Minggu, 04 Mei 2014

Renungan Hari Minggu Paskah III - A

Renungan Hari Minggu Paskah III, Thn A/I
Bac I : Kis 2: 14, 22 – 33; Bac II :           1Ptr1: 17 – 21;
Injil       : Luk 24: 13 – 35

Injil hari ini sama dengan bacaan Injil hari Rabu dalam oktaf paskah, yaitu kisah perjumpaan Yesus dengan dua orang murid dalam perjalanan ke Emaus. Dalam perjumpaan itu Yesus “menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci.” (ay. 27), yaitu bahwa Yesus harus mengalami semua penderitaan sebelum masuk ke dalam kemuliaan-Nya (ay. 26). Para murid awalnya tidak bisa menerima fakta penderitaan itu. Mereka menginginkan agar Yesus dapat masuk ke dalam kemuliaan tanpa penderitaan. Mereka tidak tahu kalau ternyata hal itu bertentangan dengan kehendak Allah. Yesus memaparkan apa yang dikehendaki Allah. Dan itulah yang harus diterima oleh para murid.

Topik itulah yang diwartakan Petrus dalam bacaan pertama. Di hadapan orang Yahudi, Petrus menjelaskan sosok Yesus “yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya.” (ay. 23). Yesus inilah yang sengsara dan akhirnya mati di kayu salib. Akan tetapi Allah membangkitkan Yesus dan melepaskan Dia dari kuasa maut. Petrus memberi jaminan akan semua peristiwa itu. Mereka adalah saksinya (ay. 32). Petrus, mewakili para murid lainnya, sudah bisa menerima kehendak Allah atas apa yang dialami Yesus. Sikap iman inilah yang hendak juga diwartakannya.

Dalam bacaan kedua, Petrus menjelaskan makna kematian Yesus di kayu salib. Dalam suratnya yang pertama, Petrus menegaskan bahwa pengorbanan Yesus di salib ibarat pengorbanan “anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.” (ay. 19). Pengorbanan ini memiliki makna penebusan atas dosa. Sama seperti anak domba dikorbankan oleh imam di Bait Allah untuk menebus dosa umat, demikian pula Yesus yang mengorbankan Diri-Nya sendiri untuk keselamatan umat manusia. Karena itulah Petrus mengatakan kepada jemaat bahwa “kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia.” (ay. 18).

Dua hal hendak disampaikan Tuhan melalui sabda-Nya hari ini. Pertama, sengsara dan pengorbanan Yesus di salib merupakan rencana Allah untuk menyelamatkan manusia. Lewat kematian-Nya di kayu salib, Yesus bukan saja mendatangkan kemuliaan-Nya, melainkan juga penebusan bagi umat manusia. Kedua, kita telah ditebus oleh darah Kristus di salib. Karena itu, hendaklah kita hidup sebagai manusia tebusan. Salah satunya adalah dengan hidup menurut kehendak Allah. Atau seperti kata Petrus dalam suratnya hendaklah “imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah.” (ay. 21).

by: adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar