Renungan Hari Kamis
Biasa XXXIII, Thn A/II
Bac I Why 5: 1 – 10; Injil Luk 19: 41 – 44;
Ada satu kata dari sabda Tuhan hari ini yang dapat menjadi
bahan renungan kita. Kata itu adalah menangis. Dalam bacaan pertama, yang
diambil dari Kitab Wahyu kepada Yohanes, tindakan menangis dilakukan oleh Yohanes
sendiri. Dalam penglihatannya, Yohanes melihat ada gulungan kitab dengan tujuh
meterainya. Ada kerinduan dalam diri Yohanes untuk membuka dan melihat isi
gulungan kitab itu. Akan tetapi tak ada satu orang pun, baik di sorga maupun di
bumi, yang dapat membukakannya. Yohanes sedih dan menangis. Yohanes menangis
karena kerinduannya tak penuhi.
Dalam Injil hari ini, yang menangis adalah Tuhan Yesus
sendiri. Dikatakan bahwa setelah melihat kota Yerusalem, Tuhan Yesus menangis. Jadi,
yang ditangisi Tuhan Yesus adalah nasib kota Yerusalem. Sebenarnya ada
kerinduan dalam hati Tuhan Yesus agar kota Yerusalem (warga kotanya) mengalami
damai sejahtera. Akan tetapi, kerinduan Tuhan Yesus ini sepertinya tidak
terwujud. Malah yang dilihat Tuhan Yesus tentang kota itu adalah kehancuran. Hal
inilah yang membuat Tuhan Yesus sedih lalu menangis. Tuhan Yesus menangis
karena kerinduan-Nya tak terpenuhi.
Menangis adalah salah satu tindakan manusia. Di saat mengalami
kesedihan, manusia mengungkapkannya dengan menangis. Ada banyak faktor yang
menyebabkan manusia merasa sedih. Salah satunya adalah tak terpenuhinya harapan
dan impian. Misalnya, gagal dalam ujian atau putus cinta (gagal dalam membangun
relasi). Satu hal yang perlu disadari oleh kita adalah menangis atas
keberdosaan kita. Dosa mengisyaratkan bahwa kita tidak sesuai sebagaimana
mestinya. Jika memang kita sadar bahwa kita telah berdosa, maka sudah
selayaknya kita menangis untuk itu. Tindakan menangis tidak hanya berhenti di
situ saja, melainkan berlanjut pada pertobatan. Dan tobat dapat mewujudkan
kembali jati diri kita sebagaimana mestinya.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar