Senin, 13 Mei 2019

KATEKESE DOA BAPA KAMI


Doa Bapa Kami merupakan doa yang diberikan Tuhan Yesus kepada para murid-Nya. Karena itu doa ini dikenal sebagai Doa Tuhan. Ada dua versi doa ini, yaitu versi Lukas dengan 5 permohonan, dan versi Matius dengan 7 permohonan. Gereja katolik memilih versi Matius dengan sedikit perubahan. Doanya adalah sebagai berikut:
Bapa kami yang ada di surga,
dimuliakanlah nama-Mu
datanglah kerajaan-Mu,
jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga.
Berilah kami rezeki pada hari ini,
dan ampunilah kesalahan kami,
seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami,
dan janganlah masukkan kami ke dalam percobaan,
tetapi bebaskankanlah kami dari yang jahat.
Selain sebagai Doa Tuhan, doa ini juga merupakan Doa Gereja. Ia merupakan bagian pokok dari ibadat pagi dan sore, dan dari sakramen-sakramen inisiasi. Sebagai bagian dari perayaan ekaristi, doa ini menyatakan sifat eskatologis dari permohonan-Nya, dalam harapan kepada Tuhan sampai kedatangan-Nya (bdk. KGK 2776).
Akan tetapi, sering kali umat hanya mendoakan doa ini sebagai suatu hafalan saja, tidak ada penghayatan, sehingga doa ini kehilangan makna dan pesannya. Hal ini bisa terjadi karena umat sejak awal hanya diminta untuk menghafalnya saja. Tidak ada usaha untuk memahami pesan dan maknanya sehingga dapat berdampak pada penghayatan. Padahal, doa Bapa Kami ini tidak hanya sebatas rumusan kata-kata saja, tetapi mengandung tuntutan dalam kehidupan.

Untuk membantu memahami doa Bapa Kami, berikut ini sedikit penjelasan tentang doa tersebut. Dengan memahaminya, maka kita tertantang untuk juga menghayatinya dalam kehidupan.
“Bapa”. Kita menyapa Allah sebagai Bapa. Ini perkataan Yesus. Tak ada kaitannya dengan masalah gender. Karena itu, kita harus dengan rendah hati menerima dan “masuk ke dalam misteri-Nya sebagaimana adanya dan seperti Putera menyatakannya kepada kita.” (KGK 2779). Dalam Perjanjian Lama, Allah tidak pernah memperkenalkan diri-Nya. Kepada Musa Dia hanya menyebut diri-Nya “Aku adalah Aku”, dan kepada yang lain “Allah Abraham, Ishak dan Yakub”. Hanya dalam Yesus saja, Allah diperkenalkan sebagai Bapa. Santo Siprianus pernah berkata, “Kalau kita menamakan Allah itu Bapa, kita juga harus bersikap sebagai anak-anak Allah.” Bagaimana kita harus bersikap sebagai anak-anak Allah? Injil Matius menyebut jika kita membawa damai (Mat 5: 9), serta mengasihi musuh kita dan berdoa bagi mereka yang menganiaya kita (Mat 5: 44 – 45).
“Kami”. Kata ganti ini bukan menyatakan suatu pemilikan, melainkan satu hubungan yang baru sama sekali dengan Allah (KGK 2786). Relasi kita dengan Allah tidak terasa jauh, tetapi dekat dan mesra. Kata “kami” menandakan sesuatu yang dimiliki bersama oleh sejumlah orang. Ada hanya satu Allah, dan diakui sebagai Bapa oleh mereka yang, karena iman kepada Putera Tunggal-Nya, dilahirkan kembali dari air dan dari Roh Kudus (KGK 2790). Karena itu, doa Bapa Kami menjadi Doa Gereja. Dengan berdoa Bapa Kami, kita menyingkirkan sikap individualisme dan egoisme. Ketika kita berdoa Bapa Kami, “kita berdoa bersama semua orang dan untuk semua manusia” (KGK 2793).
“Yang ada di Surga”. Kata “surga” tidak berarti tempat, tetapi keagungan Allah dan kehadiran-Nya di dalam hati orang-orang yang benar. Perjalanan hidup manusia akan berakhir di sana, dimana kita akan bertatap langsung dengan Allah.
Setelah kita menempatkan diri di hadirat Allah, kini kita masuk kepada 7 permohonan. Tiga yang pertama lebih berhubungan dengan Allah dan menarik kita menuju kemuliaan Bapa; empat yang berikutnya bagaikan jalan menuju Allah dan menyerahkan kesusahan kita kepada rahmat-Nya (KGK 2803). Tiga permohonan pertama membuat kita dikuatkan dalam iman, dipenuhi oleh harapan dan dinyalakan oleh cinta (KGK 2806). Permohonan IV dan V berkaitan dengan kehidupan kita: dikuatkan oleh makanan dan disembuhkan dari dosa. Dua permohonan terakhir menyangkut perjuangan doa: perjuangan kita demi kemenangan kehidupan (KGK 2805).
“Dimuliakanlah Nama-Mu”. Allah adalah sumber kemuliaan dan kekudusan. Bahkan Allah telah memahkotai manusia “dengan kemuliaan dan hormat” (Mzm 8: 6), tapi karena dosa, manusia “telah kehilangan kemuliaan Allah” (Rom 3: 23). Santo Tertulianus berkata, “Kalau kita mengatakan ‘dimuliakanlah nama-Mu’, kita berdoa agar Ia dimuliakan di dalam kita yang sudah menjadi milik-Nya, demikian pula di dalam orang lain yang masih menantikan rahmat Allah.” Karena itu, karena nama-Nya kudus-mulia, maka kita yang mengucapkannya juga hendaklah terlebih dahulu layak di hadapan kemuliaannya.
“Datanglah kerajaan-Mu”. Di sini kita mohon semoga kerajaan Allah itu datang. Kerajaan Allah adalah kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Rom 14: 17). Jadi, dengan berdoa Bapa Kami, kita ingin agar dalam kehidupan tidak ada fitnah, kebohongan, perseteruan, dendam dan kebencian sehingga kita dapat hidup sejahtera dan sukacita.
“Jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga”. Kehendak Bapa adalah “supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran” (1Tim 2: 4). Keselamatan dan pengetahuan itu dirasakan orang tidak hanya di surga setelah kematian, melainkan sudah dinikmati ketika masih di dunia. Dalam doa Bapa Kami, kita mengutamakan kehendak Allah daripada kehendak pribadi. Hal ini menjadi prinsip hidup kita.
“Berilah kami rezeki pada hari ini”. Di sini terkandung keyakinan iman bahwa Allah adalah sumber kehidupan kita, dan bahwa Dia sungguh baik. Karena itulah kita memohon ‘berilah kami rezeki’. “Berilah kami” adalah ungkapan perjanjian: kita adalah milik Allah dan Ia adalah milik kita, dan Ia memperhatikan kita. Melalui kata ‘kami’ kita mengakui Dia sebagai Bapa semua manusia (KGK 2829). “Pada hari ini” mengandung makna kecukupan, tidak lebih tidak kurang. Di dalamnya ada sikap bersyukur (bdk. KGK 2834,7).
“Ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami”. Pengampunan adalah suatu puncak doa Kristen (KGK 2844). “Ampunilah kesalahan kami” berarti kita mengakui sebagai orang berdosa dan memohon belas kasih Bapa. Namun belas kasih Bapa “tidak dapat meresap di hati kita sebelum kita mengampuni yang bersalah kepada kita” (KGK 2840). Inilah yang terkandung dalam frase “seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami”.
“Dan janganlah masukkan kami ke dalam percobaan”. Permohonan ini terkait dengan permohonan sebelumnya, karena dosa adalah hasil dari persetujuan kita kepada percobaan. Di sini kita memohon agar Bapa tidak membiarkan kita berjalan di jalan yang menuju dosa. Sekaligus kita mohon Roh Kudus untuk memberi kekuatan untuk tidak jatuh ke dalam dosa.
“Tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat”. Permohonan terakhir ini disokong oleh doa Yesus: “Aku tidak meminta supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari yang jahat” (Yoh 17: 15). “Yang jahat” di sini bukan hanya satu pikiran, melainkan merujuk satu pribadi: setan, si jahat. Kalau kita memohon agar dibebaskan dari yang jahat, kita juga memohon untuk dibebaskan dari segala kemalangan yang lampau, sekarang dan yang akan datang, yang asalnya dari si jahat. Dalam permohonan ini kita membawa seluruh kesusahan dunia ke depan Bapa (KGK 2854).
by: adrian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar