Setiap
manusia selalu dipenuhi dengan begitu banyak harapan dan keinginan. Memang semua
itu tidaklah salah. Semua itu wajar dan manusiawi, meski Iwan Fals pernah
berkata dalam salah salah satu lagunya, “Keinginan adalah sumber penderitaan.”
Hal ini sudah pernah ditekankan oleh Sidharta Buddha Gautama. Karena itu, salah
satu ajaran utama ajaran Buddha adalah mematikan keinginan. Tentang keinginan ini, Rasul Yakobus pernah
berkata, “Tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret
dan dipikat olehnya.” (Yak. 1: 14).
Yang
menjadi persoalan adalah sifat manusia yang selalu tidak pernah merasa puas. Dapat
ini, inginkan itu. Dapat satu, berharap yang lain. Dan di saat tidak
mendapatkan apa yang diinginkan atau diharapkan, mulailah muncul sifat manusia
yang lain, yakni mengeluh. Terlalu sering mengeluh bisa membawa manusia ke
dalam situasi depresi. Ujung-ujungnya adalah penderitaan.
Rasul
Yakobus, dalam suratnya, menggambarkannya dengan sangat bagus. “Dari manakah datangnya
sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu
yang saling berjuang di dalam tubuhmu. Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu
tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak
mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi.” (Yak 4: 1 – 2). Oleh
karena itu, Rasul Paulus menasehati, “Janganlah kamu memikirkan perkara-perkara
yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana.” (Roma
12: 16).
Tulisan
inspirasi hidup ini mengajak kita bagaimana menyikapi hidup. Tujuannya agar
kita tidak jatuh ke dalam kebiasaan suka mengeluh. Lebih lanjut mengenai
tulisan ini, silahkan baca di sini: Budak Bangka: (Inspirasi Hidup) Hiduplah Penuh Syukur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar