Renungan Hari Minggu Palma,
Thn B/I
Bac I Yes 50: 4 – 7; Bac II Flp 2: 6 – 11;
Injil Mrk 15: 1 – 39;
Hari ini umat katolik memasuki Pekan Suci, yang diawali
dengan perayaan Minggu Palma. Perayaan ini mengingatkan umat akan peristiwa
waktu Tuhan Yesus memasuki kota Yerusalem dengan diiringi sorak-sorai dan
lambaian daun palma. Dalam bahasa Kitab Suci, teristimewa Injil, masuk ke
Yerusalem, bagi Tuhan Yesus merupakan masuk ke dalam sengsara dan wafat. Perayaan
Minggu Palma mau memperlihatkan bahwa Tuhan Yesus memasuki kesengsaraan dan
wafat-Nya dengan sukacita, karena kelak juga perjalanan kesengsaraan itu
berakhir dengan sukacita juga (kebangkitan).
Injil hari ini menceritakan kisah sengsara itu. Diawali
dengan kesepakatan imam-imam kepala bersama para tua-tua dan ahli Taurat serta
Mahkamah Agama untuk menyerahkan Tuhan Yesus kepada Pilatus. Dari sini
terjadilah drama pengadilan yang berujung pada keputusan penyaliban. Maka mulailah
drama jalan salib, kisah sengsara Tuhan Yesus menuju puncak Golgota. Kisah
sengsara dan penderitaan yang dialami Tuhan Yesus tak jauh berbeda dengan apa
yang diungkapkan Nabi Yesaya dalam bacaan pertama hari ini. Di sini terlihat
bahwa Nabi Yesaya, dalam kitabnya, sudah meramalkan sengsara yang dialami oleh
Tuhan Yesus.
Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, yang menjadi
bacaan kedua hari ini, merefleksikan pengalaman sengsara Tuhan Yesus. Paulus
menilai bahwa Tuhan Yesus sungguh luar biasa. Hal ini disebabkan karena Tuhan
Yesus mau menghadapi sengsara itu dengan tabah. Ketabahan ini menunjukkan bahwa
Tuhan Yesus taat kepada kehendak Bapa. Meskin Tuhan Yesus sebanarnya sanggup
menghindari penderitaan itu, tapi Dia menerima tanpa perlawanan.
Sabda Tuhan hari ini mau menegaskan kepada kita bahwa
sengsara dan penderitaan yang dialami Tuhan Yesus merupakan wujud ketaatan dan
sikap berserah-Nya kepada kehendak Bapa. Tuhan Yesus tidak mau menunjukkan
keinginan pribadi-Nya, sekalipun ia bisa. Bagi Yesus, kehendak Bapa adalah yang
utama. Di sini Tuhan Yesus mau memberi kita dua pelajaran. Pertama, jangan melarikan diri dari masalah. Menyelesaikan masalah,
baik masalah kecil maupun besar, adalah dengan cara menghadapinya, bukan lari
dari padanya. Kita sendirilah yang menghadapinya. Jangan menyerahkan kepada
sang waktu untuk menyelesaikannya, sementara kita duduk mengunggu. Kedua, sikap berserah kepada kehendak Allah. Dalam menghadapi masalah, hendaklah kita mengutamakan kehendak Allah.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar