Renungan
Hari Minggu Paskah III, Thn A/I
Bac
I : Kis 2: 14, 22 – 33; Bac II : 1Ptr1: 17 – 21;
Injil
: Luk 24: 13 – 35
Injil hari ini sama dengan bacaan Injil hari Rabu dalam oktaf
paskah, yaitu kisah perjumpaan Yesus dengan dua orang murid dalam perjalanan ke
Emaus. Dalam perjumpaan itu Yesus “menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis
tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci.” (ay. 27), yaitu bahwa Yesus harus mengalami semua penderitaan sebelum masuk ke dalam kemuliaan-Nya (ay. 26). Para
murid awalnya tidak bisa menerima fakta penderitaan itu. Mereka menginginkan
agar Yesus dapat masuk ke dalam kemuliaan tanpa penderitaan. Mereka tidak tahu kalau ternyata hal
itu bertentangan dengan kehendak Allah. Yesus memaparkan apa yang dikehendaki
Allah. Dan itulah yang harus diterima oleh para murid.
Topik itulah yang diwartakan Petrus dalam bacaan pertama. Di hadapan
orang Yahudi, Petrus menjelaskan sosok Yesus “yang diserahkan Allah menurut
maksud dan rencana-Nya.” (ay. 23). Yesus inilah yang sengsara dan akhirnya mati
di kayu salib. Akan tetapi Allah membangkitkan Yesus dan melepaskan Dia dari
kuasa maut. Petrus memberi jaminan akan semua peristiwa itu. Mereka adalah
saksinya (ay. 32). Petrus, mewakili para murid lainnya, sudah bisa menerima
kehendak Allah atas apa yang dialami Yesus. Sikap iman inilah yang hendak juga
diwartakannya.
Dalam bacaan kedua, Petrus menjelaskan makna kematian Yesus di
kayu salib. Dalam suratnya yang pertama, Petrus menegaskan bahwa pengorbanan
Yesus di salib ibarat pengorbanan “anak domba yang tak bernoda dan tak
bercacat.” (ay. 19). Pengorbanan ini memiliki makna penebusan atas dosa. Sama seperti
anak domba dikorbankan oleh imam di Bait Allah untuk menebus dosa umat,
demikian pula Yesus yang mengorbankan Diri-Nya sendiri untuk keselamatan umat
manusia. Karena itulah Petrus mengatakan kepada jemaat bahwa “kamu telah
ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia.” (ay. 18).
Dua hal hendak disampaikan Tuhan melalui sabda-Nya hari ini. Pertama, sengsara dan pengorbanan Yesus
di salib merupakan rencana Allah untuk menyelamatkan manusia. Lewat kematian-Nya
di kayu salib, Yesus bukan saja mendatangkan kemuliaan-Nya, melainkan juga penebusan
bagi umat manusia. Kedua, kita telah ditebus oleh darah Kristus di salib. Karena
itu, hendaklah kita hidup sebagai manusia tebusan. Salah satunya adalah dengan
hidup menurut kehendak Allah. Atau seperti kata Petrus dalam suratnya hendaklah
“imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah.” (ay. 21).
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar