Jumat, 26 Oktober 2018

KELUARGA BERENCANA ALAMIAH


Pada dasarnya, keluarga berencana (KB) adalah keluarga yang mempunyai rencana dalam segala sendi kehidupannya. Tetapi, KB lebih difokuskan pada perencanaan kelahiran dan jumlah anak. Alasannya adalah adanya kecemasan bahkan ketakutan akan tantangan hidup yang semakin berat dan kesejahteraan keluarga yang terancam suram karena banyaknya jumlah penduduk yang tak sebanding dengan pertambahan luas tanah; pertambahan jumlah penduduk tak sebanding dengan tersedianya lapangan kerja sehingga pengangguran semakin menumpuk. Untuk pembatasan kelahiran dipakailah alat-alat kontrasepsi, seperti pil/injeksi, alat (kondom, diafragma, IUD), susuk dan pemandulan (vasektomi atau tubektomi)
Selain karena penggunaan alat-alat kontrasepsi juga mempunyai efek samping, seperti darah tinggi dan darah rendah, jantung berdebar-debar, kegemukan, siklus kewanitaan berubah, dan lain sebagainya, Gereja Katolik menolak penerapan KB di atas dengan alasan:
a)   Hubungan seks hanya sebatas pemenuhan hawa nafsu
b)   Istri hanya dilihat sebagai alat pemuas hasrat seksual
c)   Korban dari KB di atas hanya sepihak, yaitu istri
d)   Bisa terjadi eksploitasi seks secara tak terkendali
e)   IUD bersifat abortif.
Sebagai solusinya Gereja menawarkan Keluarga Berencana Alamiah (KBA), yaitu suatu metode pengaturan kelahiran dengan memanfaatkan keadaan biologis, yaitu masa subur dan tidak subur. Di sini pasangan suami istri (pasutri) lebih menghargai kesempurnaan ciptaan Tuhan yang ada dalam dirinya dengan tidak mengubah atau mengacaukannya karena suatu alat. Dengan kata lain, pasutri mau mensyukuri karunia dan anugerah Tuhan pada diri mereka dan pasangannya.
Dengan KBA pasutri dapat semakin belajar dan melatih diri untuk berkorban dan menguasai diri. Hubungan seks bukan sebagai pemenuhan hawa nafsu sehingga istri tidak lagi sebagai korban atau alat pemuas nafsu suami. Hubungan seks dilihat sebagai ungkapan kasih. KBA menuntut kerja sama suami dan istri; ada sikap saling menghargai dan menghormati. Hal ini membuat relasi suami istri semakin dalam dan bahagia.
Pada umumnya ada 3 metode KBA, yaitu metode suhu basal, simpto thermal dan ovulasi lendir. Dari ketiga metode ini, metode ovulasi lendir paling efektif. Metode ini berdasarkan pengeluaran lendir oleh kelenjar-kelenjar leher rahim. Metode ini membantu pasutri untuk menghindari kehamilan atau menginginkan kehamilan.
Lendir dari kelenjar leher rahim bisa menentukan masa tak subur istri sehingga, pasutri bisa melakukan senggama bila tak menghendaki kehamilan. Ada dua ciri lendir tidak subur, yaitu lendir seperti krim dan lendir lengket. Tekstur lendir seperti krim dengan warna putih (bukan putih bening seperti lendir subur) atau kuning krem. Lendir ini akan seperti lotion saat digosokkan di antara jari. Menjelang masa haid, tekstur lendir menjadi lebih lengket dan rekat, mirip seperti pasta.
Beberapa hal yang perlu diketahui soal metode ovulasi lendir adalah:
(1) Setiap wanita yang subur telah/akan mengetahui bahwa di antara dua masa haid ia mengeluarkan lendir putih dari vagina. Lendir ini berasal dari kelenjar-kelenjar leher rahim. Lendir ini menunjukkan bahwa wanita tersebut sedang subur, dan bila melakukan senggama, maka akan hamil.
(2) Pada permulaan lendir itu sedikit dan kelihatan agak keruh, lekat-lekat, putih atau agak kekuning-kuningan. Kemudian keluarnya lendir menjadi agak banyak, perasaan menjadi makin licin, dan lendir itu memiliki sifat menyerabut dan kelihatan seperti putih telur mentah. Hari terakhir dari pengeluaran lendir macam itu disebut puncak. Setelah hari itu lendir menjadi kental, lekat-lekat dan sedikit pula untuk akhirnya berhenti keluar.
(3) Hari-hari tersubur adalah hari di mana lendir yang keluar terasa licin dan menyerabut. Tiga hari kemudian masih dianggap subur.
(4) Kadang ada sedikit darah keluar bersama lendir. Biasanya hal ini menunjukkan bahwa telur sedang dikeluarkan dari indungnya dan berarti bahwa wanita dalam masa subur.
(5) Jika ingin memiliki anak, maka:
(a) Bersenggamalah pada saat lendir basah, licin dan menyerabut bila direntangkan di antara dua jari.
(b) Dianjurkan suami mengadakan pantang senggama selama beberapa hari sebelum mengadakan hubungan seksual.
(6) Jika tidak ingin punya anak, maka:
(a) Jangan bersenggama waktu haid, karena lendir subur sekalipun tidak kelihatan
(b) Jangan bersenggama bila ada tanda-tanda lendir keluar dan sekurang-kurangnya tiga hari sesudahnya.
(c) Bersenggamalah di luar masa subur (masa kering).
by: adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar