Renungan
Hari Minggu Biasa XIII, Thn A/I
Bac
I 2Raj 4: 8 – 11, 14 – 16; Bac II Rom 6: 3 – 4, 8 – 11;
Injil Mat 10: 37 – 42;
Sabda Tuhan hari ini
mengajak kita untuk tidak melekatkan hidup dan diri kita kepada hal-hal duniawi.
Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Kedua Raja-raja, dikisahkan
tentang seorang perempuan kaya di Sunem yang melayani Elisa dengan tulus hati.
Dia tidak melekat pada harta kekayaannya. Justru dia menggunakan kekayaannya
untuk melayani Elisa dengan membangun sebuah kamar khusus buat Elisa (ay. 10). Melihat
perbuatannya itu, Elisa menilai bahwa perempuan itu “telah sangat
bersusah-susah” (ay. 13) semata-mata untuk Elisa. Perempuan itu tidak memiliki
anak. Namun karena sikapnya itu, Tuhan mengaruniai dia anak.
Paulus, dalam bacaan kedua
juga, secara implisit menyerukan ajakan untuk tidak melekatkan diri. Dalam
suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus menyampaikan pendasaran kenapa jemaat
tidak harus melekatkan diri pada diri sendiri atau hal-hal duniawi. Dasarnya adalah
“kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus.” (ay. 3). Ini berarti jemaat
bersatu dengan Kristus, sehingga jemaat harus “hidup dalam hidup yang baru.”
(ay. 4). Hidup baru yang dimaksud adalah hidup seperti Kristus, dimana “kehidupan-Nya
adalah kehidupan bagi Allah.” (ay. 10). Karena itulah, jemaat hendaknya “hidup
bagi Allah dalam Kristus Yesus.” (ay. 11). Dengan kata lain, jemaat diajak
untuk mau mengikuti teladan Yesus yang rela berkorban demi umat manusia.
Apa yang disampaikan dalam
bacaan pertama dan kedua seakan mendapat penegasannya dalam Injil. Tuhan Yesus berkata,
“Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak
bagi-Ku. ” (ay. 37) “Barangsiapa
mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya….” (ay. 39). Pada prinsipnya
Tuhan Yesus meminta para murid-Nya untuk mau dan berani bersikap lepas bebas
dari kemelekatan pada keluarga, diri sendiri dan hal-hal duniawi. Bukan berarti
hal-hal tersebut ditinggalkan sama sekali, melainkan hendaknya hal-hal tersebut
tidak menghalangi relasi para murid dengan Allah.
Salah satu penyakit manusia
dewasa ini adalah sifat egois. Banyak orang hanya peduli pada diri sendiri, dan
tak mau peduli kepada sesama dan Tuhan. Hari Minggu orang memilih menyibukkan
diri dan meninggalkan Tuhan dan sesama yang menunggu di Gereja. Suami sibuk
dalam kesibukannya, seperti judi dan mabuk-mabukan, dan tak peduli dengan istri
dan anak di rumah. Melalui sabda-Nya hari ini, Tuhan mengajak kita untuk berani
meninggalkan sifat egois dalam diri kita, dan mulai mengarahkan diri kita
kepada kepentingan bersama. Tuhan berkata bahwa jika kita lebih terikat pada
keluarga, diri sendiri, hal-hal duniawi, kita tak layak bagi Dia. Secara tidak
langsung Tuhan mau mengajak kita untuk menaruh perhatian kepada sesama, karena “Segala
sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina
ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Mat. 25: 40).
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar