Jumat, 19 Januari 2018

PERBANDINGAAN WAHYU MEKKAH DAN MADINAH

Tak bisa dipungkiri, agama islam mempunyai wajah ganda. Satu sisi ia berwajah rahmatan lil alamin, di sisi lain dia berwajah teror. Karena itu, ada kelompok islam yang menampilkan wajah terorisme dan intoleran, tapi ada juga kelompok islam yang menampilkan wajah kasih dan damai. Kehadiran dua wajah ini dapat dimaklumi, karena sama-sama lahir dari sumber yang sama, yaitu Al-Quran.
Dalam Al-Quran kita bisa menemukan perbedaan dua wajah ini. Perbedaan itu tampak dalam surah-surah yang turun di Mekkah (dikenal dengan istilah surah Makkiyah) dan yang turun di Madinah (dikenal dengan istilah surah Madaniyah). Berikut ini adalah contoh-contoh perbandingan pesan Allah yang turun di dua tempat tersebut (kutipan Al-Quran diambil dari situs alquran online dan Al Quran Digital Online).
Bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik (QS 73: 10)
Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu (QS 9: 123)
Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku (QS 109: 6)
Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka (QS 8: 12)
Sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbilah dengan memuji Tuhanmu (QS 20: 130)
Barangsiapa mencari agama selain islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi (QS 3: 85)
Kami telah mengetahui tentang apa yang mereka katakan, dan kamu sesekali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka (QS 50: 45)
Bunuhlah orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka (QS 9: 5)
Bunuhlah mereka dimana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (QS 2: 191)
Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang bodoh (QS 7: 199)
Perangilah mereka itu sehingga tidak ada fitnah lagi, dan ketaatan hanya semata-mata untuk Allah (QS 2: 193)
Maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik (QS 15: 85)
Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan tangan-tanganmu, dan Allah akan menghina mereka dan menolong kamu (QS 9: 14)
Katakanlah kepada orang beriman hendaklah mereka memaafkan orang yang tiada takut akan hari-hari Allah, karena Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan (QS 45: 14)
Tak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan dari kamu, niscaya Kami akan mengazab golongan lain (QS 9: 66)
Janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab, melainkan dengan cara yang paling baik (QS 29: 46)
Perangilah orang-orang yang tak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan Allah dan rasul-Nya (QS 9: 29)

Dari kutipan-kutipan surah-surah di atas, dapat dilihat perbedaan nada wahyu Allah yang turun di Mekkah dan Madinah. Dalam surah-surah Makkiyah terlihat jelas wajah kasih dan damai. Umat diajak untuk memiliki sikap sabar dan pemaaf. Orang kafir dalam surah-surah Makkiyah adalah orang Arab yang masih menyembah dewa-dewi; orang Yahudi dan kristen bukan orang kafir, tetapi orang ahli kitab. Sangat jelas terlihat sikap menghargai. Dan umat diminta untuk tidak memaksakan agamanya, karena “bagimu agamamu, bagiku agamaku”.
Akan tetapi wajah kasih dan damai itu hilang dalam surah-surah yang turun di Madinah. Wajah yang tampil adalah wajah intoleran dan teror. Ajakan untuk bersabar dan menjadi pemaaf berubah menjadi ajakan untuk memerangi dan membunuh orang kafir. Dalam surah-surah Madaniyah orang kafir tidak lagi merujuk pada orang Arab penyembah dewa-dewi saja, tetapi juga orang Yahudi dan kristen. Alasannya karena orang Yahudi dan kristen tidak mau menerima Muhammad sebagai nabi dan tidak mau menerima islam. Sikap menghargai perbedaan, yang ada dalam surah-surah Makkiyah, berubah menjadi “pemaksaan”: yang tidak terima islam pasti masuk neraka; hanya islam agama Allah.
Kontradiksi “langit dan bumi” tersebut nyata dalam kehidupan dewasa kini. Sekelompok teroris dan kelompok intoleran-radikal atas nama agama selalu menampilkan wajah islamnya, sedangkan kelompok lain selalu mengecam mereka. Ketika muncul aksi teror dalam bentuk bom bunuh diri dengan mengatas-namakan jihad, kelompok islam kasih tampil mengecam mereka dengan mengatakan bahwa aksi teror itu bukanlah islam. Sementara kelompok teror tadi selalu mengatakan merekalah yang islam.
Tentulah umat non islam selalu dihadapkan pada kebingungan menyikapi dua kelompok yang saling berbeda namun mengklaim kelompoknya yang paling benar. Sebenarnya, dua-duanya benar karena kedua kelompok sama-sama menampilkan wajah islam. Mungkin kedua kelompok ini tidak sadar bahwa islam mempunyai dua wajah.
Ketidak-sadaran akan dua wajah islam ini terlihat dari aksi-aksi saling menegasi di antara keduanya. Misalnya, ada pernyataan “I am muslim, not a terrorist” atau “Saya muslim, saya Indonesia, saya bukan teroris.” Kelompok ini hanya mau menerima wajah islamnya saja dan mengabaikan wajah islam yang lain. Pengabaian ini membuat mereka mendukung aksi basmi terorisme dan radikalisme, meski itu berarti juga membasmi satu wajah islam. Sementara kelompok teroris sendiri seakan selalu membenarkan tindakannya dan menyalahkan kelompok islam lain yang tak mau ambil bagian dalam aksi mereka.
Koba, 5 November 2017
by: adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar