap mereka
menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya.” (QS al-Maidah: 64). Yang
dimaksud “mereka” di sini adalah orang Yahudi. Jika dikaitkan dengan ayat 67,
maka ayat di atas akan senantiasa diwartakan terus menerus.
Wahyu
Allah dalam ayat 64 ini, apalagi ada penekanan frase “hari kiamat”, akan
berlaku sepanjang masa. Umat islam memahami bahwa setiap ada kekacauan di
Palestina, pastilah sumbernya Israel. Api permusuhan dan masalah selalu berasal
dari Israel, sedangkan umat islam menjadi korban; atau dalam arti tertentu umat
islam membantu Allah memadamkannya. Dengan kata lain, wahyu Allah ini dibaca
oleh umat islam sebagai tanda bahwa tidak ada kedamaian pada orang Yahudi
(bangsa Israel). Hal ini akan terus diwartakan dari generasi ke generasi sesuai
dengan perintah Allah dalam ayat 67.
Sangat
disayangkan bahwa umat islam lupa kalau permusuhan dan kebencian yang ada dalam
diri orang Yahudi (bangsa Israel) berasal dari Allah SWT sendiri. Artinya,
Allah SWT yang membuat orang Israel melakukan kekacauan, pertikaian bahkan
perang. Menjadi pertanyaan, kenapa Allah SWT tidak menumbuhkan semangat persaudaraan
dan perdamaian dalam diri orang Yahudi? Kenapa Allah malah menimbulkan
permusuhan dan kebencian?
Dari
uraian di atas, kita dapat memetik beberapa kesimpulan terkait wahyu Allah
dalam QS al-Maidah: 64.
1. Orang Yahudi buruk sepanjang
masa. Hingga saat ini umat islam selalu menaruh
curiga kepada orang Yahudi. Sekalipun wahyu Allah disampaikan pada abad VII,
namun kecurigaan itu tetap berlaku hingga kini dan seterusnya. Dengan wahyu
ini, umat islam selalu akan menilai buruk terhadap orang Yahudi. Tidak ada
orang Yahudi yang baik. Kebaikan mereka akan selalu dicurigai punya itikad
buruk.
2. Allah SWT biang utamanya.
Jika wahyu Allah tersebut dibaca utuh, maka orang akan menyadari bahwa
Allah-lah yang menimbulkan permusuhan dan kebencian dalam diri orang Yahudi.
Namun sayangnya, umat islam tidak melihat hal ini. Mereka lebih fokus kepada
orang Yahudinya. Bagi umat islam, orang Yahudi-lah yang menyebabkan kekacauan
sehingga menjadi masalah. Karena itu, jika ada kekacauan atau masalah dalam
islam, pastilah orang Yahudi di baliknya, sekalipun bisa saja umat islam
sendiri penyebabnya.
3. Allah SWT doyan kekacauan.
Membaca surah al-maidah ini, kita dapat menyimpulkan bahwa Allah orang islam
tidak menyukai kedamaian, tetapi permusuhan dan kebencian. Jika memang benar
Allah SWT cinta damai, tentulah Dia tidak akan menimbulkan permusuhan dan
kebencian dalam diri orang Yahudi; sebaliknya Allah akan menumbuhkan benih
pengampunan dan kedamaian. Jadi, jika Allah-nya saja suka permusuhan dan
kebencian, apalagi umatnya.
4. Allah SWT seperti pahlawan
kesiangan. Dalam surah tersebut dikatakan bahwa Allah
selalu memadamkan api peperangan setiap kali orang Yahudi menyalakannya. Hal
ini tentu membuat orang selalu mengatakan bahwa orang Yahudi merepotkan Allah
umat islam. Bisa juga dikatakan bahwa orang Yahudi penyebab kekacauan dan
peperangan. Padahal, bila dibaca kalimat awalnya, sangat jelas dikatakan bahwa
Allah-lah yang menyebabkan semuanya itu. Ada kesan Allah SWT sok tampil sebagai
pahlawan atas kekacauan yang Dia sendiri buat.
DEMIKIANLAH
empat kesimpulan sebagai pelajaran yang dapat diambil dari surah al-Maidah ayat
64. Sebagaimana telah dikatakan, Al-Qur’an merupakan wahyu Allah secara
langsung. Karena Allah yang mewahyukannya adalah mahabenar, maka benar juga
setiap kata yang tertulis dalam Al-Qur’an. Dan umat islam percaya saja, karena
sudah dikatakan demikian. Sekalipun telaah atas wahyu tersebut, terdapat nilai
negatif, namun tidak lantas menghilangkan kebenaran. Sepertinya umat islam
lebih memegang “kebenaran” daripada kesan negatif yang ditimbulkannya.
Dabo Singkep, 12 Agustus 2020
by: adrian
Luar biasa...tulisan tulisan ka e..
BalasHapusTerima kasih atas tanggapannya.
Hapus