Pada
akhir bulan April 2017, Paus Fransiskus mengadakan kunjungan ke Mesir. Banyak orang
menilai kunjungan ini terbilang nekad, mengingat beberapa minggu sebelumnya,
beberapa gereja kristen di Mesir diserang bom bunuh diri oleh para teroris
islam. Namun, seakan mengabaikan keselamatan dirinya, Paus Fransiskus tetap
mengunjungi negeri itu.
Pada
hari terakhir lawatannya Paus Fransiskus menyatakan bahwa satu-satunya
fanatisme yang dikehendaki Tuhan adalah mencintai dan membantu orang lain
secara fanatik. “Iman sejati membuat kita bermurah hati, menjadi lebih memaafkan,
lebih jujur dan lebih manusia. Iman sesungguhnya menggerakkan hati kita untuk
mencintai tanpa menghitung balasan,” kata Paus Fransiskus.
Bapa
Paus merayakan misa di lapangan terbuka pada 29 April di Stadion Pertahanan
Udara Kairo. Ia memimpin misa bersama Pemimpin Katolik Koptik Patriakh Ibrahim
Isaac Sedrak dari Alexandria dan para pemimpin ritus katolik lainnya di Mesir.
“Seberapa
seringkah kita melumpuhkan diri kita sendiri dengan menolak pemikiran kita
sendiri tentang Tuhan, yang diciptakan dalam gambar dan rupa manusia,” ujar
Paus. “Seberapa sering kita kehilangan harapan dengan menolak untuk percaya
bahwa kemahakuasaan Tuhan bukan suatu kekuasaan dan kekuatan, melainkan cinta,
pengampunan dan kehidupan.”
Orang-orang
yang percaya pada Kristus tidak akan pernah mengenal wajah Tuhan yang
sesungguhnya sampai mereka membiarkan pemikiran mereka yang keliru mati di
salib, bangkit dari kubur keterbatasan pemahaman mereka dan mengguncang hati
mereka yang keras seperti ‘pemecahan roti’ dalam ekaristi. “Kita tidak bisa
berjumpa dengan Tuhan tanpa pertama-tama menyalibkan pemahaman kita yang sempit
tentang Tuhan yang hanya mencerminkan pemahaman kita sendiri tentang
kemahakuasaan dan kekuatan,” ungkap Paus Fransiskus.
Iman
sejati membuat kita melihat orang lain bukan sebagai musuh yang harus
dilenyapkan, tetapi sebagai saudara dan saudari yang dicintai, dilayani dan
ditolong. Hal ini menuntut kita pada dialog dan rasa hormat serta keberanian
untuk mempertahankan hak-hak dan martabat orang lain, bukan diri sendiri. “Tuhan
hanya bisa dibahagiakan dengan iman yang dinyatakan dalam hidup kita, karena
satu-satunya fanatisme yang boleh dimiliki oleh seorang beriman adalah berbagi,”
tegas Paus Fransiskus.
sumber:
UCAN Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar