Renungan Hari Senin Biasa
VII, Thn A/II
Bac I : Yak 3: 13 – 18; Injil : Mrk 9: 14 – 29
Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Surat Rasul Yakobus,
penulis memberi pengajaran tentang dua hikmat, yaitu yang berasal dari atas
(dari Allah) dan yang berasal “dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan.”
(ay. 15). Bagi Yakobus, hikmat yang dari dunia hanya akan melahirkan kekacauan
dan perbuatan jahat. Sementara hikmat Allah mendatangkan damai, karena “Hikmat yang
dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut,
penuh belas kasihan, dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.”
(ay. 17).
Yesus, dalam Injil hari ini, menunjukkan hikmat Allah itu
dalam diri-Nya. Ini terjadi lewat penyembuhan anak yang kerasukan setan. Anak itu
dirasuki hikmat dari setan, sehingga menyebabkan penderitaan pada dirinya dan
kesusahan pada keluarganya. Karena itu, ayah anak itu datang kepada Yesus
memohon hikmat dari Allah. Awalnya ayah anak itu meragukan sampai Yesus
menantangnya sehingga ia pun berseru, “Aku percaya! Tolonglah aku yang tidak
percaya ini!” (ay. 24). Di sini mau dikatakan bahwa hikmat Allah itu ada dalam
diri Yesus, karena Dia adalah Allah yang menjadi manusia.
Terkadang hidup ini diibaratkan dengan perjuangan antara
kebaikan dan kejahatan, antara kerajaan Allah dengan kerajaan setan. Kita berada
di antaranya. Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita bahwa berpihak pada
kejahatan atau kerajaan setan akan membawa kita kepada kehancuran dan
kebinasaan. Sedangkan pada kerajaan Allah ada damai, sukacita dan kebahagiaan. Tuhan
menghendaki supaya kita senantiasa berjuang menegakkan kerajaan-Nya; berjuang
melaksakan hikmat Allah dalam kehidupan. Kita harus tetap percaya sekalipun
keraguan selalu menghampiri.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar