Renungan
Hari Jumat Biasa IX, Thn B/I
Bac
I Tob 11: 5 – 17; Injil Mrk 12: 35 – 37;
Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus menerangkan mengenai Mesias. Bagi orang Yahudi kehadiran Mesias sangat dinanti-nantikan, karena akan membawa pembebasan dan keselamatan bagi mereka. Dari penjelasan Tuhan Yesus tampak jelas kalau konsep Mesias orang Yahudi bersifat duniawi. Hal ini didasarkan dari pernyataan bahwa Mesias adalah anak Daud. Akan tetapi, dengan logika akali, Tuhan Yesus menjelaskan bahwa konsep Mesias yang dirindukan itu harus melampaui aspek duniawi. Ia lebih bersifat rohani-spiritual. Dikatakan bahwa banyak orang mendengarkan penjelasan Tuhan Yesus dengan penuh minat (ay. 37).
Bacaan
pertama, yang diambil dari Kitab Tobit, bercerita tentang Tobia dan isterinya, Sara,
pulang kembali ke Tobit. Melalui Tobia, mata Tobit yang sebelumnya buta, pulih
kembali. Tobit benar-benar merasakan belas kasih Allah. Hal itulah yang
diwartakannya kepada segenap penduduk kota Niniwe, sehingga mereka semua
tercengang-cengang (ay. 16). Dapat dikatakan bahwa awalnya penduduk menilai
bahwa Tobit mendapat kutuk dan tak mungkin lagi sembuh. Mereka menggunakan
kemampuan manusiawi dalam menilai penyakit Tobit tanpa memberi kesempatan
kepada kemurahan Tuhan.
Hidup
manusia mempunyai aneka dimensi paradoksal. Ada dimensi rohani, ada pula
jasmani. Ada dimensi duniawi, dan ada pula ilahi-spiritual. Kelihatan dimensi-dimensi
ini saling bertentangan, akan tetapi keduanya saling melengkapi. Manusia hendaknya
tidak hanya berkutat pada satu dimensi saja. Hal inilah yang hendak ditawarkan
Tuhan melalui sabda-Nya hari ini. Berkaitan dengan mesianisme, Tuhan
menghendaki agar kita tidak seperti orang Israel, yang melihat Mesias itu hanya
dari dimensi duniawi saja dan mengabaikan dimensi rohani-spiritual. Atau seperti
orang-orang Niniwe yang mengabaikan kemampuan ilahi dalam proses kesembuhan
fisik ragawi. Tuhan ingin agar kita menjaga keseimbangan dimensi-dimensi itu
dalam kehidupan kita.***
by:
adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar