Jumat, 07 Februari 2020

PAUS FRANSISKUS: KERAMAHAN ADALAH MILIK TRADISI KOMUNITAS DAN KELUARGA KRISTEN


Umat kristen harus ramah dalam hidupnya, demikian kata Paus Fransiskus dalam homili doa ekumenis menutup Pekan Doa untuk Persatuan Umat Kristen yang diikuti para pemimpin kristen dari semua denominasi di Roma, 18 – 25 Januari 2020. Keterbukaan dan kepedulian terhadap sesama, khususnya para migran menjadi poin utama pekan itu. Tema Pekan Doa 2020 yang dipilih oleh sekelompok perwakilan dari gereja-gereja kristen di Malta diambil dari Kisah Para Rasul: “Mereka sangat ramah terhadap kami.”
Kebaktian penutup di Basilika Santo Petrus di luar tembok, yang secara tradisional berlangsung pada pesta pertobatan St. Paulus, 25 Januari, dimeriahkan oleh Paduan Suara Kapel Sistina Vatikan dan Paduan Suara Biarawan Benediktin.
Menurut Paus Fransiskus, seperti yang ditulis St. Lukas dalam bagian terakhir Kisah Para Rasul, Paulus tinggal di Pulau Malta. “Penduduk aslinya menunjukkan keramahan yang luar biasa” dan mengingatkan tindakan-tindakan serta sikap penyambutan terhadap para pengembara yang karam, yang kemudian dibayar oleh Paulus. “Dari Pekan Doa ini kami ingin belajar menjadi lebih ramah, pertama-tama di antara kami umat kristen dan di antara saudara-saudari kami dari berbagai kepercayaan,” papar Paus Fransiskus.
Saat merenungkan pembacaan Kisah Para Rasul 28 itu, Paus Fransiskus mengingat tiga kelompok berbeda di atas kapal yang membawa St. Paulus ke Roma sebagai tahanan, yakni kelompok tentara, pelaut dan sekelompok tahanan yang paling lemah dan rentan. Ketika kapal kandas di lepas pantai Malta, jelas Paus Fransiskus, para prajurit berencana membunuh para tahanan untuk memastikan tidak ada yang melarikan diri, tetapi mereka dihentikan oleh seorang perwira yang ingin menyelamatkan Paulus.
“Meskipun termasuk yang paling rentan, Paulus memberikan sesuatu yang penting bagi teman-teman seperjalanannya,” ungkap Paus Fransiskus. “Sementara semua orang kehilangan harapan untuk selamat, Rasul itu membawa pesan harapan yang tak terduga.” Rasul Paulus percaya kepada malaikat yang mengatakan kepadanya untuk tidak takut, papar Paus Fransiskus, dan kepercayaannya terbukti kuat ketika semua penumpang selamat dan di Malta mereka mengalami keramahan, kebaikan dan kemanusiaan dari penduduk pulau itu.
Cerita dari Kisah Para Rasul ini, lanjut Paus Fransiskus, “juga berbicara tentang perjalanan ekumenis kita menuju persatuan yang diinginkan Allah.” Cerita itu pertama-tama menceritakan bahwa “yang lemah dan rentan, yang hanya punya sedikit untuk diberikan secara material tetapi menemukan kekayaan mereka di dalam Tuhan, dapat menyampaikan pesan-pesan berharga untuk kebaikan semua orang.”
Paus Fransiskus mengajak yang hadir untuk memikirkan komunitas kristen terkecil dan paling tidak penting dengan mengatakan, “kalau mereka mengalami Roh Kudus, kalau mereka digerakkan oleh kasih kepada Allah dan sesama, mereka memiliki pesan untuk disampaikan kepada seluruh keluarga kristen.”
Karena itu, Paus Fransiskus meminta mereka berpikir tentang umat terpinggirkan dan dianiaya. “Seperti dalam kisah karam kapal Rasul Paulus, seringkali yang paling lemah yang membawa pesan keselamatan yang paling penting,” kata Paus Fransiskus seraya mengatakan Tuhan menyelamatkan kita “bukan dengan kekuatan dunia ini, tetapi dengan kelemahan salib.” Sambil memperingatkan godaan agar tertarik oleh logika duniawi, Paus Fransiskus mendesak semua umat kristen untuk mendengarkan yang kecil dan lemah, “karena Allah suka mengirim pesan-pesan-Nya melalui mereka yang paling mirip dengan Putera-Nya yang jadi manusia.”
Paus Fransiskus juga menjelaskan bahwa kisah dalam Kisah Para Rasul juga mengingatkan kita bahwa prioritas Allah adalah keselamatan semua orang. Keinginan Allah agar semua orang diselamatkan, jelas Paus Fransiskus, “adalah ajakan untuk tidak mengabdikan diri secara eksklusif kepada komunitas-komunitas kita sendiri.”
Kalau kita mengatasi perpecahan, setiap pribadi bisa berkontribusi untuk keselamatan semua. “Di antara orang-orang kristen juga, setiap komunitas memiliki karunia untuk diberikan kepada yang lain. Semakin kita melihat di atas kepentingan partisan dan mengatasi warisan masa lalu dalam keinginan untuk bergerak maju menuju tempat pendaratan bersama, semakin mudah kita mengenali, menyambut dan berbagi karunia-karunia ini,” ujar Paus Fransiskus.
Kepada banyak wakil denominasi kristen yang berkumpul bersama dia untuk menutup Pekan Doa untuk Persatuan Umat Kristen, Paus Fransiskus berkata, “Bersama, tanpa pernah lelah, mari kita terus berdoa dan memohon kepada Tuhan karunia persatuan penuh di antara kita sendiri.”

sumber: Pena Katolik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar