Renungan Hari Selasa
Biasa V, Thn B/I
Bac I Kej 1: 20 – 2: 4a; Injil Mrk 7: 1 – 13;
Bacaan pertama hari ini masih melanjutkan kisah penciptaan
dari Kitab Kejadian. Di sini dikisahkan tentang penciptaan hari kelima sampai
hari ketujuh. Kalau kemarin frase yang menonjol adalah “jadilah petang dan pagi”,
hari ini adalah “Allah melihat bahwa semuanya itu baik.” Setiap kali setelah
mencipta, Allah menilai bahwa ciptaan-Nya itu baik. Dan karena selalu baik,
maka di hari ketuju Allah memutuskan untuk istirahat sekaligus memberkati dan
menguduskan hari itu. Tindakan Allah menguduskan hari ini menjadi perintah
Allah bagi umat-Nya.
Injil hari ini menceritakan tentang pertentangan Tuhan Yesus
dengan kelompok kaum Farisi dan ahli Taurat seputar kebiasaan mencuci tangan atau
membersihkan diri sebelum makan. Ini merupakan tradisi yang dibangun oleh nenek
moyang sejak jaman dahulu. Di sini Tuhan Yesus mengecam kaum Farisi dan ahli
Taurat, karena sikap mereka yang berat sebelah. Bukan berarti Tuhan Yesus tidak
menghargai tradisi leluhur. Di sini ada pertentangan antara perintah Allah
dengan perintah nenek moyang, yang ada dalam tradisi. Yang terjadi adalah, kaum
Farisi dan ahli Taurat lebih menekankan tradisi nenek moyang daripada perintah
Allah. Tuhan Yesus menghendaki sebaliknya.
Setiap kita tentu hidup dalam tradisi. Kita tak bisa lepas
dari budaya, dimana kita berasal dan dibesarkan. Tak selamanya tradisi itu
buruk; dan tak selamanya juga baik. Kita yang sudah menerima Kristus diajak
untuk setia kepada perintah Allah. Bukan berarti kita tidak lagi menghormati
tradisi leluhur kita. Tuhan masih memperkenankan kita menghormati tradisi itu
sejauh tidak mengalahkan perintah Allah. Sabda Tuhan hari ini menghendaki kita
untuk bisa membuat skala prioritas berkaitan dengan tradisi. Jika sebuah
tradisi tidak sejalan dengan kehendak Tuhan, maka kita wajib meninggalkannya.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar