Selasa, 30 Mei 2017

AHOK DAN AL-MAIDAH: 51

Ada banyak kasus penistaan agama yang terjadi di Indonesia. Namun kasus penistaan agama dengan pelaku Basuki Tjahaya Purnama, atau biasa disapa Ahok, adalah kasus yang sangat menarik perhatian publik Indonesia. Dikatakan menarik karena kasus ini tidak hanya murni kasus agama saja. Kalau orang mau jujur, kasus ini sarat dengan nuansa politik. Kentalnya warna politik dalam kasus ini membuat orang bingung menilai: apakah agama memainkan politik atau politik yang memainkan agama. Yang dimaksud agama di sini adalah agama islam.
Dari kasus penistaan agama ini muncul fenomena “aneh”, yang di satu sisi akan menimbulkan kebingungan bagi umat non muslim tapi di sisi lain membuka “aib” sendiri (sayang, hal ini sepertinya tidak disadari). Fenomena pertama adalah “perang” argumentasi. Ada ahli agama islam menilai Ahok telah melakukan penistaan agama. Mereka mengemukakan argumen-argumen, baik dari sisi quranis, hadis maupun teologis. Namun ada juga ahli, yang juga ahli agama islam, yang menilai Ahok tidak melakukan penistaan. Dasar argumentasinya pun tak jauh berbeda dengan dasar argumentasi ahli sebelumnya.
Fenomena kedua adalah “perang” pro dan kontra. Tak bisa dipungkiri kasus penistaan agama oleh Ahok ini menimbulkan “perang” di antara umat islam sendiri. Ada banyak umat islam menghojat dan mengecam Ahok karena telah menghina agamanya. Namun tak sedikit pula umat islam membela Ahok, dan berpikir Ahok tidak melakukan penghinaan. Dan sebagaimana perang pada umumnya yang selalu meminta adanya korban, dalam kasus ini pun ada korban. Ada jenazah warga yang mendukung Ahok ditolak untuk dishalatkan. Hal ini dipertegas lagi dengan spanduk yang jelas-jelas menyatakan menolak menshalatkan jenazah pendukung atau pembela penista agama. Sekali lagi perlu ditegaskan, agama yang dimaksud di sini adalah agama islam.
Semua fenomena yang lahir dari kasus Ahok ini sungguh membingungkan umat non islam. Sementara umat islam, baik dari kubu pro maupun kontra, berusaha menampilkan jatidiri agamanya, umat nom muslim bertanya inikah islam. Umat non islam tahu bahwa Ahok telah menistakan agama hanya dari pernyataan pendapat Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dibaca di media massa. Akarnya pada pernyataan Ahok di Kepulauan Seribu, yang menyinggung surah Al-Maidah ayat 51. Dalam pidatonya Ahok menyebut, “Dibohongi pakai surah Al-Maidah ayat 51.”
Lewat pernyataan itu Ahok sebenarnya mau menyadarkan warga untuk tidak mau ditipu oleh orang-orang tertentu yang memakai surah tersebut untuk menjegal dirinya. Sebagaimana diketahui, saat itu Ahok sedang bersiap maju ke pilkada DKI. Belajar dari pengalaman, ada banyak lawan politik sering memakai surah tersebut untuk menjegal calon yang non muslim. Ahok pernah mengalaminya dalam pilkada Kepulauan Bangka Belitung. Jadi, dengan pernyataan itu, Ahok ingin supaya warga memilih pemimpin berdasarkan track record pemimpin tersebut, dan semuanya tergantung sepenuhnya pada warga sendiri.
Namun oleh MUI pernyataan Ahok yang menyinggung surah Al-Maidah: 51 difatwa sebagai penistaan agama dan ulama. Ada yang menilai bahwa Ahok salah menafsirkan surah tersebut. Ada pula orang yang membela dengan mengatakan bahwa orang yang memakai surah tersebut untuk menjegal calon pemimpin non islam telah salah menafsirkannya.
Jika menyimak perdebatan ini, satu hal yang terlihat adalah orang berdiskusi tentang pernyataan Ahok soal surah Al-Maidah: 51 tanpa pernah tahu apa bunyi surah tersebut. Ada kesan bahwa surah tersebut menyinggung soal kepemimpinan. Tapi, apakah benar surah Al-Maidah: 51 menyinggung soal kepemimpinan? Berikut ini kami sampaikan kutipan surah Al-Maidah: 51 dari berbagai versi.
Al-Quran terbitan Departemen Agama RI tahun 2006:
Wahai orang-orang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia(mu); mereka satu sama lain saling melindungi. Barang siapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
Al-Quran online versi Noble Quran:
O you who have believed, do not take the Jews and the Christians as allies. They are (in fact) allies of one another. And whoever is an ally to them among you – then indeed, he is (one) of them. Indeed, Allah guides not the wrongdoing people.
Al-Quran online versi mpkb:
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani itu sebagai teman rapat, karena setengah mereka menjadi teman rapat kepada setengahnya yang lain; dan sesiapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman rapatnya, maka sesungguhnya ia adalah dari golongan mereka itu. sesungguhnya Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang berlaku zalim.
Dari ketiga versi Al-Quran di atas, terlihat jelas bahwa surah Al-Maidah: 51 sama sekali tidak ada kaitan dengan kepemimpinan. Surah tersebut melarang umat islam berteman dengan orang Yahudi dan Kristen. Jadi, seorang pelajar muslim tidak boleh bersahabat dengan pelajar kristiani dan Yahudi. Di masyarakat, umat islam dilarang bersahabat dengan warga lain yang beragama Yahudi dan Kristen. Jika ada umat islam berteman dengan orang Yahudi dan Kristen, maka dia itu adalah orang kafir dan zalim. Orang kafir tempatnya di neraka (QS Al-Baqarah: 24).
Dari uraian teks surah Al-Maidah yang menjadi topik persoalan penistaan agama oleh Ahok, dapat dikatakan bahwa kesalahan Ahok adalah salah mengutip teks Al-Quran dan salah pula menafsirkannya. Surah Al-Maidah: 51 sama sekali tidak ada kaitan dengan kepemimpian. Jadi, jika Ahok menyebut surah tersebut dalam konteks menjegal calon pemimpin non muslim, maka pernyataan Ahok adalah mengada-ngada.
Kecuali jika Ahok merujuk pada surah Al-Maidah: 57. Surah ini biasa dan sering ditafsirkan sebagai larangan bagi orang islam untuk memilih calon pemimpin non muslim. Atau surah Ali Imran: 28 dan surah An-Nisaa: 144, yang sedikit lebih jelas dari surah sebelumnya, meski masih menimbulkan persoalan dalam menafsirkan kata WALI. Namun, tiga surah ini biasa dijadikan rujukan untuk menolak calon pemimpin kafir. Semua itu tertulis dalam Al-Quran, kitab suci umat islam, yang diyakini langsung turun dari Allah.
Koba, 10 April 2017
by: adrian
Baca juga tulisan lain:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar