Renungan
Hari Sabtu Biasa XII, Thn B/I
Bac
I Kej 18: 1 – 15; Injil Mat 8: 5 – 17;
Ada kemiripan pola dalam kedua bacaan liturgi hari ini. Dalam Injil ditampilkan kisah penyembuhan hamba seorang perwira. Ketika Tuhan Yesus mengatakan bahwa Dia akan datang untuk menyembuhkan orang itu, sang perwira memohon supaya Tuhan Yesus tidak perlu datang. Dia merasa tidak layak. Lalu dia sebutkan latar belakangnya: dia sendiri seorang bawahan, dan di bawahnya ada pula bawahan lain yang dapat ia perintah. Namun ia percaya bahwa Tuhan Yesus dapat menyembuhkan hambanya.
Sikap perwira di atas mirip dengan sikap Abraham dalam bacaan
pertama, yang masih diambil dari Kitab Kejadian. Ada kesan bahwa
Abraham tidak layak menerima tiga tamunya ke dalam kemahnya, sehingga mereka
hanya berteduh di bawah pohon. Apa yang dilakukan Abraham mirip dengan apa yang
dikatakan perwira dalam Injil. Abraham hanya memerintah, maka Sarah dan
pembantunya melaksakan permintaannya. Sama seperti perwira mendapatkan berita
sukacita, demikian pula Abraham. Tamunya menyampaikan kabar bahwa Sarah “akan
mempunyai seorang anak laki-laki.” (ay 10).
Sabda Tuhan hari ini mau mengatakan kepada kita bahwa iman akan
mendatangkan sukacita. Namun iman ini harus benar-benar ditanggapi
dengan iman. Tidak seperti Sarah yang meragukan warta sukacita dari utusan
Tuhan. Tuhan mengajak kita untuk tidak bersikap seperti Sarah, melainkan
seperti perwira dalam Injil. Pada dirinya tidak hanya ada iman, melainkan juga
sikap rendah hati. Karena itu, hendaklah kita juga membangun sikap rendah hati
ini sebagai wujud penghayatan iman kita. Dengan sikap inilah kita dapat
menerima setiap peristiwa hidup dengan berserah diri kepada kehendak Tuhan.***
by:
adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar