JALAN-JALAN KE TAWANGMANGU
Tanggal 30 Desember, saya dan Yovan menuju Paroki Banteng.
Saya mau ketemu dengan Rm. Kris, mantan Pastor Kepala Paroki Sungailiat,
mengucapkan salam natal. Akan tetapi beliau saat itu sedang ke Solo. Ada acara
komunitas MSF dalam rangka pesta keluarga kudus. Pulang dari Banteng, kami
mampir ke Kanisius; dan kemudian mencari makan siang.
Sampai di tempat kosan Yovan, HP saya berdering. Ternyata Ibu
Sulastri menelpon saya. Beliau mengajak saya ke Solo. Di sana sudah ada Pak
Agung sekeluarga yang siap mengajak ke Tawamangu. Dengan semangat ’45 saya
langsung mengiyakan, sekalipun untuk itu besok saya harus bangun pagi-pagi dan
menunggu di Stasiun Lempunyangan.
31 Desember, jam 06.00, Yovan mengantar saya ke Lempunyangan.
Belum lama saya turun dari motor, Ibu Sulastri bersama rombongannya tiba. Di
sana ada Tika, Dita, Andre, Ambro dan Dimas. Setelah Ibu Sulastri membeli tiket
tujuan Solo, kami pun segera naik kereta.
Di Stasiun Solo Balapan sudah menunggu Pak Agung bersama
istri dan Cinta. Segera kami naik mobil Kijang Innova menuju Stadion Manahan
untuk menikmati sarapan. Salah satu kekhasan Solo adalah nasi Liwet. Karena
itu, kami pun memesan dan menikmati sarapan nasi Liwet. Dari sini kami menuju
rumah keluarga besar Pak Agung. Kemudian kami berangkat menuju Tawamangu.
Setelah menempuh sekitar 30 menit perjalanan, kami akhirnya
tiba di tujuan. Berjalan memasuki kawasan wisata Grojogan Sewu, kami disambut
oleh monyet-monyet penghuni hutan itu. Sesudah membeli tiket masuk, kami mulai
menyusuri jalan menurun. Pengelola sudah mengatur jalur datang dan kembali
tersendiri.
Sampai di tujuan, rasa lelah seakan terobati dengan
menyaksikan keindahan alam air terjun Grojogan Sewu. Di lokasi itu ada sejumlah
obyek wisata selain air terjun. Ada kolam renang untuk anak-anak dan orang
dewasa, ada wahana outbond dan ada
pula wahana rafting serta wisata
hutan. Udara di sana sejuk.
Cukup lama kami menikmati keindahan dan kesejukan udara
Grojogan Sewu. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Jalan kembali membutuhkan
perjuangan, karena mendaki. Namun karena udaranya sejuk dan keindahan alamnya
membuat rasa lelah tidak menghinggapi kami. Menuju tempat parkiran, anak-anak
memilih naik kuda. Tak ketinggalan Cinta dan ibunya.
Dari Grojogan Sewu kami menuju Cemara Sewu. Lokasinya lebih
tinggi dari Grojogan Sewu. Karena itu, udaranya jauh lebih dingin. Di sini
kabut selalu menaungi jalanan. Tujuan kami ke sini adalah untuk mencari sate
kelinci sebagai menu makan siang. Kami tiba di tempat tujuan sekitar jam 12.30.
Dan 30 menit kemudian hidangan tersedia. Segera kami menyantapnya.
Mengingat waktu terbatas, maka Pak Agung langsung mengantar
kami ke Stasiun Solo Balapan. Tiba di stasiun sekitar jam 16.00. dengan kereta
ekonomi kami pulang menuju Yogyakarta. Saya menuju ke tempat kosan Yovan.
Bandung, 14 Januari 2014
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar